Chapter 4

1.6K 111 3
                                    

Setelah mendengar teriakan ku tadi, Haru membelalakkan matanya dan menunduk. "Hiks....m-maaf" ucap nya dengan nada yang terdengar dramatis.

T - tunggu, apa tadi dia menangis? Kenapa dia menangis?. Selama ini aku tidak pernah membuatnya menangis.

Aku pun merasa tidak enak, "Kenapa kau menangis?" Tanyaku.
Dia mendongakkan kepalanya menatapku, "D-daijobu ini bukan salahmu" jawabnya berusaha tersenyum.

Baiklah, dia bilang ini bukan salahku, kan?. "Hn, souka" dengung ku santai.

"Ah, kalau begitu aku ke kelas dulu, jaa" ucap Haru sambil berlari kecil menuju kelasnya.

Aku pun yang sudah merasa tidak ada kepentingan di sini, segera beranjak menuju kelas ku.

Saat aku berbalik semua mata memandangku dan langsung mengalihkan pandangannya.

'Dasar kalian semua bodoh' Ucap ku dalam hati, karena kesal menjadi pusat perhatian. Jujur saja, ingin rasanya mencongkel mata mereka satu per satu.

-Author pov -

Setelah bel berbunyi, guru mata pelajaran ipa keluar kelas. Yuno langsung membereskan buku-buku ipa nya.

Datanglah tiga gadis menuju tempat duduk Yuno yang merupakan geng dari gadis yang bernama Reina.

"Ne Yuno, kau ada waktu?" Tanya gadis berambut pirang yang bajunya keluar dan rok nya yang bisa di bilang sangat pendek dengan juga gayanya yang tangannya berada di pinggang.

Yuno menatap mereka dengan datar, lalu menghela nafas. "Ya, memang kenapa?" Tanya Yuno dengan sedikit sinis.

Ketiga gadis itu mulai menyeringai tipis, dan menatap satu sama lain.

"Baguslah, kalau begitu ikut kami ke belakang sekolah" perintah salah satu gadis yang berambut kemerahan itu.

Yuno hanya memunggungi mereka tanpa bertanya ingin apa, mereka bertiga pun berhenti di halaman belakang sekolah dan berbalik ke Yuno.

"Hm, Yuno apa yang kau lakukan pada Reina di hari itu?" Tanya gadis itu, "melakukan apa?" Sahut Yuno dengan datar dan tidak bersalah. "Jangan sok tidak tahu!" Ujar gadis lainnya dengan nada yang tinggi.

Gadis yang berada di tengah itu pun berjalan mendekati Yuno. Dan--

Plakk

Gadis itu menampar Yuno keras, sehingga bunyi yang ditimbulkan sangat terdengar. "Jangan berpura pura sebagai gadis yang polos, dasar kutu buku!"

Bisik nya di telinga Yuno, tanpa mereka sadari Yuno sudah menyeringai jahat.

Yuno menatap mereka dengan tatapan datar dan jangan lupa dengan pipinya yang merah akibat tamparan.

"Hee~masih berani menatap?" Kini, ketiga gadis itu pun mendekat kearah Yuno, "Tahan dia!" Perintah salah satu gadis itu lalu kedua gadis lain itu pun menahan kedua tangan Yuno hingga membentur tembok.

Lalu, salah satu gadis yang memberi perintah tadi kemudian menendang perut Yuno. Brukk. Dan, menampar nya dengan sangat keras lebih keras dari yang tadi.

Yuno hanya terdiam menerima kekerasan itu, dia tidak takut tapi sedang menyusun sebuah rencana.

Walau otaknya agak susah berpikir di karenakan perutnya yang sedikit nyeri, tapi dia tetap menyusun rencana.

'Rencana untuk membunuh ketiga gadis ini'.

"Ternyata kau lebih kuat dari dugaanku" ucap gadis yang tadi menendang Yuno, "kalau begitu..." lanjutnya.

Dan, dengan cepatnya dia menendang wajah Yuno.

Sehingga, membuat wajah Yuno kini sedikit biru dan berdarah di pinggir bibirnya. "Hmm, sepertinya belum cukup" setelah mengucap kata itu, mereka bertiga kembali menyakiti Yuno.

Satu gadis menendang perut Yuno, sedangkan satunya lagi menampar wajah Yuno, dan satu gadis lagi hanya tersenyum evil melihat pemandangan itu.

"Ughh" Yuno mengerang kesakitan sambil berjalan pulang ke rumahnya walau, dia itu seorang psikopat tapi dia masih bisa merasa sakit.

Yuno berjanji kepada dirinya sendiri untuk membalas dendamnya dengan cara membunuh mereka bertiga dengan sadis.

Lebih sadis daripada saat dia membunuh Reina. Yuno sangat tidak terima jika di perlakukan kasar seperti tadi.

Dia ingin memperlakukan orang dengan cara kasar tetapi dia tidak ingin di perlakukan secara kasar, begitulah cara berpikirnya.

Cara berpikir otak psikopat nya.

"Tadaima" ucap Yuno di depan pintu rumahnya, dan saat masuk di rumahnya dia hanya melihat ruangan gelap. Yang berarti tidak ada orang.

Yuno berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, dengan menaiki tangga ia sampai di kamarnya.

Ia langsung membuka pintu kamarnya, dan langsung menyalakan lampunya.

Di dapatnya wajah nya yang babak belur dengan pinggir bibir yang berdarah dan seragam sekolahnya yang kusut dan juga kotor.

Sungguh, kini emosi telah menguasainya. Namun, dia tetap berusaha untuk bertingkah setenang mungkin. Dia memang ahli menyembunyikan sesuatu.

Dengan wajah datar nya, Yuno memasuki kamar mandi yang berada di kamar nya. Segera dia mengisi air bak mandinya dan berendam.

Menenggelamkan seluruh tubuh nya di bak mandi dan membuat dirinya fresh. 'Ah segarnya' gumam nya, ia teringat dengan kejadian tadi.

Dan langsung menggertakkan giginya yang berarti dia sedang menahan emosinya yang kembali meluap.

Setelah mandi, Yuno memakai bajunya dan pergi keluar rumah.
Ia sekarang menuju kerumah salah satu gadis yang membully nya.

Dan, disini lah Yuno, sedang berdiri di depan rumah gadis tersebut. Ia melangkahkan kaki nya menuju jendela atas yang diduga nya kamar gadis itu.

Yuno pun memanjat jendela tersebut, dan dilihatnya jendela nya terbuka segera saja ia mengintip di jendela tersebut.

Begitu terkejut nya Yuno, melihat adegan panas yang dilakukan gadis itu dengan seorang pria yang diduga pacarnya.

Mereka berdua terlihat seperti sedang berciuman, di atas kasur. Berdua, di kamar. "Menjijikan" komentar Yuno yang nyaris tidak bisa di dengar.

Like like and like, ok??
#budidayakanlike
#needlike

The PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang