Steal my heart from now on

2K 179 0
                                    

*Out of Jia's POV,full Author's POV

Ini adalah bulan ke-5 setelah Wonwoo memperlihatkan kelemahannya didepan Jia. Hubungan mereka semua -Seungcheol dan anak - anaknya- terlihat semakin membaik walaupun sempat terjadi ketegangan antara Jihoon dan Wonwoo. Semua pria nampak menerima dengan lapang dada keputusan Jia yang memilih Wonwoo.

Wonwoo menunggu Jia selesai dengan urusannya -makan-,pria tampan itu sabar sekali. didalam benaknya ia masih bahagia dapat memiliki Jia. Baginya,saat melihat Jia entah mengapa rasa cintanya pada gadis imut itu semakin bertambah. Jia dapat diibaratkan sebagai candu bagi Wonwoo.

"Ahhh maaf aku lama." Ucap Jia setengah berlari menghampiri Wonwoo.

"Ayo,kita akan tertinggal acaranya." Wonwoo menggandeng tangan Jia. Tujuan mereka yaitu,Daegu Tower. Hari ini adalah perayaan hari ulang tahun Buddha. Biasanya daerah sekitar Daegu Tower akan terang benderang dengan cahaya lampion yang diterbangkan.

*

"Oppa aku lelah." Jia terbatuk - batuk karena kelelahan berlari. Wonwoo berinisiatif untuk menggendong Jia.

Tubuhnya tidak berat ternyata,pikirnya.

Sesampainya di puncak tower,mereka hanya bisa ber-wah ria dengan pemandangan yang berada di bawah. Cahaya lampion menghiasi sebagian dari kota Daegu.

"Wah,keren." Kagum Jia. Wonwoo menoleh ke arah Jia yang matanya melebar sambil tersenyum pelan.

Manis,batin Wonwoo.

"Kau tahu? Aku selalu menanti waktu ini tiba. Terakhir aku kemari tepat perayaan ulang tahun Budha sekitar 2 tahun yang lalu. Dan hari ini aku kembali lagi,bersama seorang gadis yang cantik."

"Kau merayuku lagi,kan?" Kekeh Jia.

"Oh,kalau begitu aku salah lihat."

"Ish." Jia meninju lengan Wonwoo sambil mengerucutkan bibirnya sebal. Sedangkan yang ditinju hanya terkekeh.

"Kuharap saat aku kemari lagi,aku masih bersamamu,dan bersama seorang anak kecil yang melompat riang saat ia melihat lampion - lampion itu terbang." Ucap Wonwoo yang membuat Jia tersentuh.

"Amen." Jawab Jia pelan.

"Oh iya,aku hampir melupakan sesuatu." Wonwoo mengeluarkan sebuah kertas. Lebih tepatnya itu adalah surat rekomendasi.

"Apa ini?"

"Surat rekomendasi. Ketua kelompok kami,sudah memantaumu sejak lama. Ia tertarik dengan prestasi akademikmu,jadi ia berharap kau mau bergabung bersama kami."

"Kami?"

"Sebong." Jawab Wonwoo tenang.

"Seandainya ada Seulna."

"Maksudmu...Yoon Seul Na?"

"Bagaimana bisa kau tahu namanya?"

"Dia sudah direkrut oleh Hoshi sebulan yang lalu. Tapi entahlah,dia mau bergabung atau tidak. Seulna itu...sahabatmu kan?" Tanya Wonwoo yang dibalas anggukan Jia.

"Aku akan sangat senang jika ia bergabung."

"Pikirkan matang - matang keputusanmu. Dalam kelompok ini,biasanya kita akan dibina dalam hal akademik untuk selanjutnya mewakili Korea Selatan dalam beberapa event atau olimpiade internasional."

"Aku akan menemuimu jika aku sudah menemukan jawabannya."

"Datanglah padaku jika kau siap." Wonwoo mengusap rambut Jia lembut.

Saat mereka berdua menatap kebawah,lampion mulai diterbangkan. Lampion yang jumlahnya ribuan itu menghiasi langit malam. Kilauan oranye yang kontras dengan warna langit yang gelap membuatnya terlihat seperti bintang. Lampion itu membawa beribu - ribu pesan dan harapan.

"Kau mau?" Tanya Wonwoo sambil membawa lampion.

"Eh??? Darimana kau dapat itu?"

"Sudah cepat ucapkan permintaanmu." Jia lantas menutup matanya,menyampaikan semua harapannya pada lampion yang selanjutnya akan membawa pesannya pada Tuhan.

Ya Tuhan,jadikan Jeon Wonwoo ayah dari anak - anakku nanti.

Aku ingin ia berada di sampingku hingga batas usia kami.

Kabulkan semua harapannya.

Aku sangat mencintainya.

Ya Tuhan,sampaikan salamku pada sahabatku Yoon Seul Na,aku sangat merindukannya.

Ketika Jia membuka mata,Wonwoo masih memejamkan matanya.

Park Ji A,jadikan ia seorang wanita yang mulia. Jadikan ia ibu dari anak - anakku. Kabulkan doanya dan mudahkan ia menggapai  cita - citanya. Mudahkan langkahku untuk menepati janjiku padanya. Buat kami selalu bersama hingga kami sudah tidak berada di dunia. Ya Tuhan,aku sangat mencintai gadis di depanku ini dengan segenap hatiku.

Mereka berdua menerbangkan lampion mereka. Lampion yang membawa banyak harapan. Satu benda itu terbang bersama ribuan lampion lainnya,turut menghiasi langit malam hari itu.

"Cantik." Gumam Wonwoo sambil menatap langit.

"Aku jadi penasaran,apa yang kau sampaikan pada lampion itu?"

"Orang pernah bilang saat kau berdoa,itu berarti kau sedang menyampaikan keinginanmu. Kau ingin Tuhan membantumu,bukan? Nah,keinginan tanpa usaha itu hanyalah sebuah mimpi. Jadi,kau akan tahu semua yang kusampaikan pada lampion itu ketika aku berusaha demi dirimu nanti."

"Sudah,kau sudah terlalu banyak mengambil hatiku."

"Itu salah satu keinginanku.Tuhan membalasku dengan cepat rupanya." Gumam Wonwoo.

"Ya baiklah tuan Jeon,aku kalah telak."

"Ngomong - ngomong,ada lampion yang paling besar,loh"

"Mana?" Jia menoleh ke arah lampion yang berterbangan.

CUP!

Wonwoo mencium pipi Jia. Sontak saja pipi Jia langsung memunculkan semburat merah yang membuat Wonwoo gemas.

"Aigoo...lihatlah gadis menggemaskan ini..." Wonwoo mencubit kedua pipi Jia gemas.

"Yak! Yak! Jeon Wonwoo kau bodoh!!"

"Apa kau bilang?"

"Kau tidak tuli,kan?"

CUP!

Wonwoo mencium bibir Jia sekilas,lantas ia semakin tertawa saat melihat semburat merah di pipi Jia semakin jelas.

"Jangan goda aku seperti itu." Jia menunduk malu. Wonwoo menariknya kedalam pelukannya.

"I'm just trying to steal your heart,dan ternyata aku berhasil." Gumam Wonwoo sambil memejamkan matanya.

Lovely Day(Seventeen Imagine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang