Chapter 3 : Naik Kelas dan Berpisah

249 56 22
                                    


Kala Mingyu memiliki kekasih, Hana tidak punya pilihan lain selain menjadi teman curhat dan sekedar berada dalam kelas sama yang kebetulan memiliki bangku berjejer. Sisanya, Mingyu akan sibuk menyeimbangkan langkah dengan gadis yang ia gandeng entah di sekolah maupun pulang sekolah. Sementara dirinya, ia akan menjadi gadis yang mendapat tatapan tidak senang oleh perempuan cantik dalam gandengan Mingyu jika ia menampakan diri di depan mereka berdua yang tengah asik berduaan. Selalu begitu. Jabatannya adalah gadis penganggu yang tidak begitu berarti; karena meski dianggap penganggu, mudah saja menyingkirkan dirinya. Lagi pula Hana hanya tidak ingin banyak berurusan dengan kekasih-kekasih Kim Mingyu, si cassanova.

Kalau diingat-ingat, sudah satu bulan ini Kim Mingyu menggandeng gadis dengan marga yang sama. Hana penasaran apa yang membuat Mingyu betah dari gadis bermata bulat dengan senyum yang sangat cantik itu selain wajahnya yang menawan, juga tingkahnya yang penuh endorphin. Mungkin Hana memang hanya gadis pendiam yang kurang menarik ketika membuat lelucon, tapi dari yang sebelum-sebelumnya, meski gadis-gadis yang dipacari lucu, Mingyu akan tetap menyerah padahal belum sampai di hari kelima belas.

Bahkan, hebatnya lagi, ketika sudah akan masuk hari ujian, Hana tidak lagi berdua dengan Mingyu ke perpustakaan untuk belajar seperti sebelumnya. Ia justru menemukan sepasang siswa bermarga Kim di bangku paling ujung tertawa bersama tanpa mengeluarkan suara. Hana akan tersenyum melihat itu, tapi dalam hati merasa kesepian juga karena setelah dipikir-pikir ia berubah kembali menjadi gadis penyendiri seperti sebelum ia pindah ke sekolahnya sekarang. Dari sudut hati yang paling dalam, ia berharap Mingyu untuk segera putus dengan Kim Jiho itu.

.

"Oh, Hana!" Mingyu tersenyum cerah saat melihat gadis yang tidak asing melangkah menuju kantin sekolah, yang juga tempatnya berdiri sekarang.

Hana mendongak, menatap pemuda yang memanggil namanya kemudian tersenyum kecil. Kakinya yang tidak begitu panjang melangkah lebih cepat menghampiri Mingyu yang kebetulan tengah seorang diri; kesempatan langka.

"Hei," gadis itu menyapa sambil memberi senyuman. "Kenapa sendiri di sini?"

"Hei juga, Hana-ya. aku menunggu Jiho di sini," ia balas menyapa, kemudian tangannya mengacak pelan surai pendek gadis di depannya dengan gemas; seperti kebiasaannya. "Aah, rasanya lama sekali sejak terakhir kali aku mengacak rambutmu, ya?"

Hana mendecak pelan, tangannya bergerak merapikan rambutnya yang sudah tidak beraturan. "Berlebihan, padahal di kelas masih sering membuat rambutku tidak jelas bentuknya."

"Kau lupa ya? Tiap ada waktu luang semacam istirahat atau sebelum masuk, aku 'kan tidak berada di kelas. Nah, itu sebabnya aku merasa sudah begitu lama tidak melakukan yang tadi."

Tengah asik mengobrol, tiba-tiba suara daheman pelan mengusik mereka. Mingyu menoleh sedikit berlebihan dengan reaksi terkejutnya, sementara Hana hanya memberi senyum tipis sambil membungkukkan kecil badannya sebagai bentuk sopan santun pada gadis cantik yang menginterupsi kegiatan mereka. Dalam hati Hana mengeluh, tapi nampaknya tidak pantas juga jika merengek pada dewa waktu untuk memperpanjang kesempatan mengobrol mereka padahal jelas-jelas Mingyu terlihat lebih memilih Jiho dibanding dirinya; ia langsung merasa seperti mengharapkan semuanya seperti sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Hana bisa melihat kilatan tidak senang dari mata Jiho, juga senyuman canggung yang Mingyu berikan padanya. Nampaknya mereka bertiga sama-sama tahu bahwa Jeon Hana adalah gadis yang tidak mungkin disukai siapapun dalam lingkup hubungan antara dirinya dan Kim Mingyu kala di depan para kekasih si pemuda cassanova.

Mingyu merasa bersalah pada teman baiknya, berniat melindungi namun justru mendapat tatapan mata tajam penuh protes. Hana sendiri lebih memilih untuk mengatakan pada dirinya bukan masalah dan mewajarkan semua yang terjadi. Sementara kekasih Mingyu semua akan berpikir dengan penuh keyakinan bahwa laki-laki dan perempuan tidak mungkin menjadi sebatas teman mau bagaimanapun mereka, apalagi Jeon Hana bukan gadis yang tomboy.

A Cup Of Coffee | MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang