3

22 3 2
                                    


Terlampau lelah untuk beradaptasi.

2 minggu telah berlalu dengan cepat. Disya pun telah memiliki teman. Hanya satu teman, Ica. Ia terlampau lelah untuk mendekatkan diri kepada yang lain. Ia berpikir tidak sampai ia setahun berada disekolah barunya ini ia maka akan pindah-lagi- ke jenjang pendidikan selanjutnya jadi beradaptasi secepat itu sangat melelahkan dan tanggung.

Namun pemikiran itu sepertinya berubah saat,

"woii gabut nih, cewe yang mau ikutan main TOD-an kedepan aja" teriak salah satu cewek anggota kelas XII MIA 3 kepada seluruh siswi didalam kelas. Jam pelajaran saat ini emang kosong karna katanya guru yang mengajar sakit jadi nggak bisa hadir. Jadilah banyak murid yang gabut.

"yaudah yok,"

"ayuk aja"

"oke deh"

"GUE IKUTAN CUY"

"tunggu bentar gue lagi nangkep pokemon nih"

"bentar gue lagi nyatet 1 kalimat lagi selesai"

Itulah beberapa kalimat bersahutan di dalam kelas itu, mendengar teman yang lain bersemengat untuk bermain pun menjadikan alasan bagi Disya untuk ikut main bersama. Ia berjalan santai ke depan kelasnya dan ikut duduk di garis lingkaran yang ditengahnya sudah terdapat botol yang bertuliskan "T" disalah satu ujungnya dan "D" diujung satunya lagi.

"Jadi, gue sengaja bikin tulisan T dan D di ujung botol. Jadi, entar bakal ada dua orang yang bakal dapet hukuman. Kalo yang ketunjuk sama ujung yang tulisannya T maka itu orang bakal dapet Truth dan gitu juga kalo yang ketunjuk sama ujung D maka orang itu harus ngelakuin sesuatu sesuai Dare"

"yaudah sekarang langsung puter aja" sahut siswi yang duduk disebelah Disya.

Botol pun diputar sampai akhirnya berhenti. Ujung bertuliskan huruf T menunjuk kearah Karin, dan D menunjuk kearah Disya.

"okee pas banget nih lo yang kena Dare, Sya!" ucap Serena. Serena merupakan siswi paling (sok) terkenal seantero sekolah. Teman sekelas Sara.

"gue mau lo, ngebujuk Alvan buat nganterin lo pulang." Ucap Serena lantang.

Alvan. Disya membatin.

"kita kasih waktu 1 bulan. Kalo ga berhasil," Serena menggantungkan ucapannya.

"lo harus ngerokok didepan pintu bk!" Serena bersemangat, amat sangat.

"hah? Enggak! Jangan ngerokok dong, yakali gue ngerokok!" ucap Disya tak terima.

"ga bisa dong Ser! Enaknya aja lo nyuruh si Disya ngerokok. Dia ga sama kek lo tai!" ucap Ica tak terima denga semangat '45.

"diem aja lo Ca! yaudah ganti deh! Kalo lo ga berhasil, lo bakal kita make up –in terus lo harus diri ditengah lapangan parkir sampai anak-anak eksul basket pulang!". Serena masih bersemangat. Seperti memang sudah ada rencana yang ia susun sebelumnya. Namun, itu belum tentu pasti mengingat Disya 'sepertinya' tidak pernah berurusan dengan Serena.

Ica terlihat masih tidak terima dan ingin melontarkan sebuah kalimat lagi. Namun Disya tahan karena sepertinya tak masalah besar. Toh, darenya sudah diganti. Ya, walaupun masih ehm. bagi Disya itu tetaplah hukuman berat. Bagaimana tidak? Siapa sih yang ga tau Alvan?. Iya. Alvan Naufal. Orangnya itu ganteng. Tinggi. Putih. Mancung. Mulus. Jomblo lagi. Disya suka lagi! *eh. Banyak yang ngincer pokoknya. Tapi, ya gitu dia terlampau dingin tapi ga badboy. Tapi, kadang dinginnya itu keterlaluan banget. Overdosis. Dia lewat depan cewek-cewek ganjen disekolahan yang biasanya teriak gajelas, bisa diem. Lewat doang padahal.

Dan bayangin aja gimana entar Disya berusaha buat ngelakuin Dare itu. Disya gak yakin bakal berhasil.

Dare for USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang