Chapter 2 : Potong Rambut

340 77 14
                                    



"Terima kasih, Hyung," Mingyu membungkukkan badannya pada pemuda yang beberapa senti lebih pendek darinya. Bibirnya terkembang untuk menunjukkan terima kasih yang ia sampaikan sudah sangat tulus bersamaan dengan sederet gigi yang tidak begitu rapi menghiasi senyuman.

"Tentu," pemuda itu membalas senyuman Mingyu, memudarkan wajahnya yang dingin untuk menanggapi sopan santun yang diberikan padanya. "Senang bisa membantumu."

Setelah itu, mereka pun berpisah karena pintu ditutup oleh yang lebih tua. Membiarkan Mingyu ganti diambil alih oleh gadis yang tengah mengobrol bersama seorang pegawainya di luar.

Melihat seseorang yang tadi ia serahkan pada Oppa-nya melangkah mendekat, Hana tersenyum. "Kau terlihat tampan dengan pakaian lama milik Wonwoo-Oppa," gadis itu terkekeh. Matanya memperhatikan pakaian yang terlihat begitu pas di tubuh teman sebangkunya, pakaian yang ia beli dua tahun lalu untuk hadiah setelah liburan ke Jepang untuk kakak tersayangnya. Hebatnya ukuran yang awalnya tidak tahu mengapa tidak pernah bagus di tubuh kakaknya itu, sekarang terlihat begitu sempurna di tubuh Mingyu. Gadis itu mengurai senyum. "Untukmu saja, nanti biar Wonwoo-Oppa aku belikan baju baru."

Mingyu menghela napas, matanya menatap dengan malas Hana yang nampak begitu bersemangat memperhatikan dirinya dengan baju baru. "Itu tadi kakak kandungmu?"

Menyadari obrolan yang baru saja teralih, gadis itu mengerjapkan mata. Manik coklatnya menatap Mingyu dengan sorotan yang sedikit aneh, ia nampak tengah memikirkan sesuatu. "Bagaimana ya," suaranya lirih namun cukup untuk sampai di indera pendengaran Mingyu. "Kalau aku sebut kakak, tidak juga, tapi kalau aku sebut bukan, itu juga tidak salah."

"Jadi... Wonwoo-Hyung itu siapamu?"

"Anggap saja saudaraku. Entah sepupu atau kandung, itu bukan hal yang penting, 'kan?"

Pemuda itu mendengus. "Memang bukan sih, tapi aku merasa sedikit penasaran. Wonwoo-Hyung terlihat sama-sama kaku sepertimu, jadi kupikir dia benar-benar kakakmu."

"Itu karena... aku belajar semua hal dari Wonwoo-Oppa?"

Mingyu tertawa mendengar jawaban Hana, tangannya terangkat untuk mengacak surai yang dikuncir tinggi gadis di hadapannya dengan gemas sambil terkekeh. Hana menatap tidak suka pada yang lebih tinggi, tangan besar itu ia tepis kasar dan kemudian jemarinya bergerak melepas kuncir dan memperbaiki tatanan rambut, setidaknya agar rambutnya sedikit lebih rapi.

Mereka mengobrol cukup lama sambil Mingyu yang mendapat kopi baru; hitung-hitung hadiah dari Hana karena setelah kembali dari berganti baju, kopinya sudah lenyap. Sementara si pemilik café lebih memilih minum segelas coklat dengan ekstra marshmallow, toh siapa peduli, dia kan pemilik café ini. Mingyu selalu menjadi pihak yang paling banyak bicara, sementara Hana akan menanggapi seadanya atau terkadang ekspreksinya lebih banyak beraksi dibanding pita suaranya yang bergetar.

"Sepertinya aku batal untuk menjadikan anak kelas sebelah kekasihku," Mingyu bersuara setelah meneguk kopi hitamnya.

Hana mengerutkan kening, matanya menatap bingung pada pemuda yang mengajaknya bicara. "Kenapa begitu?" Noda marshmallow yang meleleh sebagian menempel di sekitar bibir, lidahnya lalu bergerak membersihkan noda putih dengan rasa manis itu.

"Dia terlihat lebih tertarik pada yang sejenis Hong Jisoo-Sunbae," ekspreksinya membuat raut yang sulit diartikan, entah ucapannya yang kurang yakin atau kepalanya hanya memaksa sebuah alasan dari ucapannya yang ditanggapi 'kenapa' oleh Hana. "Kau mengerti 'kan maksudku? Yang... fasih berbahasa inggris juga punya senyum polos, bukan yang menawan sepertiku."

A Cup Of Coffee | MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang