Kaki kotor ini mulai melangkah lagi. Mencari secercah cahaya di dalam mimpi terlarang. Berharap sang kasih akan meraih tanganku. Menarikku kembali dalam kenyataan. Dan mendekapku selalu dalam peluknya.
Namun, memang benar jika kenyataan tak akan seindah apa yang kau angankan. Kau tahu, kini aku sudah melihatnya memeluk wanita lain lagi. Wanita yang berbeda di setiap harinya. Entah sejak kapan dia menjadi seperti ini.
Di bawah halte bus itu, mereka asyik bercanda gurau. Tawa lepas kebahagiaan yang mereka sebar tepat di depan mataku. Senyum di bibirku terukir samar, namun pasti. Air mata meleleh dengan sendirinya, tak dapat lagi kubendung. Kenapa dia kini menjadi seperti ini?
Kasih, apa kau sungguh sangat kesepian. Disaat aku selalu ada di samping mu, kau tak pernah menganggap aku ada, namun setidaknya kau selalu tersenyum tulus. Dan kini, disaat aku tak lagi ada untukmu. Kenapa tawa lepasmu itu lebih terlihat seperti sebuah kekosongan.
Maafkan diriku yang tak bisa selalu menjagamu. Perjuanganku harus berhenti di tengah jalan karena alasan waktu. Namun jangan pernah salahkan waktu itu, ataupun takdir yang sudah menjadi milikku. Salahkan saja diriku yang pernah ada untukmu.
Langit kini semakin gelap. Kulihat wajah mereka tetap tak hentinya bersinar.
Dingin. Aku mulai kedinginan. Kembali kulihat mereka. Masih dengan tawa yang terukir jelas. Tangan Ryu masih tak bosannya melingkar di tubuh sang wanita. Aku tersenyum.
Kuingat kenangan masa lalu ku bersama Ryu. Kami dulu pernah saling mengenal, hanya saling mengenal.
Kami dulu juga pernah duduk bersanding seperti mereka. Namun saat itu aku dan dia hanya terdiam bisu, menunggu bus kami masing-masing. Tanpa ada sepatah kata pun terucap. Sempat aku sesali apa yang telah terjadi. Tapi waktu tak bisa lagi kuulang. Semua itu hanya dapat aku kenang. Berusaha untuk merasa beruntung karena pernah bersanding dengan sang pujaan kasih.
Di tengah lamunan yang tak berguna ini, aku tersadar kembali disaat mereka mulai berdiri. Seperti hendak pergi ke suatu tempat. Di balik bayang mereka, aku berjalan mengikuti langkah kasihku.
Satu sisi pintu mobil mewah dibukakan untuk sang wanita. Setelah sang putri telah duduk dengan nyaman. Sang pangeran pun menyusul masuk di sisi lain mobil.
Mobil mewah sedan hitam, mulai berjalan meninggalkan ku sendiri lagi. Di bawah langit malam yang gelap ini. Aku merasa sendiri, sungguh sendiri. Tanpa ada yang menghiraukan aku. Kupandangi semua orang yang lewat, tak satupun mengenalku, tak satupun menyapaku. Sudah sangat jelas, bukan?
Kudekap tubuhku sendiri. Berusaha menghalangi angin malam masuk ke dalam tubuhku. Merasakan kehangatan yang aku ciptakan sendiri, aku berusaha untuk menikmatinya. Jika bukan dari orang yang aku sayang, maka biarkan diriku sendiri yang memeluk tubuh dengan hati yang rapuh ini.
Kutatap bintang yang sempurna dengan mata yang haus akan kasih sayang ini. Kucoba gapai bintang yang jauh di langit sana, aku sadar bahwa aku tak akan pernah mencapainya. Kulambaikan tanganku padanya, tak satupun dari bintang di langit yang membalas sapaanku.
Kucoba alihkan pandanganku kepada tanah yang tandus ini. Kuusap tanah ini, mencoba merasakan apa yang dirasakan olehnya. Mungkinkah kita senasib? Nyatanya tidak, tanah ini jauh lebih baik dariku. Karena setidaknya dia masih berguna. Tanpanya, tak ada tempat bagi kita untuk berpijak.
Menahan emosi yang nyaris meluap bagaikan gejolak api. Kuingat terus apa yang telah terjadi, sebagai garam yang aku taburkan di atas luka ini.
Bagai piring yang sudah pecah. Hati ini sudah tak mungkin lagi untuk diperbaiki. Memang benar jika ini sudah saatnya aku untuk pergi.
OLE MADAFAKA!!~
Chp4 up *ululuululuuu
How 'bout diz chp?? Vomment pls~ Don't be a silent reader... 'Cause I love u all *muachh
Stay yeaaa *luvluv
KAMU SEDANG MEMBACA
ANEMONE
RomanceMemang terdengar kejam, kau terasa begitu jauh dariku walau nyatanya kau tepat berada di depanku. Tapi aku masih merasa beruntung, karena setidaknya hadiah terakhir yang kudapat adalah Bunga Anemone darimu. . . [! Cover and Multimedias are not mine...