Called By Soulmate , The Only BF Who Act As My Reflection

6 0 0
                                    

"Aku akan tiba besok malam. Kita bertemu lusa, seperti biasa.", sapaan awal dari seseorang yang aku anggap belahan jiwaku. Hanya gumaman pelanku sebagai respon untuknya.

"Apa terjadi sesuatu terhadapmu?", tanyanya cepat seakan mampu membaca isi hati dan pikiranku bahkan dari jarak terjauh.

Ceritaku mengalir dengan lancar tanpa batas untuknya. Helaan nafas kasar dan panjangnya aku artikan bahwa dia marah.

"Dasar bodoh! Ini yang aku khawatirkan saat aku meninggalkanmu tahun lalu! Dan benar dugaanku, kamu tidak bisa sendirian!", omelan darinya pun dimulai.

"Keras kepalamu, aku angkat tangan! Andai saja aku bisa menarikmu untuk aku bawa bersamaku sekarang!", lanjutnya masih diwarnai emosi.

"Dan akan kamu taruh dimana pemilik lain rumahmu dan duplikatmu yang ada di dalam tubuhnya!?", aku membalas ucapan tanpa rasa darinya.

"Kamu bisa jadi nomor dua.", cetuknya dengan kekehan tawa.

"Kamu minta aku dibunuh olehnya?", dengusku kesal.

"Salahmu yang dulu selalu menolak untuk menjadi yang pertama.", balasnya kini dengan tawa membahana. Aku hanya terdiam, merasa percuma untuk membalasnya.

"Ceritakan yang selengkapnya begitu aku tiba. Tanpa kamu lewatkan sedikitpun seperti biasa. Apa kamu mengerti?", ucapnya saat aku tak jua bersuara.

"Ya, aku tahu. Walau kamu orang kesekian yang sudah aku bagi luka ini, aku rasa hanya waktu yang aku butuhkan untuk kembali seperti biasa.", kataku berusaha terdengar tegar.

"Jangan sia-sia kan lagi waktumu untuk si bodoh tak berguna! Dua tahun lebih dari cukup untuk mengenalmu dan bersikap! Jika dia tidak bertindak, mungkin dia tidak membalas rasamu. Tetapi jika dia mempunyai rasa dan tetap tidak bertindak, aku tau sahabatku lebih dari pantas untuk mendapatkan yang lebih baik dari orang itu! Jangan membuatku menyesal mengikuti permintaanmu tahun lalu! Dia yang tidak ada seujung jari dibandingkan aku yang selalu kamu beri gelengan kepala, sangat tidak pantas untuk membuatmu kecewa! Kamu pasti bisa! Dan Tuhan akan mempertemukanmu dengan yang terbaik secepatnya!", ucapnya dengan nada serius tanpa canda.

'Terima kasih. Kamu yang terbaik! Kamu tau kan? I miss u so bad, really!", balasku tanpa sadar menitikkan airmata.

"I know it! And you got no idea how much I miss you from here!cheer on bestfriend! I cant stand to see your tears!", tutupnya yang selalu berhasil mencerahkan perasaanku dengan ajaib.

Aku, Kau Dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang