Part 15

3.9K 403 7
                                    

Aku melepaskan sepatu Converse Highku, mulai melangkahkan kaki ke dalam rumah minimalis nan elegan ini.

Ada sedikit rasa sesak dan sakit saat memasuki rumah ini. Tapi rasa sesak dan sakit ini tak sebesar dan tak seganas rasa khawatir dan rasa rinduku pada Yoongi.

"Kayaknya Yoongi ada di dalem."

Taehyung kemudian membuka pintu salah satu ruangan di rumah ini. Sepertinya itu kamar Yoongi.

Aku masih diam di tempatku. Aku belum siap.

"Kamu gak akan masuk?"

"Aku belum siap, Dae. Kamu duluan aja."

Aku tak henti-hentinya menggigit bibirku, dan tak henti-hentinya memainkan jariku. Aku takut. Aku takut melihat kondisi Yoongi saat ini. Aku tidak siap melihatnya.

Taehyung pun keluar, diikuti Midae.

"Kok gak masuk sih? Dia nanyain tuh."

Jantungku berhenti memompa darah untuk sesaat. Aku tak bisa bernafas, sesak.

"Cepet masuk. Aku sama Taehyung mau keluar dulu."

Aku mengangguk pelan.

Kemudian mempersiapkan diri untuk masuk, bertemu dengan seorang pria yang selama seminggu ini memenuhi pikiranku.

Aku melangkahkan kaki, masuk ke ruangan ini. Mataku dengan sigap mencari keberadaan Yoongi. Dan itu, di atas kasur dengan sprei putih seseorang yang sangat aku rindukan menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut. Dia mengarahkan pandangannya padaku. Mata kita bertemu.

Segala jenis rasa menghantam diriku. Sedih, khawatir, sakit, rindu bercampur menjadi satu.

Air mata yang sudah berkumpul dari tadi memaksa untuk keluar. Dengan sekuat tenaga aku menahannya.

"Yoohee, aku kangen."

Seketika air mataku pecah, membasahi pipiku. Sangat sakit rasanya mendengar kalimat yang ia ucapkan.

Peduli sangat. Aku segera menghampiri dan memeluknya.

Aku tak bisa menahan diriku untuk
tidak memeluknya. Aku sangat merindukannya.

"Aku juga kangen, Yoon."

Hatiku sangat bahagia ketika aku mengatakannya. Sebaliknya, otakku murka. Otakku berkata bahwa aku ini sangat bodoh, menjadi pelampiasan saja oleh Min Yoongi, pria jahat ini. Dia merindukan wanita yang ia sukai, dia tidak merindukanku.

Menyadari akan hal itu, perlahan aku melepaskan pelukanku. Tapi sekarang Yoongi mempererat pelukannya.

Entah apa yang harus aku lakukan. Aku kaku.

Sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya. Dan menatapku dengan senyum manisnya yang bisa membuatku lupa diri.

Aku duduk di tepian kasur dan memiringkan tubuhku ke arahnya. Memperhatikannya. Badannya sangat kurus, matanya menghitam.

"Sakit apa?"

"Sakit biasa. Salah makan."

Separah itu kah? Sampai tak masuk sekolah selama seminggu. Dan sampai kondisinya seperti ini?

"Udah makan?"

"Belum."

"Aku bawa buah-buahan, bentar aku ambil dulu."

Tangannya menahan tanganku. Membuatku kembali jatuh di atas kasurnya.

"Aku gak laper. Temenin aja aku disini."

Hatiku kembali sakit mendengar apa yang baru saja ia ucapkan. Aku memberikannya senyum pilu.

"Jangan kasih aku senyum kayak gitu. Aku sakit ngeliatnya."

KAMSAHAMNIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang