Hembusan angin senja membelai lembut rambutku. Kunikmati detik-detik terbenamnya sang mentari yang sudah seharian ini menemani hari ku. Dan perlahan namun pasti kudapati rembulan mulai nampak menggantikan perannya.
Kutengok kesana kemari tak ada yang menarik selain jalanan yang sudah mulai ramai kembali. Daripada ikut serta dalam keramaian itu, aku lebih baik mengambil jalan setapak dibalik bukit yang tak jauh dari kota ini.
Aku berjalan tanpa arah, mencari sesuatu yang tak pasti. Sampai aku menemukan seorang pria tengah bersandar di bawah pohon menatap jauh ke langit. Aku heran melihatnya. Siapa dia? Apa yang dilakukannya malam-malam begini di tempat seperti ini?
Kudekati dirinya. Kupandang dia baik-baik, barangkali aku mengenalnya.
Deg!
Tak kuteruskan langkah kaki ku untuk mendekat kepadanya. Siluet darinya makin kukenal. Memang bukan salah lagi, dia memang Ryu. Tapi untuk apa dia di sini?
Berdua dengan seorang disayang, apakah begini rasanya. Walau dia tak menyadari akan keberadaan diriku, tapi paling tidak di sini dia hanya akan menjadi milik ku.
Kupandangi dia tanpa henti, sampai aku lupa untuk berkedip. Tatapan sayu dari matanya, mengagumi langit malam. Aku berterima kasih pada bulan dan bintang, karena telah memberiku kebahagiaan kecil dengan melihat sisi lain darinya.
Sedikit aneh, tapi terlihat jelas. Butiran air perak mengalir perlahan dari mata indahnya. Perlahan membasahi kedua pipinya yang selalu membuatku ingin mengecupnya. Jatuh satu persatu menimpa tepi kaos biru yang membuatku semakin jatuh cinta padanya.
Tangan manisnya mengusap pelan air mata itu. Sungguh tak rela diriku, seharusnya akulah yang mengusap air mata kasihku.
Dia tersenyum pahit. Melemparkan raut muka kecewa pada sang Bintang. Apa salahnya? Bukankah dia terlihat begitu indah, sayang? Kenapa kau marah padanya. Jika terlihat buruk, jangan salahkan dirinya. Salahkan diriku, mungkin karena keberadaan ku di sini yang membuat keindahannya berkurang.
Jika kau tak menyukainya, aku akan pergi. Semua yang membuatmu tersenyum akan kulakukan dengan senang hati. Tapi, kumohon jangan menangis seperti ini. Aku tak ingin keberadaanku membuatmu bersedih. Jika perlu aku akan pergi dari hadapanmu untuk selamanya, demi membuatmu tersenyum selamanya.
Setidaknya katakanlah apa yang membuatmu menangis? Apa benar itu karenaku. Sejujurnya aku tak bermaksud membuatmu menangis, sungguh. Aku hanya ingin melihatmu. Hanya itu, tak lebih dan tak kurang.
Apakah memang haram bagiku untuk melihat sang kekasih. Kekasih yang tak pernah benar-benar menjadi kekasihku. Aku hanya memanggilnya kasih, tanpa pernah memilikinya.
Aku bersyukyur jika ini hanya terjadi padaku. Aku tak ingin orang lain merasakan apa yang aku rasakan. Maaf saja kasih, jika aku pernah menyakitimu. Maaf saja, jika aku mengganggumu.
Dengan suara sedikit serak, dia berkata, "Bukan, ini bukan salahmu. Maaf jika aku membuatmu bersedih. Tapi sungguh, ini bukan salahmu. Jadi berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Maaf, jika sudah membuatmu khawatir."
Apa dia berbicara kepadaku? Aku tak yakin tapi aku sungguh mendengarnya. Aku merasakan penyesalan dalam dirinya. Penyesalan yang sungguh kuat. Lebih seperti putus asa.
Dia mengusap wajahnya. Berusaha tersenyum meski sangat berat baginya. Dia beranjak dari posisi duduknya.
Hanya dengan mengucapkan sepatah kata ambigu, dia meninggalkanku. Dengan wajah yang masih sedikit murung dia pergi.
Kulambaikan satu sisi tanganku ke arahnya. Tanpa menoleh, dirinya terus berjalan menjauh dariku. Kupandangi bayangan tubuh yang selalu ingin kudekap itu. Namun, mimpi itu mulai pudar dari benak ku. Karena kenyataan yang harus kuterima ini.
Eng..ing...eng... Chp 2 akhirnya up *yeayy Hmmm, berhubung sebenernya story ini sdh 'end' di laptop ku,,, jdi bakal aku usahain up nya lebih cepet... Doain aja aku gak banyak tugas n PR, ditambah lagi guruku tadi pake mutung ,- *curhatttt:v
Olayy,, tetep Stay ya sayyy *muach
KAMU SEDANG MEMBACA
ANEMONE
RomanceMemang terdengar kejam, kau terasa begitu jauh dariku walau nyatanya kau tepat berada di depanku. Tapi aku masih merasa beruntung, karena setidaknya hadiah terakhir yang kudapat adalah Bunga Anemone darimu. . . [! Cover and Multimedias are not mine...