Sengaja aku biarkan rindu ini menjamur dalam hatiku. Hari ini aku tidak akan mencari Ryu. Aku akan menunggunya di sini. Aku ingin tahu apakah dia mengingatku atau tidak.
Semua keluargaku sudah datang, lengkap dengan tisu di tangan mereka. Aku tak kuasa menahan semua yang aku lihat ini. Aku belum siap meninggalkan mereka, tapi aku tak bisa menghentikan waktu atau membalikkan waktu. Yang bisa kulakukan hanyalah pasrah pada sang pemilik kehidupan ini.
Semua kawan dekatku tak luput dari pandanganku. Mereka tak jauh berbeda dari yang lain. Mata sembab disertai dengan tisu yang dikepal erat. Mereka semua memanggil nama ku, walau mereka pun juga tahu jika aku tak akan pernah muncul lagi.
Di samping batu nisan milikku sendiri, aku hanya bisa melihat mereka. Tersenyum haru sambil berlinang air mata. Tak kuat mata ini melihat semua orang yang memanggil nama ku ini. Di saat aku melihat wajah mereka, aku selalu teringat akan kenangan yang pernah aku alami bersama mereka. Aku harap mereka juga mengenang setiap saat yang dilaluinya bersamaku.
Aku merasakan tubuhku yang semakin meringan. Air mata yang keluar dari mata yang penuh kenangan ini semakin menjadi-jadi.
Di saat puncak kesedihanku, aku melihat sesosok pria yang sangat aku kenal. Tubuh tingginya yang sangat khas membuatku langsung tersenyum sendiri. Apakah dia mengingatku?
Dengan sedikit ragu dia melangkah ke arahku. Kupandang lekat dirinya. Ini sungguh dirinya, bukan?
Butiran air matanya mulai menetes. Senyumku terukir jelas melihat kenyataan ini. Bahagia kini aku melihatnya menangis untukku. Dia mengingatku dalam dirinya.
Diletakkannya bunga anemone putih yang kemarin dibelinya di festival. Disentuhnya nisan yang bertuliskan namaku di sana. Dipeluknya nama itu dan diciumnya batu nisan yang berukirkan namaku di sana.
Rasanya beban yang selama ini aku rasakan, kini telah hilang. Bersamaan dengan air mata yang menetes ini, beban itu kini telah hilang. Sudah tak ada lagi yang aku harapkan. Sudah tak ada lagi yang aku inginkan. Sesuatu yang selama ini aku inginkan, sudah terpenuhi. Sekarang, aku sudah akan bisa melepaskan semua hubungan duniawi ini.
Dengan sedikit ragu, aku mencoba untuk mengatakan sesuatu, "Ryu, apa kau datang untuk ku? Apa kau datang karenaku?"
Dengan ekspresi wajah bercampur aduk, dia melihatku. Aku berhasil. Aku berhasil bicara padanya, perasaan ku kini mencapainya.
"Cloris?? Apa ini sungguh kau?"
Dengan sedikit rasa ketidak percayaan, aku bertanya padanya, "Ryu, kau sungguh melihatku? Apa aku sungguh berhasil mencapai mu? Apa kita benar sedang berbicara?"
Dengan mata merah dan isak yang masih terdengar, Ryu menjawab, "Ya, Cloris. Aku di sini melihatmu, kau sungguh terlihat nyata."
"Wujudku memang seperti nyata, namun itu hanya ada pada pandanganmu. Karena sesungguhnya aku telah-"
"Cukup! Cukup Cloris jangan kau teruskan lagi. Jangan kau ingatkan lagi diriku akan hal ini. Besok, kita masih akan bertemu lagi bukan?"
"Jika memang itu yang kau inginkan, aku akan selalu ada untukmu."
"Aku tau ini salah."
"Memang benar jika aku akan selalu ada. Tapi bukan sebagai Cloris lagi, aku akan selalu ada dalam dirimu, Ryu. Kemana pun kau pergi aku akan selalu menyertaimu. Karena aku hanyalah bayangmu semata."
"Maaf, Cloris. Jika selama ini aku tak pernah menganggapmu, tapi sebenarnya bukan itu yang aku mau. Aku hanya tidak bisa menyampaikannya padamu."
"Sudah, jangan kau bahas lagi. Kini sudah saatnya kita mengakhiri obrolan kita. Jadikan ini pertemuan yang membekas di hati. Ingatlah selalu diriku, Ryu."
"Jangan kau ragukan lagi akan hal itu. Aku akan selalu menjaga nama mu dalam jiwa ini."
"Ryu, cukup tau aku dirimu. Cukup sampai di sini batasku mengenalmu. Namun, rasa ini tak akan pernah berakhir. Akan kujaga selalu rasa ini, tak akan luntur sampai kapan pun. Jaga selalu dirimu."
"Cloris... I Love You." Sebuah kata terakhir ini terucap begitu saja dari mulut Ryu dan terus mengiang di telingaku, hingga sampai akhirnya-
Kini mungkin tubuhku sudah mulai tampak samar di hadapannya. Dengan tenang aku mengukir senyum terindah yang pernah ada.
"I Love You too, Ryu."
-hingga sampai akhirnya kata perpisahan pun terucapkan.
Kini aku telah benar-benar lenyap dari hadapannya.
Tak Ku Mengerti Mengapa Begini...
Waktu Dulu Ku Tak Pernah Merindu...
Tapi Saat Semuanya Berubah...
Kau Jauh Dariku Pergi Tinggalkanku...Mungkin Memang Kucinta...
Mungkin Memang Kusesali...
Pernah Tak Hiraukan Rasamu Dulu...Aku Hanya Ingkari...
Kata Hatiku Saja...
Tapi Mengapa Kini...
Cinta Datang Terlambat...-Cinta Datang Terlambat by Maudy Ayunda-
Akhirnyaaaa,, Chp7 up up up...
Maaf yaaa,, kalo feel nya kurang kena *eakk *banget
Eitsss... Tpi ttp Stay yeaaa, karena Epilog akan segera diluncurkan *wusss
And don't be a Silent readerr~ Give ur Vomment pls *hug and I love u all *muachh
KAMU SEDANG MEMBACA
ANEMONE
RomanceMemang terdengar kejam, kau terasa begitu jauh dariku walau nyatanya kau tepat berada di depanku. Tapi aku masih merasa beruntung, karena setidaknya hadiah terakhir yang kudapat adalah Bunga Anemone darimu. . . [! Cover and Multimedias are not mine...