2. BOSAN

265 29 9
                                    

Suara klakson motor dan mobil saling bersahutan. Ribuan mobil dan motor saling berdesakan di sepanjang jalan. Ya, hari ini kota Jakarta seperti biasa, macet. Dan lebih parahnya lagi adalah macet total. Suasana kota metropolitan terasa sangat bising dan sangat panas. Nyanyian musisi jalanan menemani kebisingan kota, mereka adalah anak-anak yang kurang beruntung. Mereka putus sekolah karena tidak memiliki biaya. Mereka bekerja agar dapat bertahan hidup. Seorang gadis cantik tersenyum getir, merasa iba dengan nasib mereka semua.

"Nona Ara" panggil seseorang menyadarkan lamunannya. Sedari tadi, gadis itu hanya melamun, meratapi penderitaan anak-anak yang kurang beruntung itu.

"Iya pak" ucap Ara tersadar

"Saya lihat nona melamun, ada apa nona?" Tanya Pak Joko, sopir pribadi Ara

"Tidak apa-apa" ucap Ara tegas.

Suasana di mobil Ara kembali sunyi, Pak Joko yang notabenennya sopir Ara sudah bekerja sejak Ara masih di bangku SD. Dia kenal betul siapa Ara itu. Gadis manis yang sangat ceria dan ekspresif. Tetapi, segalanya berubah, sejak kejadian 10 tahun yang lalu, kejadian yang membuat Ara berubah menjadi sosok yang pendiam dan minin ekspresi. Menjadi gadis yang sulit di mengerti. Menjadi gadis yang individual dan suka menyendiri.

Pak Joko memutar sebuah musik klasik di mobil Ara, Ara sangat menyukai musik klasik. Bagi Ara, musik klasik selalu bisa menenangkan dirinya. Sebenarnya, Ara sangat menyukai musik dan mahir bermusik. Tetapi, entah mengapa sekarang dia tidak mau melakukannya. Padahal Ara belajar musik sejak dia berumur 3 tahun. Ara berhenti bermusik saat dia berumur 10 tahun. 7 tahun sudah Ara melupakan keahliannya, dia tidak memiliki penyemangat untuk kembali ke hoby kecilnya. Ara tidak ingin mengingat masa lalunya lagi. Masa lalu yang menurutnya sangat kelam. Masa lalu yang membuatnya melakukan hal konyol yang sangat memalukan.

-oOo-

Ara berjalan menyusuri koridor sekolah, wajahnya masih tetap sama, datar dan tanpa ekspresi. Ara tidak pernah mau berbicara dengan orang lain jika itu menurutnya tidak penting. Ara pribadi yang cuek dan dingin.

"Pagi Bunga Sakura" sapa seseorang menghentikan langkahnya, Ara hanya menoleh sekilas dan terus berjalan.

"Siang Bunga Sakura" ucap laki-laki itu lagi, kali ini Ara tetap berjalan tanpa memperdulikan laki itu

"Sore Bunga Sakura" ucap laki-laki itu lagi, kali ini laki-laki itu berdiri di hadapan Ara, membuat Ara terpaksa harus berhenti

"Malam Bunga Sakura" ucap laki-laki itu lagi, Ara menatap laki-laki itu dengan wajah datarnya.

"Jangan marah, anggap aja sapaan gue mewakili semuanya. Jadi, gue gak usah repot-repot ke rumah loe untuk nyapa loe" ucap laki-laki itu tersenyum, siapa lagi kalau bukan Bintang Khatulistiwa.

"Gue nggak nanya" ucapnya pedas

"Apa?!" Kaget Bintang

Ara bergerak meninggalkan Bintang yang masih sibuk berfikir. Bintang sangat terkejut karena mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari Ara. Gadis itu tidak buta kan? Ini Bintang, idola sekolah.

"Kayaknya syaraf di otak cewek itu ada yang putus deh, masa iya cowok sekeren gue, seganteng gue dan sekaya gue di cuekin sama dia?" Tanya Bintang pada dirinya sendiri, laki-laki itu terlalu terkejut dan masih tidak percaya.

"Ini Bintang?" tanya seseorang datang

"Gue nggak mimpi kan? Seorang Bintang Khatulistiwa berangkat sepagi ini?" Sindir laki-laki itu terkekeh

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang