The Emperor's Heart Chapter 6

998 93 3
                                    

"..Bisa kalian berhenti?! Aku sedang mencari keluargaku.."

Akashi membuang berkas berkas yang disodorkan untuknya. Yang benar saja, begitu pikirnya. Baru dirinya akan melangkah dari gedung yang setengah roboh itu, ponselnya bergetar. Dua, tiga, ya lima kali dia merasa terganggu dengan getaran di sakunya. Dilihat siapa orang brengsek yang mengganggunya disaat seperti ini.

Chihiro Mayuzumi

Akashi mendecak sebal sebelum akhirnya mengangkat teleponnya ketimbang asistennya ini akan terus menerus menerornya.

"Apa kau tidak tahu beta---"

[Urusi pekerjaanmu Akashi, keluargamu biar aku yang melihat keadaannya.]

" Kau kira kau bicara dimana ha? Jangan seenaknya berbuat Chihi--"

[Aku benar benar sedang berlari ke rumahmu sekarang, jadi urusi tanggung jawabmu Akashi. Keluargamu memang penting tapi yang ada di tanganmu adalah nyawa sejumlah wilayah ini, bersikaplah layaknya seorang ajudan. Kau hanya boleh bergerak ketika pemerintah pusat sudah memberimu perintah. Ingat itu.]

Ya Tuhan.

Sejak kapan Mayuzumi jadi pintar bicara.

"Tsk..----" Baru dirinya akan membuka mulut, sekertarisnya datang dengan raut takut membawa sejumlah berkas, "Aku percayakan Tetsuya dan Seiya padamu-tuut-- baik aku segera kesana." Ucapnya menegaskan.

Bekerja di pemerintah pusat sangat menjengkelkan, menjadi abdi negara sangatlah menjengkelkan, tapi ini keputusan yang dia tentukan. Setelah sekian lama mengantongi hasil kerja keras di perusahaan ayahnya, Akashi benar benar harus menunjukkan integritasnya pada negara. Itu yang diucapkan ayahnya. Lucu. Dan kecelakaan sefatal ini bisa luput darinya adalah sebuah kesalahan terbesar yang dia lakukan. Secepatnya, pasti secepatnya dia akan mencari dalang dari kecacatan informasi yang dia terima.
.
.
.
Mayuzumi melangkahkan kakinya pada kota yang nyaris tinggal reruntuhan. Dia kesulitan mencari rumah Akashi karena semuanya nyaris sama. Sama sama rata dengan tanah. Kota kecil yang indah sekarang penuh degan reruntuhan bangunan dan tenda tenda darurat untuk tempat tinggal sementara, belum lagi bau asap yang menyengat, keluh kesah serta tangisan anak anak. Ini nyaris membuatnya gila.

Buugh

Tubuh kecil yang menabraknya terhempas. Sungguh, Mayuzumi tak melihat datangnya anak kecil ini. Dengan sigap dia membantunya berdiri. Untunglah tak ada luka serius, hanya pakaian yang kotor terkena debu.

"Kau baik baik saja?"

Anak itu mengangguk sambil menepuk nepuk lututnya, "Tidak apa apa, paman."

Mayuzumi menatap lama anak itu.

Mirip sekali.

Deg

"Namamu?..."

Anak itu terdiam sejenak, kemudian tersenyum lebar. Ya ampun. Mirip sekali dengan atasannya yang brengsek brengsek absolut itu.

"Seiya, Akashi Seiya lima tahun, Taman Kanak kanak Teiko kelas bungan matahari nomor duduk 11."

"pfft------"

Mayuzumi terkekeh sendiri.

Wajah memang mirip, tapi sifat beda jauh. Ini seperti melihat Akashi versi chibi edisi mabuk sake. Akashi one side character.

"Kenapa paman tertawa? Paman sedang bahagia?"

"Ah tidak, hanya saja, syukurlah kau baik baik saja Seiya-kun. Dimana ibumu? Apa dia terluka? Atau--"

"Ibu baik baik saja, dia ada di sana, lihatlah.." Seiya menunjuk ke salah satu tenda yang berisi orang terluka. "Ibu bilang akan membantu mereka, jadi aku disuruh mencari air panas."

Mayuzumi tersenyum lega, setidaknya dia bisa menjitak Akashi yang nyaris memporak porandakan kantor pusat karena rasa cinta pada anak istrinya. Atau lebih parahnya dia kabur secepat kilat dan kalang kabut ditengah kota mencari anak istrinya. Tidak ada yang tahu pasti seperti apa Akashi Seijuuro itu.

"Ayo kita cari air panas, setelah itu kita bantu juga ibumu."

"Um.." Seiya mengangguk semangat.
.
.
.
.
.
Akashi bekerja secepat kilat, menerima setiap panggilan pusat, menghitung jumlah bantuan yang datang, inilah kekuatan yang mulia Akashi Seijuuro. Tapi tetap saja dia bertindak ceroboh, karena pikirannya terbagi kemana mana, belum lagi ponselnya kembali bergetar. Kali ini pesan.

[from : Chihiro Mayuzumi
subject : Re

Aku sudah menemukan mereka, dan mereka benar benar dalam keadaan sangat baik. Jadi datanglah setelah pekerjaanmu selesai. ]

Dan sesaat dunia begitu terang bagi Akashi.

Ke-typo-annya sejak tadi pun memudar, kalkulator bekerja lebih lambat dari hitungan manualnya, semuanya demi anak-istri.

"Akashi san.."

Akashi mendongak, mendapati bawahannya di bagian kependudukan, Furihata Kouki semacam ingin memberitahunya sesuatu karena rautnya benar benar gelisah.

"Ada apa? Aku benar benar sibuk sekarang."

"Masalah pembangunan nuklir di sektor A---sigh--kurasa aku harus memberitahumu sesuatu."

Sektor A? Nuklir? Setelah meledak baru datang sebuah informasi. Akashi merasa kantor pusat penuh kebusukan.

"Baiklah, setelah aku menandatangani proposal ini."

Furihata mengangguk dan meninggalkannya dengan langkah gontai. Akashi memijit dahinya, melelahkan sekali bekerja seperti ini. Mengurusi orang banyak dengan tanggung jawab yang besar. Membantu orang mengungsikan diri tapi harus menyisakan nasib keluarganya sendiri.

Ini sih tak akan ada habisnya, pikirnya kesal
.
.
.
"..Jadi kau bekerja untuk Akashi kun sudah selama itu? Kau pasti benar benar memahami bagaimana sifatnya." Ujar Kuroko sambil membasuh Seiya.

"Yah, bisa dibilang begitu, tapi Kuroko san sebagai istrinya tentu lebih memahaminya."

"Kau tak perlu menambahkan -san, Kuroko cukup."

Mayuzumi berpikir sebentar, yah bila berdua saja dengan Akashi dia juga memanggilnya Akashi tanpa tambahan apapun, mungkin terhadap istrinya tidak apa apa.

"Pasti melelahkan ya, bekerja untuk orang yang keras kepala seperti Akashi kun?" Kuroko masih saja sibuk membasuh Seiya.

"Tidak juga, tapi Kuroko, kau tidak menanyakan keadaan Akashi-san sama sekali sejak tadi?" Ujar Mayuzumi sedikit heran.

Kuroko tertawa pelan, "Karena aku yakin dia baik baik saja."

Mayuzumi tersenyum, luwes sekali keluarga seperti ini, menurutnya Akashi sangatlah beruntung dapat menikahi pemuda(?) seperti Kuroko. Dia yang baru saja bertemu bisa saja langsung jatuh cinta, jika dia tidak mengingat taring Akashi yang meruncing. Belum lagi secara personaliti antara dia dan Kuroko sangat mirip, secara tak langsung dia menyadari bahwa hawa keberadaan Kuroko sangatlah tipis. Mungkin Akashi ditakdirkan dekat dengan orang orang berkekuatan ghaib. Sesaat senyumannya memudar karena Kuroko tampak terengah engah memegang dadanya.

"A anda baik baik saja?" ujarnya panik.

Kuroko melambaikan tangannya, sebagai kode dia baik baik saja, sedang batuknya makin hebat saja. Seiya yang sudah terlelap bahkan ikut terbangun.

"Ibu kenapa?"

Kuroko mengatur nafasnya, sebelum berbalik menatap dua laki laki yang menatapnya dengan cemas. Dia hanya tersenyum.

"Aku baik baik saja, hanya batuk karena asap.

Walaupun saat ini dadanya terasa dipukuli.

TBC

The Emperor's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang