Chapter 5: Kembali Sekelas

200 42 9
                                    

Hubungan Mingyu dan Jiho tidak terselamatkan; begitu kata anak-anak sejak seminggu lalu. Beritanya tersebar sampai seluruh penjuru sekolah karena sepasang kekasih yang wajahnya sama-sama sempurna itu bertengkar hebat di kantin.

Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana, karena yang menjadi saksi pun hanya melihat Jiho mengebrak meja dan melempar si pemuda kulit tan itu dengan sendok hingga hidung bangir yang tidak sempat diamankan terkena akibatnya. Esok-esoknya, Jiho tidak lagi bergandengan tangan dengan Mingyu. Bahkan, si gadis cantik itu memutuskan untuk duduk dengan gadis bertubuh besar yang selalu sendiri tanpa teman sebangku, Jung Younghee. Yang jelas, Mingyu nampaknya juga tidak tertarik mengurusi hubungannya yang kandas tanpa pernah dijelaskan pada siapapun.

Hana tidak banyak merasa senang meski tiap istirahat si pemuda tiang melongok dari pintu depan kelas untuk memanggilnya dan berakhir mendapat senyuman meledek Hyeri karena gemas dengan wajah merona Hana yang tidak pernah sembuh. Dalam hati si gadis surai pendek merasa bersalah pada Jiho karena ia seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan; meski jalan yang ada di depannya untuk mendekati Mingyu tidak sesempit itu.

Mingyu seperti memberi peluang besar, Jiho pun juga tidak begitu ambil pusing karena sepertinya mereka berdua putus tanpa kata-tapi tidak tahu juga bagaimana obrolan mereka di aplikasi chatting. Dari situ pertemanan antara Mingyu dan Hana yang sempat renggang pun membaik.


"Kau bukan yang membuat kami putus, Hana-ya."

Mingyu berbicara tiba-tiba saat tengah berjalan bersama menuju halte bus. Mendengar itu pun Hana menoleh dan menatap Mingyu yang lebih tinggi dengan ekspreksi bingung. "Bicara apa kau itu, Mingyu?"

"Kata mereka, Jeon Hana adalah alasan utama Kim Jiho marah," Mingyu balik menatap Hana dengan tatapan sulit diartikan. Ia menepuk kepala gadis itu pelan setelah menjeda kalimatnya beberapa lama, "aku pikir mereka hanya tidak mengerti bahwa aku sudah berusaha keras membuat kalian berdua berteman baik."

"Jangan berbohong," Hana tersenyum kecil, "kalau memang aku alasannya, aku tidak akan marah. Kalau kau ingin merahasiakannya, aku juga tidak akan memaksa. Asal, jangan berbohong soal apapun itu."

Mendengar jawaban Hana, pemuda itu tertawa kecil. "Baiklah. Kalau begitu kupikir ada baiknya kita segera ke perpustakaan kota, ayo!"

Dalam posisi teman dekat begini pun, Hana sudah sangat senang dan bersyukur. Hatinya terus mengajukan kata terima kasih karena sudah diberi kesempatan menjadi begitu dekat dengan orang yang amat ia sukai.



Ujian kenaikan kelas tiba lebih cepat daripada baiknya kembali hubungan Mingyu dan Jiho. Hana bertanya-tanya kenapa Mingyu nampak tidak tertarik berteman dengan Jiho padahal yang ia tahu si gadis bermarga Kim itu bukan tipikal pendendam karena Lee Seokmin, anak kelas sebelah yang kebetulan teman dekat Mingyu dan juga mantan pacar Kim Jiho, sampai saat ini masih memiliki hubungan baik. Tapi Hana tidak begitu berani bertanya, terlalu takut justru membuat kondisi hati Mingyu memburuk karena pertanyaan sederhana.

Berita Jiho yang sudah berpacaran dengan kakak kelas bernama Junhwi yang juga siswa pertukaran pelajar pun menutup berita Hana sebagai alasan dua pasangan berwajah mengagumkan itu putus. Lalu Hana kembali berada di posisi pertama sebagai gadis yang harus disingkirkan untuk meraih Kim Mingyu.

Selama masa ujian, Hana berusaha begitu keras mengingat di kelas tiga nanti ruangan akan dibagi sesuai kemampuan. Mingyu bukan siswa pintar dalam pelajaran merepotkan yang dinamis seperti bahasa, tapi peringkat satu yang selalu ada di genggaman pemuda itu cukup untuk membuat Hana berpikir banyak kali apa menunda belajar adalah pilihan tepat. Ia ingin berada dalam satu ruang kelas dengan Mingyu, entah untuk kepuasan perasaannya sendiri atau karena atas nama pertemanan.

A Cup Of Coffee | MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang