Empat Belas

9.9K 793 27
                                    

"Cepatlah, anda selalu saja lamban dalam hal apapun," Ali berdecak, Prilly pun berjalan cepat untuk menyusul Ali yang berada di depannya.

Mereka kini telah sampai di kantor Ali. Prilly terpana melihat betapa megahnya kantor suaminya itu. Mereka pun masuk beriringan, banyak para karyawan yang memandang mereka, khususnya karyawan  wanita. Banyak yang memandang Prilly sinis, banyak juga yang memandang Prily iri. Ali berjalan dingin tak tercapai, dengan muka datar nya dan juga tatapan tajam nya. Mereka pun naik ke lantai paling atas dan berjalan kearah sekretaris Ali.

"Pak Ali, meeting akan dimulai 5 menit lagi." Ali pun sedikit mengangguk. "Mm, apakah wanita ini akan menunggu di--" Ucapan sang sekretaris terpotong oleh ucapan Ali.

"Dia akan menunggu di dalam ruang meeting."

"Tapi pak, prosedur perusahaan menyatakan bahwa tidak ada yang boleh masuk kedalam ruangan meeting kecuali orang yang bersangkutan." Sang sekretaris merasa tak terima. "Menurutmu dia orang yang tidak bersangkutan? Dia yang akan memegang seluruh barang saya selama meeting." Ucap Ali, "Bukankah saya yang akan membawakan--"

"Hari ini, istri saya yang akan membawakan barang untuk saya. Permisi." Ali menarik Prilly langsung keruangan meeting dan meninggalkan sang sekretaris yang masih tak percaya bahwa Prilly adalah istri dari Ali.

***

"Ali," Prilly memanggil Ali yang sedang fokus terhadap komputernya. "Hm." Ali menjawab. Prilly tampak ragu untuk berkata, "Aku, aku lapar." Prilly berkata. Cacing perutnya sudah berteriak kelaparan kali ini.

"Hm." Ali menjawab lagi, masih fokus kearah komputernya. Prilly pun mengerutkan kening nya, "Ali?"

"Hm." Ali mengetik sesuatu di komputernya, lalu dia pun akhirnya mendongak. "Aku lapar." Prilly memelas. "Turun saja, ada restoran dibawah."

"Oke," Prilly pun beranjak dari duduknya. "Mm, apakah kau tidak ingin ikut?"

"Tidak." Ali kembali fokus terhadap laptop nya. Prilly pun mengangguk. Prilly segera keluar dari ruangan Ali dan turun menggunakan lift. Prilly melirik kearah jam tangannya, pantas saja kantor terlihat sangat sepi, ini adalah jam makan siang.

Prilly pun sampai di lantai paling bawah. Lalu berjalan keluar kantor dan melihat restoran Italia di ujung jalan, langsung saja Prilly berjalan cepat kearah restoran tersebut. Dia pun memasuki restoran itu, dan melihat hampir semua meja dipenuhi oleh yang dia yakini karyawan dari kantor Ali.

"Maaf, apakah masih ada meja untuk 1 orang?" Prilly bertanya kepada pelayan, "Oh, ada. Mari," Pelayan tersebut menunjukkan meja di salah satu sudut restoran, meja yang dikhususkan hanya untuk satu orang.

"Apa anda langsung ingin memesan?" Sang pelayan bertanya. Prilly mengangguk, "Saya mau memesan, meatlover pizza." Pelayan itu langsung mencatat pesanan Prilly, "Ada lagi?" Prilly menggeleng. Pelayan itu pun mengangguk dan mengundurkan diri.

Selagi menunggu pesanan nya, Prilly pun bermain handphonenya. Sudah lima menit berlalu dan Prilly masih menunggu pesanan nya. Saat dia sedang menunggu, telinganya mendengar bisikan-bisikan dari orang disebelah meja.

Benarkah? Oh, jadi gadis itu yang membuat Aya marah-marah sedari tadi?

Benarkah itu istri Pak Ali?

Aku tak yakin, mungkin hanya settingan belaka agar dia juga ikut terkenal.

Cih, berani nya. Dasar jalang.

Prilly menghembuskan nafas, berusaha menahan emosi yang sudah berada di ujung kepalanya.

Oh-oh sepertinya dia mendengar kita, gawat.

Sudahlah, biarkan saja, rasakan akibatnya jika merebut Pak Ali dari Aya.

Prilly mengerutkan kening nya,

Aya? Aya siapa?

"Permisi?" Lamunan Prilly buyar seketika. "Ya?"

"Apakah pesanan anda ingin dimakan disini atau dibawa?"

"Dibawa saja." Prilly pun berdiri dari tempat duduk itu. Ia sudah tidak tahan lagi dengan bisikan orang disebelah nya itu. Tak bisa dibayangkan jika dia akan makan disitu dan terus mendengar bisikan-bisikan tak enak mengenai dirinya.

Prilly mendapat pizza itu ditangan nya dan langsung keluar dari restoran itu. Rasanya mulutnya sudah ingin berkata kasar kepada wanita-wanita tadi. Nafasnya kini sudah naik turun tak beraturan, dia langsung saja menuju lift khusus untuk naik pangsung ke lantai paling atas, lantai ruangan Ali.

Prilly berjalan masuk kearah ruangan Ali dan dia membelakkan matanya.

Mulutnya masih terbuka, melihat Ali yang sedang duduk dan juga sekretarisnya yang terlihat seperti menggodanya.

Prilly langsung tersenyum miris, jadi selama ini, Ali selalu seperti ini? Setiap hari? Dan sebagai istri sah nya aku baru tahu? 

Prilly tertawa kecil dan kembali keluar dari ruangan tersebut. Hatinya benar-benar sangat hancur.
Selama ini, semua perbuatan kecil Ali dia anggap sebagai rasa yang baru tumbuh. Selama ini, dia mengira bahwa dia sukses menumbuhkan rasa di hati Ali.

Jadi, selama ini... selama ini Ali hanya bersandiwara?

Prilly berjalan keluar dari gedung, masih terasa di dadanya rasa nyeri yang kuat.

"Prilly apa yang--"

Rian sedang menunggu di lobby dan melihat Prilly. Saat ini Rian pun melebarkan matanya. Prilly memeluknya sambil terisak dengan bahunya yang naik turun tak beraturan.

"It's okay Prilly, it's okay..." Rian mengusap punggung Prilly untuk menenangkannya.

"Pulang?" Rian bertanya, Prilly hanya bisa mengangguk dan isakannya mulai perlahan berhenti.

Sayangnya, Prilly tidak sadar bahwa dia menghancurkan hati orang juga. Orang yang  selama Prilly menangis berdiam diri di dekatnya, orang yang juga kecewa terhadap Prilly.

Ali dan Prilly kini merasa sangat kecewa terhadap satu sama lain. Merasa mereka berdua menghancurkan hati satu sama lain. Merasa bahwa,

Apakah aku masih pantas? Apakah aku masih pantas berada di sisinya?

***
***
a/n: IYA AKU TAHU AKU NGARET BERAPA MINGGU. Aku mager, itulah alasannya. Pasti selalu itu alasannya kenapa kerjaanku ngaret semua. Ya sakit lah, sekolah lah. Apa lah.

Apalagi abis ini sepertinya part terakhir, dan. panjang banget deh, duarius, updatenya juga lama lagi pasti, dan udah siap bye-bye sama 'saya-anda' nya Ali? *slap.

Ya pokonya gitu lah ya, maapkeun lah pokona aing mah naon atuh, orang mageran.

Maaf juga kalau ada typo, nulisnya pake hape.

Tuesday, 18 October 2016

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang