PROLOG

263 33 4
                                    

Senja mulai menenggelamkan wajahya di ufuk barat. Ribuan burung bertebangan di langit merah jingga itu, mereka berlomba-lomba untuk kembali ke sarang mereka. Perlahan tapi pasti, warna merah jingga itu berubah menjadi gelap dan semakin gelap. Seorang gadis cantik menyaksikan sunset hari ini. Sunset yang menurutnya sangat istimewa, kenapa? Karena dia menyaksikan sunset tidak sendiri, dia di temani oleh seorang pria tampan yang selama ini berhasil masuk ke hatinya. Pria yang tidak pernah dia bayangkan akan memilihnya, pria yang entah mengapa mampu membuatnya nyaman. Namanya Bintang, dia milik Ara, dan dia sangat mencintai Ara. Dan dia sangat-sangat takut kehilangan Ara.

Bintang menatap Ara dalam, bibirnya mengulas senyuman, senyuman paling manis yang pernah dia tunjukan. Senyum yang sangat Ara sukai, senyum yang membuat Ara ingin ikut tersenyum. Senyum yang menjadi penyemangat untuk Ara. Senyum yang selalu Ara rindukan. Ara tersenyum menatap Bintang, hanya Bintang satu-satunya orang yang bisa membuat Ara tersenyum, karena selama ini Ara tidak pernah tersenyum, Ara adalah gadis tanpa ekspresi. Perlahan jemari tangan Bintang bergerak. Pria itu menggerakan jemarinya untuk menyentuh jemari Ara. Sentuhan yang sangat Ara sukai dari sosok Bintang, Ara menyukai setiap kenyamanan yang Bintang berikan. Ara juga sangat-sangat takut kehilangan Bintang.

"Ara, gue punya sesuatu buat loe" ucap Bintang serius

"Apa?" Tanya Ara datar

"Tutup mata loe, dan jangan buka mata loe sebelum gue bilang buka" ucap Bintang tegas

"Gue gak mau" ucap Ara tegas

"Kenapa?" bingung Bintang, meskipun mereka sudah berpacaran, tapi sering kali Ara sulit di tebak

"Gue takut kalau gue menutup mata, loe pergi dari hadapan gue. Dan gue takut kalau gue menutup mata, gue gak bisa membuka mata gue lagi dan gak bisa ngeliat loe lagi" ucap Ara datar, membuat Bintang terkekeh pelan

"Lebay banget si loe, udah cepetan tutup mata loe" ucap Bintang tajam, akhirnya Ara menutup matanya

"Dalam hitungan ke tiga, loe boleh buka mata loe" ucap Bintang tegas, Ara hanya mengangguk

Satu...

Dua...

Tiga...

Ara perlahan membuka matanya, wajahnya sedikit terkejut melihat pemandangan di depannya. Ara menoleh ke pada Bintang. Meminta penjelasan, karena Bintang menyodorkan sebuah kotak beludru berisi sebuah cincin perak bemata sebuah bintang.

"Ara... will you marry me?" tanya Bintang dengan wajah seriusnya.

Tes.. Air mata Ara menetes saat itu juga. Apakah ini sebuah mimpi? Pikir Ara masih tidak percaya. Jika ini mimpi, Ara sangat memohon kepada Tuhan jika dia tidak ingin bangun lagi, biarlah dia hidup dalam mimpi saja. Biarlah berakhir sampai di sini saja.

Thanks

ARA

BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang