Sepuluh 1/2

11.1K 913 10
                                    

"Kamu tahu kan, orang tua mu pergi piknik? Lalu kecelakaan itu terjadi?" Ucap Rian. Prilly mengangguk, lalu memyimak lagi Rian yang kembali ingin berbicara.

"Aku enggak akan cerita secara spesifik, tapi Rafael ada di mobil orang tua mu yang kecelakaan itu. Kamu enggak ikut karena sakit. Untungnya Rafael enggak sampai pergi, hanya ingatannya yang pergi." Jelas Rian. Jadi kini jelas sudah, Prilly baru tahu bahwa ada Ali di kecelakaan itu.

Tiba-tiba dari arah pintu kamar, terdengar bunyi benda jatuh. Prilly dan Rian langsung saja melihat kearah pintu yang tertutup itu.

Mereka langsung saja berdiri ketika mendengar teriakan dari dalam kamar. Prilly berlari secepat kilat dan membuka pintu kamar. Mendapati Ali yang terduduk di lantai dengan kedua tangannya yang memegang kepalanya sendiri.

"Ali!" Jerit Prilly. Ali, sudah tidak berteriak sakit lagi. Dia sudah diam tergeletak tak berdaya.

• • •

Ali merasakan tenggorokannya kering. Langsung saja Ali terbangun dari tidurnya. Dia kembali memegang kepalanya yang masih terasa pusing dengan tangan kirinya. Rasanya tangan kanannya terlalu susah untuk digerakkan.

Apa yang terjadi? Pikirnya. Ali menoleh lalu mendapati Prilly yang tertidur disampingnya. Tertidur dengan jari-jari tangan mereka yang saling bertautan. Nyaman, merasa tak ingin melepaskannya.

Ali lalu ingin melepaskan tautan tangannya, tapi usahanya keduluan dengan Prilly yang melepaskannya. "Hei." Jawab Prilly sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. "Sudah sadar?" Prilly bertanya.

"Kalau saya masih belum sadar, saya tidak akan berbicara dengan anda." Ucap Ali sambil berdecak. Tidak bisakah dia pintar sedikit saja?

Prilly hanya meringis kecil. "Maaf. Kamu mau apa?" Prilly kembali bertanya.

"Berapa lama aku tertidur?" Alih-alih tidak menjawab pertanyaan Prilly, Ali malah berbalik bertanya. Prilly melihat kearah jam dinding yang tergantung. Lalu dia tersenyum.

"8 Jam." Prilly tersenyum. Ali langsung saja melebarkan matanya. Delapan jam?

"Apa anda bercanda?" Ali bertanya, lagi. Prilly menggeleng, "Kamu tertidur, dan hampir setiap beberapa jam sekali kamu mengigau, kamu bilang kamu ketakutan." Prilly menjelaskan, Ali mengerutkan dahinya. "Ketakutan karena?" Prilly tersenyum. "Entah. Setelah kamu berbicara seperti itu, kamu langsung kembali tertidur, dan itu terjadi berulang-ulang."

Ali kembali memegang kepala nya. Rasa pusing kembali menjadi-jadi, dan membuat dia meringis. Prilly lalu mendekatkan badannya ke Ali. "Kamu baik-baik saja?"

Muka Prilly berada di depan mata Ali, nafas nya menerpa wajah Ali. Lalu mata mereka hanya bertatap dalam diam. Prilly langsung saja menoleh kearah lain, memutuskan kontak matanya dengan Ali.

"Tenggorokan saya kering. Anda bisa mengambilkan air mineral." Ucap Ali datar. Prilly hanya mengangguk, lalu segera turun dari kasurnya.

Ali hanya diam. Pusingnya masih tidak bisa membuatnya berdiri. Ia begitu lemah saat ini.

Prilly pun datang membawakan air mineral itu dan memberinya.

Tidak berterimakasih? Ucap Prilly kesal dalam hati. "Kamu mau apa lagi." Prilly bertanya. Ali meneguknya sampai habis, tenggorokannya terasa lebih baik saat ini.

Ali menggeleng. "Terimakasih, ya." Ali berkata lalu manruh gelas itu di meja sebelah nya, dan kembali tertidur. Jam memang menunjukan tengah malam, Prilly juga masih mengantuk. Lalu mereka pun kembali tertidur.

Saat Prilly sudah ingin kembali ke alam mimpi, Ali tiba-tiba menautkan tangannya lagi, sama seperti tadi. Prilly sukses melebarkan matanya, dan mungkin dia tidak bisa tertidur.

"Apakah anda nyaman ketika saya seperti ini?" Ali berkata sambil memjamkan matanya. Prilly mengeryit. "Seperti apa?"

"Seperti ini." Ali mengeratkan tautan tangannya dengan Prilly. Prilly membelakkan matanya. Jantungnya berpacu cepat.

"No. It's okay." Ucap Prilly lalu dia pun ikut berbaring dan mencoba memejamkan mata.

Tapi tidak bisa. Matanya memang terpejam, tapi pikirannya. Pikirannya masih belum bisa, karena tautan jemarinya.

• • •

a/n: HAI! Maaf ya menunggu lamaaa banget. Engga mood. Hehe. Oh iya, ini dibagi dua part jadi pendek banget ya? Hehe.

Oh ya, kalau kalian punya cerita, dan gapunya cover. Aku lagi bikin premade noh. Banyak. Ya, walaupun biasa aja si, cuma ya. Lumayan kan?

Oke, selamat membaca! Maaf kalau ada typo.

Prilly: "Dikit banget dah, Nat."

Ali: "Saya setuju."

Nat: "Salahin aja aju terus mas. Bunuh hayati di rawa-rawa. Hayati sudah tidak kuat lagi."

Prilly: "Lebay. Padahal kan nulis tuh gampang, tinggal, ketik-ketik cantik langsung selesai."

Nat: "Kalau mau si bisa aja, tanpa plot. Aku bisa ko nulis gapake plot. Gampang."

Prilly: "Pulang yuk, li. Gaadik disini."

(Nat, ditinggal jomblo.)

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang