"Rian, apakah kamu ingin sesuatu? Aku bis membuatkan nya untukmu." Prilly bertanya ragu kepada Rian yang kini sudah duduk disamping Ali.
Ya. Ali langsung mendapat kabar dari penjaga rumah kalau ada tamu yang datang dan Ali pun langsung saja kembali kerumah nya. "Air mineral saja, Prilly." Rian tersenyum kearah Prilly. Sedangkan Prilly ingin tersenyum, tapi ragu karena melihat Ali yang sedang menatap tajam dirinya. "Ali, apakah kamu ingin air mineral juga?" Ali yang masih menatap tajam Prilly mengangguk dan mengalihkan perhatiannya kembali kearah macbook yang menyala di pangkuannya.
"Pantas saja perusahaan anda berkembang pesat. Bisa dilihat pemimpinnya yang selalu bekerja setiap saat." Rian menyindir Ali yang masih fokus kearah macbook-nya. Ali hanya menatap Rian, lalu kembali fokus kearah macbook-nya dan bertingkah seolah tak ada apa-apa.
Prilly kembali kearah Ali dan Rian dengan nampan berisi 2 gelas air mineral. "Prilly, apa kamu sudah honeymoon dengan si dingin ini?" Rian langsung menyahut, dan itu membuat Prilly yang sedang fokus membawa nampan langsung kehilangan keseimbangan nya. Dan gelas itu terjatuh dan pecah. Prilly menutup mulutnya yang ternganga dan menatap Rian kesal.
Ali langsung menutup matanya, menahan kekesalannya. Dia pun langsung bediri dan menghampiri Prilly. "Ceroboh." Ali langsung ingin membantu Prilly mengambil pecahan kaca itu. "Ali, biar aku saja." Ali tetap membantu mengambil pecahan kaca itu. "Ali, biar aku sa--" Ucapan Prilly terpotong karena melihat jari Ali yang mengeluarkan darah.
"Sekarang lihat, siapa yang ceroboh?" Prilly menyindir Ali yang masih meringis karena luka kecilnya. "Sini," Prilly pun menarik Ali untuk berdiri. "Aku akan mengambil obat merah dulu."
"Tidak usah. Luka ini akan hilang dengan sendirinya."
"Tidak. Aku tak enak hati, lukamu ini karena aku yang ceroboh."
"Sudah, saya tidak apa-apa." Prilly mengalah, lalu mempersilahkan Ali untuk berjalan. Sedangkan Prilly kembali melanjutkan pekerjaannya mengambil serpihan kaca.
"Boleh aku bantu?" Rian langsung menghampiri Prilly lalu mengikuti Prilly mengambil serpihan kaca. "Sudah, daripada nasibmu sama seperti Ali, mending kau duduk manis di kursi yang sudah disediakan." Ucap Prilly sambil tersenyum manis dan langsung kembali mengambil serpihan kaca dengan muka kesalnya.
"Selesai." Prilly pun berdiri dan mengangkat plastik berisi serpihan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah.
Rian masih duduk terdiam. Dia membuka secarik kertas yang dipegang dia sedari tadi. Terdapat alamat di kertas kecil itu. Alamat yang sebenarnya ingin Rian hampiri. Alamat yang membawa dia ke Vilice.
Alamat tempat Ibunya berada.
***
"Sampai jumpa Rian." Prilly melambaikan tangan kearah Rian yang sedang menaikki mobil hitam yang tadi membawanya ke Rumah Ali.
"Sampa jumpa. Kuharap kau bisa menemaniku makan siang lusa." Rian pun membalas lambaian tangan Prilly.
Mobil yang menghantar Rian pun keluar dari Rumah Ali. Prilly tersenyum dan kembali masuk ke rumahnya.
Ali sudah duduk kembali tapi kali ini tampa macbooknya yang dipangkuannya. Kali ini, Ali sedang menonton Televisi. Ali sedang menonton saluran yang membahas dunia perbisnisan di Vilice.
Prilly berniat ingin mengajak ngobrol Ali. Tapi dia terlalu malu untuk berbicara kepada Ali.
"Prilly." Ali yang tadi fokus terhadap televisi sekarang menatap Prilly.
"Ya?"Ali masih belum menjawab, Prilly masih saja diam menatap Ali penuh tanya.
"Apakah--" Ali menggantunf ucapan nya.
"Apakah anda ingin menemani saya meeting? Besok lusa?"
***
***
a/n: Mungkin kali ini catatan nya akan agak sedikit panjang. Tapi gapakai Bahasa Inggris kok, tenang saja.Rencananya, aku bakal menyelesaikan 'HURT' dalam dua minggu kedepan. Karena aku lagi libur dua minggu *yes, jangan pada ngiri. Abis itu aku akan...
Vakum. Bukan Valak ya.
Tenang gais. Ada kemungkinan Vakumnya bentar karena sudah ada cerita baru di otakku ini. Dan kemungkinan 'HURT' gaakan selesai dalam liburan ini, karena kalian tau kalau aku ini orangnya mageran /slap
Maaf ya buat kalian yang udah nunggu kelamaan hehe. Bentar lagi ini selesai ko! Dan selama kemarin aku ganulis, Aku UBAH plot 'HURT' semuanya. Tadinya HURT ini bakal jadi cerita panjang banget. Bahkan ada niatan buat biki sequel nya *waktu pertama bikin ya.
Tapi ya berhubung saya ini mager jadi ya... bentar lagi selesai.
Apalagi ya? Tau ah, kalian semua suci aku penuh dosa /slap /apaini
Yadeh, sekian dari saya. Terimakasih sudah menunggu. Maaf kalau ada typo, mager.
Thursday, 29 September 2016
btw, aku kemaren ultah lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionMalik Rafael, CEO paling sukses di Vilice, harus menerima perjodohan yang sudah ditetapkan oleh nenek moyangnya. Ali tidak bisa berontak, karena dipercaya ia akan terkena kutukan dari sang nenek moyang jika ia tidak menuruti kemauannya. Prillyanda...