Mr. ABC

3.8K 283 115
                                    

Tiga orang remaja dengan wajah serupa menghentikan motor kembar mereka bersama-sama pula. Memarkirkannya sejajar di tempat parkir sekolah kesayangan mereka. Yamaha vixion dengan warna merah, hitam dan biru.

Menunjukkan warna favorit masing-masing, ketiganya sangat akrab dengan sifat, penampilan dan wajah yang nyaris serupa hingga hanya kakek dan papanya yang bisa mengenali mereka tanpa sekalipun salah menyebutkan nama mereka.

Tubuh tinggi jangkung, rambut cokelat dan sifat tenang hasil ajaran Sang Kakek terbukti berhasil. Tidak sia-sia mereka menolak hak waris tak terhitung jumlahnya itu demi kehidupan tenang bersama dengan keluarga Wijaya 7 tahun silam.

Perilaku menyimpang dan pembendaharaan kata makian mereka pun terkikis habis oleh kata-kata santun yang dengan sabar diajarkan oleh nenek mereka saat mereka pindah ke kediaman Wijaya dihari ulang tahun ke-10, hari yang seharusnya merupakan hari perayaan kedewasaan dimana mereka mendapatkan senjata perak tanda pewaris.

Senjatanya tentu langsung dikembalikan karena mereka yakin kebahagiaan bukan dinilai dari harta. Perlahan saat mulai dewasa, mereka sadar akan ketidaknormalan kelurga Angelo dan mereka yakin mereka tak memiliki sisi gelap yang sama. Mereka lelah dilatih dengan cara tak manusiawi, tak tahan dijauhi karena nama belakang yang dipenuhi oleh sejarah panjang mengerikan. Mereka terlalu muak dipaksa belajar hal-hal gila hingga tak punya waktu bermain yang menyenangkan.

Dewasa sebelum waktunya pun membuat mereka merasa tersiksa. Terlebih saat Abang kesayangan meninggalkan mereka demi mengejar saudari kembarnya membuat mereka makin sadar bahwa menjadi Angelo sama sekali tak menyenangkan. Mengukuhkan tekad, akhirnya mereka berterus terang pada Kepala Keluarga.

Beruntung orang tua mereka tak keberatan merelakan mereka menjadi penerus keluarga Fabian. Walau kepergian mereka di antar oleh airmata Mikael dan Lexie, tapi itu bukan berarti mereka tak akan bertemu lagikan? Toh mereka tinggal dalam satu kota yang sama.

Anak pertama Adney, Blade dan si bungsu Chad Wijaya. Ketiganya berumur 17 tahun dengan perbedaan waktu lahir yang amat tipis, cuma 1 menit karena mereka lahir lewat operasi cecar.

"Woi!! Zack!! Pulang kencan yuk!!" Seru Blade riang seraya melompat naik ke pundak teman sekelas alias gebetannya Zack si Ketos super jutek.

Yupz! Blade memiliki orientasi yang menyimpang seperti halnya paman-pamannya. Sedangkan Adney dan Chad masih menyukai perempuan.

"Tidak akan pernah! Turun lu!" Tolak Zack mentah-mentah, menganggap Blade hanya murid populer gila yang suka berbicara sembarangan.

"Yah.. Kapan sih lu mau kencan sama gue?" Kecut Blade sambil remas-remas pinggang Zack.

Tindakan itu tentu saja membuatnya mendapatkan tendangan atas memutar kebanggaan Ketua OSIS merangkap atlet terbaik klub karate.

"Ow! Tendangan lu mantap, tapi gak cukup kuat." Komentar Blade seraya mengusap rahang bekas penindasan itu.

"Lain kali gue bakal tendang lebih keras kalau lu masih berani-beraninya pegang-pegang gue Prince Blade!" Ancamnya dengan nada mengejek.

Menunjukkan bahwa ia sama sekali tak tertarik dengan Blade yang dijuluki pangeran di sekolah mereka.

Blade malah terkekeh dengan percaya diri, "Kalau begitu lain kali gue bakal cipok lu aja!" Balasnya mantap.

Sontak Zack terdiam, kalah menjadi bahan ejekan anak-anak lainnya.. Alias anggota PTFC (Prince Triplets Fans Club).

Adney dan Chad juga dengan sedengnya menyandarkan lengan mereka di bahu Zack. "Udah, terima aja Blade. Dia cowok setia kok!" Berusaha mendukung saudaranya?

Angelo Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang