-1-

231 18 2
                                    

Senyumanmu sinari setiap kesedihan di hati
Tatapanmu hiasi setiap sudut angan-anganku
Mungkinkah ku jadi pilihan hatimu
Tiada henti kuselalu berangan

Andai dirimu memilih hatiku
Kan ku serahkan cinta tulus di hatiku
Meski kau takkan pernah tahu ketulusan hatiku ini
Biar kusimpan dalam mimpi (ku simpan dalam mimpi)
.
-Ku Simpan Dalam Mimpi by Maudy Ayunda-
.

Aku menemukannya lagi! Dia sedang bermain basket bersama teman-temannya. Keringat yang mengalir
deras dari tubuhnya, membawa pemandangan tersendiri di mataku. Ingat, hanya di mataku. Aku tak tahu bagaimana dengan pandangan orang lain.

Setiap Sabtu, dia akan bermain basket dengan timnya. Mungkin karena akhir pekan, dia sengaja pulang terlambat untuk menghabiskan waktu dengan teman tim basketnya.

"Oi, sam! Dicari cewek lu tuh!" Kata Ramzi dengan sedikit nada mengejek.

Cewek? Dia udah punya pacar lagi ya? Hahaha dia memang gampang cari pacar yah. Padahal seingatku baru dua hari yang lalu dia putus sama pacarnya. Sekarang siapa lagi yang akan menemani hari-harinya, ya?

"Eh, umm... Oke bentar." Balas Ryu tersipu.

"Cieilahhh,,, sekarang kita ditinggal bray!" Celetuk Vito yang jomblo.

"Iya tuh, biarin aja pacaran sono!" Tambah Ramzi dengan ketawa kecil.

Hahaha lucu ya timnya Ryu itu. Ada aja cemburunya~

Dengan pipi memerah, Ryu menggertak mereka, "Diem aja lu! Dasar sirik!"

Coba intip ah, kayak gimana sih pacar barunya Ryu? Siapa tau aja cantikan aku daripada dia. Secara beberapa kali terakhir menurutku dia seperti sedang kehilangan selera.

"Nunggu lama ya?" Kalimat Ryu mengawali kemesraan mereka.

Dengan menunduk, si cewek menjawab, "Enggak kok, kak. Maaf kak, tapi aku ganggu kakak latihan ya?"

Spontan Ryu membalas kalimat si cewek, "Siapa yang bilang aku latihan. Aku cuma main bentar kok sama bocah-bocah kucel itu."

"Owh, hahaha~" Tawa lega keluar dari mulut si cewek.

Suara tawa mereka terasa begitu jelas. Jelas menusuk hati yang rapuh ini. Aku tak pernah merasakan kebahagiaan tertawa bersamanya. Sekalipun tidak.

"Maaf ya, kakak udah buat kamu kecewa untuk masalah yang tadi." Ucap Ryu sedikit merasa bersalah.

Dengan agak berat dia menjawab, "Iya, gapapa kak. Lagian juga udah aku lupain kok kejadian yang tadi itu. Gak penting."

Pelukan hangat dia bagikan dengan cuma-cuma. Terasa seperti semua itu sudah umum untuknya. Tapi mungkin tidak dengan pacarnya.

Aku hanya bisa tersenyum bisu melihatnya bahagia dengan yang lain. Dan aku hanya bisa ikut bahagia menyaksikan dirinya yang selalu menyandarkan kepalanya di pundak wanita lain.

Namun apa boleh buat, aku bukan siapa-siapanya. Tak ada yang bisa aku lakukan, selain melihatnya tersenyum. Hanya dengan melihatnya tersenyum aku sudah memahami arti kebahagiaan. Dan dengan melihatnya tersenyum aku sudah sedikit merasa ikut memiliki dirinya. Walau memang itu hanya perasaan semu, yang menjamur di pikiran kotor ku ini.

"Sudah, pulang sana gih. Nanti bunda mu nyariin lohh." Kecupan di puncak kepala si cewek terlempar begitu saja dari Ryu.

"Oke kak. Sampai ketemu besok~" Lambaian tangan dari si cewek mengakhiri percakapan mereka.

Mereka berpisah dengan senyum yang masih terukir dengan jelas di wajah mereka. Mereka berpisah dalam keadaan bahagia. Tidak dengan diriku, yang selalu dihindari olehnya.

Bahkan sampai sekarang pun, dia aku pastikan tidak menyadari akan keberadaan diriku. Untuk hal yang satu ini aku bisa terima dengan baik. Karena aku sendiri tak ingin dia menyadari tentang keberadaanku. Tapi, aku masih berharap kalau dia akan menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah di antara kita.

"Ugh!"

"Apa lagi sih? Orang barusan ketemu pacar kok mukanya malah asem gitu sih!" Tanya Ramzi bingung melihat Ryu yang terlihat kesal.

"Pacar, pacar!"

Dengan raut wajah santai, Ramzi menjawab, "Kenapa? Terpaksa lagi?"

T-terpaksa? Jadi selama ini Ryu pacaran dengan perasaan terpaksa. Aku jadi semakin aneh sama dia, apa sebenarnya yang dia mau? Kok sampai tega mempermainkan perasaan banyak wanita. Apa hanya demi memenuhi nafsunya? Atau hanya demi mengisi kekosongan yang ada dalam dirinya?

"Ya iyalah. Kan lo tau sendiri buat apa gua pacaran." Sebuah kalimat ambigu terucap dari mulut Ryu, dan terus mengiang di telingaku.

Memangnya buat apa? Kenapa Ramzi diam? Kenapa dia nggak menjawab kata-kata Ryu?? Ada apa ini? Aku semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Ryu.

Aku memang tidak tahu apa yang membuat Ryu semakin menjadi-jadi begini. Tapi aku akan selalu berdoa yang terbaik untuknya, selalu. Aku janji, Ryu.


Yosh! Akhirnya chapter 1 updateee... *yeee dan bakal aku usahain utk update secepat mungkin... Dan juga makasih buat yg udah mau sempetin waktunya buat baca story ku yg butuh banyak perbaikan *gomenn
Dan stay terus yaa,, *ryumuachhh

ANEMONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang