Paper.

138 12 4
                                    

When I Was Your Man - Bruno Mars.

"Dar," Wanita dengan rambut sebahu berwarna kecoklatan kini menatap pria yang duduk tepat di sampingnya.

"I have to really go." Wajah pria itu terlihat sendu, sambil memaikan jari-jarinya pria itu berbicara tanpa menatap lawan bicaranya.

"You promised not to leave me, did you?" Setetes air mata berhasil jatuh di atas permukaan pipi wanita-nya.

"Dar, kali ini gue serius. Bokap bener-bener butuh gue di sana, dan gue juga harus melanjutkan sekolah gue. I sorry to hurt you."

"Tapi Ka," Wanita itu menjeda menghela nafasnya sebentar, "Emang gak ada cara lain selain ini?"

"Enggak Dar, Pengobatan di Indonesia belum maksimal untuk penyakit yang Bokap gue alamin, disamping itu gue juga gak akan biarin Mama untuk melewati semua itu sendiri."

Adara tak pernah bisa membantah keputusan Angkasa, bagaimana pun juga hal itu berpengaruh besar pada hidup pria yang berada di sampingnya. Adara sendiri juga mengerti bagaimana rasanya berada di ujung tanduk --di antara tidak ingin kehilangan orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya dengan orang yang sangat ia cintai.

Wanita itu mengusap air mata yang kembali ingin menetes, "Kalau udah seperti itu ya gue bisa apa?"

"Maaf, gue bener-bener emang harus pergi." Setelah itu Angkasa pergi begitu saja, meninggalkan Dara yang masih setia dengan air matanya.

"Katanya Angkasa itu menaungi seluruh isi bumi, tapi mengapa malah meninggalkan salah satu bagian isi bumi itu?"

Winter In The HallwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang