The Emperor's Heart Chapter 9

855 74 16
                                    

Kuroko memandang Akashi dari atas hingga bawah, dan begitu terus selama setengah jam, alisnya memicing tajam seolah tidak puas.

"Akashi-kun." ucapnya dingin.

"Y-ya, Tetsuya?" jawab Akashi takut takut.

Berani sumpah, Akashi tidak pernah pergi ke klub malam dan haha hihi dengan wanita menor berdada besar disana. Kalaupun iya—maksudnya hari ini, alasan kenapa dia berbau alkohol, itu karena semata-mata dirinya menghormati klien. Sebagai abdi negara, wajar lah kalau dia menjaga citranya. Tapi, pandangan Kuroko entah mengapa begitu menyudutkannya, serasa dia tertangkap basah tengah berselingkuh.

"Kau itu bau sekali sih." ujar Kuroko sambil menutupi hidungnya.

"Eh?"

Akashi mengendus pakaiannya, wangi seperti biasa kok, pikirnya.

"Anu Tetsuya, maaf aku tadi minum--"

Kuroko mundur satu langkah, "Jangan mendekat, kau bau sekali. Baumu seperti muntahan kucing, Akashi-kun."

Akashi sweatdrop.

Memang ya, bau sake itu mirip muntahan kucing? Akashi menggeleng, dia belum pernah mencium muntahan kucing. Tunggu, kalau begitu Kuroko pernah? Entah kenapa ini seperti scene di salah satu anime yang mengangkat taiyaki rasa kotoran kuda.

"Apa aku bau sake?" tanyanya pelan.

"Bukan.."Kuroko menggeleng tegas sambil terus melangkah mundur, "..baumu seperti muntahan kucing."

Akashi mengendus pakaiannya lagi, hanya memastikan, barangkali dia tadi terjatuh di muntahan kucing tanpa sadar atau bagaimana hingga membuat istri tercintanya memandangnya jijik sambil menutup hidung seolah olah dia baru keluar dari tong sampah. Biasanya dia pulang mabuk juga Tetsuya-nya jarang protes, paling hanya ngambek kemudian.

"Mm..Tetsuya, kau hamil?" ujarnya ngasal.

.

.

.

.

"Hmm sudah jalan dua minggu." Jelas Midorima.

Akashi masih mencerna kata kata dokter tsundere itu, dua minggu? Hamil? Tetsuya bisa hamil?

"Kau serius, Shintarou?" tanyanya.

Midorima mengurut dahi, "Tes darah dan tes urine menunjukkan semuanya, Akashi. Omong-omong selamat, ini kelahiran pertama kalian bukan?"

Akashi beralih ke arah Kuroko yang tengah ngobrol dengan Takao, tak sengaja mata mereka bertemu. Kuroko tersenyum, senyum paling manis yang pernah Akashi lihat. Mungkinkah hormon membuat Kuroko tampak lebih—eehm cantik?

"Memang yang pertama, tapi ini anak kedua kami." ujarnya terharu.

"Kurasa Seiya akan senang mendapat adik baru."

"Aku merasa sangat jantan, Shintarou."

Midorima menjatuhkan wajahnya ke meja.

.

.

.

.

Sepanjang perjalanan pulang, Akashi menyetir dengan perasaan yang campur aduk, antara fokus pada jalanan di depannya, dan pikiran ingin 'memakan' istrinya setiba di rumah nanti.

"Jangan melakukan seks dulu, kandungannya dalam usia yang riskan."

Midorima menghancurkan semuanya.

The Emperor's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang