7

2.1K 303 105
                                    

- Mąđ? -

Lagi-lagi Hoshi mendapatkan bogem di perutnya. Di waktu yang bersamaan dia terbatuk-batuk sampai tersungkur ke lantai. Penglihatannya buram, pelipisnya terasa berdenyut-denyut dengan hebat.

"A- apa mau kalian?" tanya Hoshi terbata-bata karena napas nya yang terengah-engah.

"Kau itu bodoh, huh?!" Minghao mengangkat dagu Hoshi sampai wajah Hoshi berhadapan langsung dengan wajahnya. "Kemarin itu dia nyaris mengetahui apa yang telah terjadi!"

Minghao melempar wajah Hoshi sampai menjauhi wajah nya. Jun mendekati Hoshi lalu menginjak kaki laki-laki itu. "Tidak ada cara lain. Kau sendiri yang harus melukai Sean."

Hoshi terbelalak lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku sudah menepati janji ku untuk membuat Wonwoo cemburu dengan mendekati Sean. Seharusnya aku tidak perlu lakukan itu!"

Minghao dan Jun jengkel mendengar bantahan Hoshi. Kedua laki-laki itu langsung menghantam perut Hoshi berkali-kali. "Bukankah lebih baik kalau kau lakukan itu dengan tangan mu sendiri? Kau tidak bisa bayangkan 'kan bagaimana kalau kami yang melakukan itu?"

Jun menyeringai mendengar kalimat Minghao barusan. "Jangan sampai menyesal. Kau lakukan, atau kami?" tanya Jun. Hoshi hanya bisa menelan ludah. Tidak pernah dia hadapi pertanyaan sesulit itu.

Jantung Hoshi berdegup lebih cepat. Napasnya terengah-engah. Titik-titik air keringat mulai membasahi dahinya. Melihat kondisi Hoshi yang begitu panik, Jun menyeringai. "Kau itu polos sekali. Kau hanya perlu melukai Sean tanpa sepengetahuan mereka."

Tapi Minghao terlalu jengkel menunggu jawaban yang akan di berikan Hoshi. Ya, walaupun dia dan Jun tetap akan membuat Hoshi melukai Sean meskipun laki-laki itu menolak. Akhirnya Minghao meraih lengan baju Hoshi dan membuat nya berdiri tepat di hadapannya. "Kalau kau memberontak, akan ku tembak mati kau sekarang juga," ucap Jun.

Singkat cerita, Jun sedang membutuhkan banyak uang. Ayah dan ibu nya bercerai, kehidupan dia dengan adik-adik nya semakin berantakan seiring waktu berjalan. Dan hanya ini pekerjaan yang bisa dia lakukan. Tingkat pendidikannya hanya sampai SMA, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menyangkut kekerasan. Kalau dia gagal melakukan perintah Mingyu, maka dia tidak akan mendapatkan apapun.

Kalau Minghao, dia memang teman dekat Mingyu yang selalu di andalkan oleh Mingyu untuk melakukan kekerasan seperti ini.

Lalu kedua laki-laki jahat itu membawa Hoshi masuk ke dalam mobil mereka. Jun memaksa Hoshi untuk duduk di kursi kemudi. Jun duduk di sebelah Hoshi dan Minghao duduk di belakang.

"Di mana lokasi mereka?" tanya Jun kepada Minghao.

Minghao sibuk mengotak-atik ponselnya. "Hm.., mereka berdua sedang berjalan ke arah Sungai Han," Minghao mengalihkan tatapannya ke Jun, "kita harus bergerak cepat."

---

Matahari belum tampak sempurna di langit waktu itu. Tapi Sean sudah kalang kabut mencari-cari kalimat yang cocok untuk dia jelaskan pada Wonwoo. Dia ingin memberitahu Wonwoo soal kejadian kemarin. Karena ini bukan satu hal yang bisa di abaikan.

Setelah beberapa kali kembali menimbang-nimbang tindakan yang paling benar, akhirnya dia memilih untuk menghampiri Wonwoo, yang pasti masih di appartement nya. Setelah memastikan dirinya rapi ㅡdengan memakai ripped jeans dan kaus putih dipadukan denim hitam sekaligus sepatu sport kesukaannyaㅡ ia pun menghubungi supir nya untuk menuju appartement Wonwoo.

Sekitar 15 menit (saat itu masih pukul setengah 6, jadi jalan raya tidak terlalu padat) Sean sampai di gedung appartement tempat Wonwoo tinggal. Kakinya melangkah sampai tepat di depan pintu appartement Wonwoo. Kali itu Sean menekan bel, sengaja ia tidak langsung membuka pintu itu karena ia ingin memastikan dahulu apakah kedatangannya mengganggu tidur Wonwoo atau tidak.

Americano (2) || Seventeen Wonwoo FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang