Chapter 9: Annyeong?

98 17 16
                                    

"Ah ... maaf Hana, aku tidak mendengarmu dengan jelas. Apa katamu tadi?"

Hana tersenyum simpul saat mendapat jawaban yang Mingyu beri. Pemuda itu pun memberi raut ingin tahu yang diyakini sang puan bahwa suara gemuruh lebih jelas terdengar daripada suaranya di telinga pemuda itu.

"Tidak, lupakan saja," mata bulat itu langsung mentap ke arah jalan setelah menggeleng kecil. "Sepertinya aku lupa apa yang tadi ingin kukatakan."

"Baiklah."

Mereka duduk sambil ditemani suara senandung lirih dari Hana membuat rintik air jadi seperti iringan musik, namun kemudian berganti menjadi jeda panjang tanpa nyanyian saat bibirnya terkatup menghentikan nyanyian.

Suara Hana enak didengar, di situ Mingyu jadi tertarik untuk terus menutup rapat bibir agar nyanyian kecil di sebelahnya tidak berhenti. Entah kenapa, Mingyu menikmati suara gadis di sebelahnya yang hanya bisa ia dengar.

.

.

.

"Busnya sudah datang," secara reflek lengan besar Mingyu meraih pergelangan kecil Hana. Membuat gadis yang sedang asik membuat suara lewat bibir dan melamun itu tersentak kaget. Kekehan kecil menyusul melihat reaksi Hana tadi. "Ayo berdiri!"

"Eum," Hana mengangguk ringan dan meraih tas jinjing yang ia letakkan di sebelahnya. Ia menoleh sebentar pada sosok Mingyu dan mengerling ke arah pergelangan tangannya yang masih dalam genggaman. "Aku bisa melangkah sendiri, tidak usah digandeng begini juga, Mingyu-ya!"

Mingyu tertawa kecil dan melepas lengan kurus itu, "Baiklah, Hana-ya~"

Hana sedikit menjaga jarak dengan Mingyu semenjak kejadian hari itu. Entah karena terlalu malu karena mengingat kejadian pengakuan hari itu, atau justru karena ingin mencoba menahan diri dan tidak lagi memikirkan perasaannya. Lagi pula, sekolah sudah hampir sampai akhir. Terlalu berlebihan jika ia membebankan perasaan hati daripada kepentingan masa depan.

Mingyu sendiri menyadari jarak yang Hana buat. Tapi ia terlalu takut untuk bertanya tiap melihat tatapan tidak ramah yang Hana buat beberapa waktu lalu saat saling berpapasan. Hana tampak marah—atau mungkin... terluka?

Mingyu tidak nampak sibuk dengan Kyulkyung seperti biasanya berpacaran, tapi tidak pula sibuk bermain dengan Hana. Tidak ada yang benar-benar menyadari hal itu, kecuali orang-orang yang mengenal mereka dengan cukup dekat.

Tak terasa, jarak yang Hana buat berjalan cukup panjang. Hal itu terjadi hingga ujian akhir sekolah. Meski terkadang ada perasaan ingin kembali mengobrol dengan Mingyu, tapi hatinya justru menahan dengan alasan takut.

Yang menjadi alasan Hana takut pun nampak ragu untuk memulai perbincangan. Hana makin tertutup sejak menjaga jarak. Bahkan teman perempuan gadis itu pun tidak sebegitu dekat akhir-akhir ini. Hana sungguhan seperti penyendiri. Seperti dengan sengaja membuat dirinya tidak terlihat. Seperti saat hari-hari pertama Hana menjadi siswa di sekolahnya ini.

"Jeon Hana!"

Suara seseorang memanggil gadis berambut pendek itu cukup keras. Membuat wajah bertanya tergambar di wajah yang dipanggil setelah menoleh pada sumber suara.

"Ah ... sudah hampir perpisahan, tapi malah makin menjaga jarak dengan semua orang. Yak! Masalahmu kan hanya dengan Kim Mingyu, kenapa aku jadi ikut kena? Sekarang kita jadi sulit jalan-jalan berdua."

A Cup Of Coffee | MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang