Bis Kota (Cerpen)

136 5 0
                                    

Bus kota memang selalu menjadi momok permasalahan yang begitu menyebalkan. Apa lagi di musim panas seperti ini. Matahari begitu menyengat, udara menjadi begitu panas. di tambah harus berdesak-desakan di dalam bus kota.

Debu yang di bawa angin dan para penumpang lain, begitu nampak jelas mengancam, udara panas yang bercampur bau ketiak, lebih meresahkan dan terdengar cukup menjengkelkan dari pada harus kehujanan di perjalanan pulang. Belum lagi tampang letih, gusar, dan gerah para penumpang lain yang secara tak di sadari menular begitu saja ke seisi bis kota bak endemik yang mewabah.

Bagi penumpang yang duduk. Baiknya mereka berpura-pura tidur. Atau jika tidak mereka akan kehilangan kenyamananya yang bersifat sementara itu. Karena satu dan banyak hal tentunya. Untuk yang berdiri perlu memasang indra dengan tajam. Entah itu indra di bagian penglihatan, penciuman, dan indra di sekitar kulit. Takut-takut ada yang diam-diam merogoh tas atau kantung celana. Atau juga bagi para penumpang wanita yang merasa perlu berkali kali lipat sadar diri, barangkali ada si brengsek yang tak sengaja ( pendapat mereka) menempelkan tanganya ke bagian bokong atau payudara, lebih sial lagi kalau mereka tak sengaja ( masih pendapat mereka) menggesek2an bagian pangkal pahanya ke penumpang wanita di depanya.

Memang tak ada yang lebih menyebalkan dari bertemu orang-orang yang tak di kenal dalam satu ruangan kecil yang berguncang-guncang atau Kadang juga tak bergerak karena lalu lintas yang padat. Menimbulkan efek jera bagi warga kota yang merindukan kampung halamanya dulu. Atau juga bagi mereka yang tumbuh besar di kota akan merasa muak dengan kehidupan mereka sehingga memandang bahwa disini tak lebih baik dari pada hutan rimba sana. Tapi toh tetap tak ada bedanya. Siapapun yang ada di kota akan tetap mati sendirian dalam egoisnya yang tumbuh begitu subur. Jadi biarlah saja penumpang bus kota itu tetap mempertahankan fokusnya masing2 entah untuk mempertahan kenyamananya, mempertahankan harga dirinya, atau mempertahankan hidupnya agar tak mati kelaparan, dan juga ada yang mengatas namakan keluarga mereka, maka biarkan saja begitu sampai pada saatnya sang bus kota mengantarkan mereka ke tujuanya masing-masing. Aku harap kita semua sampai dengan selamat.

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang