Permintaan lo terwujud sya.
--
Saat hendak menginjak pedal gas mobilnya. Alvan menatap Disya sekali lagi. Ia malas sekali mengantarnya pulang karena alamatnya memang tak jelas. Ia tak tau apakah memang benar gadis yang dilihat di balkon rumah seberang dari rumahnya adalah Disya. Ia ragu karena wajahnya samar-samar, dan ia sedikit lupa kejadiannya.
Saat sedang memikirkan itu, Disya menggeliat. Ia sadar dari pingsannya. Alvan yang masih menoleh kearah Disya. Mengubah posisi duduk menghadap Disya yang sedang mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia senang. Bersyukur. Tidak jadi mengantarkan gadis itu pulang.
"Alvan?" ucap Disya menatap Alvan dengan bingung seakan belum sadar bahwa ia sedang di dalam mobil Alvan. Disya terlihat lemah, namun Alvan masih saja berfikir akan menurunkan Disya setelah ia sadar. Sungguh Alvan tau ia jahat. Tapi, ia memang tak ingin berurusan dengan gadis yang duduk di sampingnya ini.
"iya, lo udah sadarkan? Sekarang lo boleh turun dari mobil gue" Alvan berucap dingin sedingin-dinginnya. Ia tau ia kejam, tapi mau gimana lagi? Inilah Alvan. Gabakal peduli sama yang namanya cewe kecuali cewe yang ia sayang contoh para anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan. Eits tidak semuanya juga Alvan sayangi, contohnya ia sangat malas melihat Karin –sepupu perempuannya yang centil dan mesum. Abaikan sedikit cerita diatas.
"ah? Kok? Eh, anterin gue pulang dong Van, please" Disya mengucapkan itu sambil melirik kanan kiri dan seakan tersadar ia memelas meminta Alvan mengantarnya pulang.
Alvan kesal segera turun dari mobilnya dan membukakan pintu penumpang depan tempat Disya duduk. "silahkan keluar".
Dilain sisi Disya cemberut saat melihat Alvan membukakan pintu untuknya dan menyuruhnya keluar. Ia ingat hari ini hari terakhir hukumannya dan ia harus berhasil kali ini. "alvan, please. Lo ga kasihan liat gue baru sadar? Dan kondisi gue basah kuyup gini, masih hujan lagi. Anterin pulang yaaaa!" Disya memohon kepada Alvan. Namun Alvan, dengan tidak berperikemanusiaannya menarik tangan Disya untuk bangkit dari duduknya dan keluar dari mobil Alvan.
Alvan segera masuk melewati pintu penumpang menutup dan menguncinya. Lalu pindah ke tempat duduk kemudi dari dalam. Ia rela melakukan itu demi mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi sepertinya.
Anjir, ini anak siapa sih pelitnya pake banget.
--
Pagi yang cerah tak mewakili kecerahan hati Disya. Disya hari ini tidak masuk sekolah karena demam yang tak kunjung turun dari semalam. Ia masih merenungkan nasibnya yang harus di dandani entah seperti apa oleh Serena dan tetek bengeknya esok –harusnya hari ini, namun Disya kan lagi sakit.
Disya kini yang sedang berbaring ditempat tidur mengingat kejadian-kejadian di 4 minggu belakangan. Kilas balik tentang perjuangannya yang sia-sia. Hari pertama penolakan dan monster dari dalam dirinya yang kembali ke permukaan. Hari kedua yang membuat dia harus tersandung batu dan pulang dengan lutut berdarah. Tidak ada yang tau karena memang tidak diceritakan.
Hari ketiga masih sama dengan kaki yang setengah menengkak menuju sekolah. Ica, teman sebangkunya sampai memarahinya karena menurutnya perjuangan Disya akan sia-sia melihat sikap Alvan yang sangat dingin. Hari ketiga, ia mengistirahatkan batin dan tenaga untuk tidak mengejar Alvan.
Hari keempat ia meluncurkan kembali aksinya. Tidak ada yang tau karena setelah ia mendapat penolakan, ia juga mendapati bahwa dirinya telah ditinggal pergi oleh sang supir. Sang supir hanya mengirimkan pesan bahwa Omanya Disya menyuruhnya untuk pulang dan mengantar Omanya yang sudah terdesak karena terlambat meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare for US
Novela JuvenilAwal cerita hanya karena Truth or Dare yang menjebak gadis bernama Adisya Kayfara yang notabene-nya hanyalah seorang anak baru. membuatnya harus berusaha membujuk seorang Alvan yang dinginnya keterlaluan namun tampan,yang jika tidak berhasil maka ia...