Chapter 6

1.5K 98 4
                                    

Yuno tersenyum mendengar tangisan gadis itu memohon untuk di lepaskan. "Tenanglah, kau akan terbiasa" ucap Yuno mengelus elus pipi gadis itu.

"Hiks....lepaskan" kata gadis itu yang terlihat sangat menyedihkan, namun itu membuat Yuno semakin senang. Ia ingin melihat gadis itu menjerit dan menderita lebih dari ini.

Dengan cepat Yuno menggores pipi gadis itu. Hingga, terlihat dengan jelas darah yang mengalir dari pipi sang gadis.

Si gadis itu merasa pipi nya sangat perih dan mulai mengeraskan suara tangisnya.

"HUWAAHH.....LEPASKAN AKU!!!" jerit gadis itu sambil meronta ronta, namun Yuno tidak akan melepaskannya begitu saja.

Kemudian, Yuno mengikat gadis itu dengan tali, tentu saja gadis itu membuat perlawanan.

"APA YANG KAU LAKUKAN?! DASAR GILA!" Teriak gadis itu dengan kencang dan berusaha melepaskan ikatan tali di tubuhnya.

Yuno geram melihat tingkah gadis yang akan menjadi korban berikutnya, "kalau kau tak mau berhenti melawan, ajal mu akan segera menjemputmu" ucap Yuno sambil mengarahkan pisau ke wajah gadis malang itu.

Gadis itu refleks terdiam dengan ancaman Yuno, yang keluar dari mulut merah gadis itu hanya isakan pelan yang terus di tahannya.

"Hiks, tolong lepaskan aku....." kata gadis itu memohon pada Yuno, melihat nya Yuno ingin tertawa. "Ayolah ini tak akan sakit" Ujar Yuno yang tersenyum lembut ke arah korbannya.

Gadis itu hanya terbaring lemah di tempat tidurnya bersampingan dengan mayat si pacar.

Di lihatnya langit langit kamarnya, kini ia pasrah dengan apa yang akan di lakukan Yuno kepadanya. Kemudian, ia melihat Yuno yang sedang sibuk mengasah pisau nya dan mengeluarkan peralatan tajam nya, seperti gunting, cutter, dll.

'Tuhan, apa ajal ku akan segera menjemputku?' Batin gadis itu dalam hati, ia sudah pasrah sekarang. "Apa kau siap?" Tanya Yuno yang berjalan ke arah korbannya dengan memegang pisau dan cutter.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan" kata gadis itu yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Yuno sedikit terkejut mendengar apa yang di ucapkan korbannya itu, "jadi kau berani juga, tidak seperti temanmu yang cengeng itu" ucap Yuno yang menyeringai tipis.

Gadis itu tahu siapa yang di maksud Yuno, ya itu Reina. "Apa kau yang membunuh Reina?" Tanya gadis itu dengan mata yang berkaca kaca.

Yuno menarik nafas, kemudian menghembuskannya dengan kasar. "Kalau iya, kenapa?" Tanya Yuno menaikkan sebelah alis nya. Mendengar perkataan Yuno, gadis itu kembali menjatuhkan air mata sehingga membasahi pipi nya.

"Kau iblis!" Ucap gadis itu yang menekan setiap kata di ucapannya. "Kau tega membunuh teman dekat ku, seharusnya kau berada di NERAKA!" Ucap korban Yuno yang berteriak pada akhir kalimatnya.

"Ah, cukup sampai di sini basa basi nya" kata Yuno yang sedetik kemudian menancapkan pisau nya di mata gadis itu. "AARRGGHH!!" jerit gadis itu yang menutup matanya akibat kesakitan karena di tusuk oleh pisau.

"Calm down" Ujar Yuno yang menjilat pisau nya yang di penuhi darah. "Ku mohon jangan menyiksa ku, bunuh saja aku langsung" ucap gadis itu yang memohon pada Yuno, "ya tak akan seru jika aku tidak mendengar mu menjerit" kata Yuno sambil mengangkat kedua bahunya.

"Tidak punya hati" ucap korban Yuno yang memandang Yuno dengan pandangan menentang. "Wah, kau berani memandang seperti itu? Walau aku sudah menusuk satu matamu, apa kau mau satunya lagi ku tusuk?" Tanya Yuno yang tersenyum sinis.

"Aku tak takut padamu, iblis!" Ujar korbannya yang semakin menantangnya. Yuno yang mendengar itu hanya terdiam sejenak. Kemudian, ia duduk di kasur korbannya dan memandang korbannya dengan datar.

Gadis yang di tatap oleh Yuno hanya memandang balik Yuno dengan tatapan menantang. "Mau mati ya?" Tanya Yuno di telinga gadis itu.

Korbannya hanya menggertakkan giginya yang menandakan dia sedikit marah walaupun rasa takutnya lebih menguasai dirinya. Tapi, tetap saja dia marah dan menyimpan rasa dendam pada Yuno. Karena, Yuno lah yang membunuh teman dekat dan pacarnya.

Tanpa disadari oleh Yuno, si korbannya itu meludah di wajah Yuno. "KAU YANG HARUS MATI!" jerit gadis itu dan tangannya sukses melayang di pipi kiri Yuno.

Setelah mendapatkan ludah dan tamparan dari sang korban, amarah Yuno makin tak terkendali. Kini wajahnya sudah memerah akibat amarahnya. Yuno langsung berdiri di tempat tidur si korban dan diam tak melakukan apa pun selama sekitar 1 menit. Gadis itu bingung melihat tingkah Yuno.

"Hmm, jadi sudah mulai kurang ajar ya?" tanya Yuno. "Akan ku contoh kan bagaimana caranya mengajari orang yang kurang ajar..." ujar Lyn dengan seringai iblis yang terlukis di wajahnya yang putih.

Gadis itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi takutnya, walau sebenarnya dia sangat takut. Tapi, dia berusaha untuk tetap berani di depan iblis yang membunuh sahabat dan pacarnya. Sekaligus malaikat pencabut nyawanya.

Dengan seluruh keberaniannya gadis itu membuka mulutnya, "aku tidak takut padamu, iblis.

Aku akan  bebas darimu dan kau tak akan bisa membunuhku, juga aku akan mengungkap kasus hilangnya Reina dan mengumpulkan bukti bahwa kaulah yang berada di balik semua ini atau bisa dibilang kaulah si pembunuh menjijikkan dan tak berperasaan. Jadi bersiap siaplah!" ucapnya panjang lebar dengan tatapan berani yang ia lemparkan pada Yuno. Rasanya Yuno sangat ingin tertawa mendengar ancaman si korban, tapi dia harus membuat permainan ini lebih menarik lagi. Demi memuaskan hasrat membunuhnya.

Kemudian, Yuno kembali membuka pembicaraan setelah beberapa menit hening. "Buktikan" ujar Yuno dengan wajah yang memandang bahwa dia sedang serius.

"Apa?" Tanya si korban dengan polos nya. "Buktikan bahwa kau bisa melakukan semua yang kau katakan tadi, dan jangan menjadi seorang yang munafik. Orang yang seenaknya berkata tetapi tidak membuktikannya dengan kelakuannya. Itu adalah orang yang tak dapat di percaya, jadi ku minta kau membuktikan apa yang kau katakan tadi!" Perintah Yuno dengan wajah yang lebih serius.

Skakmat. Gadis itu diam seribu bahasa, setelah mendengar perkataan Yuno. Ya, ia harus membuktikan apa yang di katakan nya tadi.

Tentu saja, itu bukanlah hal yang mudah untuk membuktikannya. Apalagi sampai harus berurusan dan melawan seorang psikopat, sedangkan dirinya hanyalah seorang gadis biasa.

'Bagaimana ini? Aku tak mungkin melawan si psikopat gila ini sendiri. Tidak, tidak, aku harus membuktikan bahwa dialah pembunuhnya bagaimana pun caranya.' gumamnya dalam hati.

Vote & comment. Thanks :)

The PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang