Ayamrusa's storyline
.
.
.
.
.Sepanjang malam, Hyena tak bisa fokus pada pekerjaannya. Bahkan beberapa kali Manajer Han sampai menegur gadis itu. Padahal sebelumnya, catatan komplain Kang Hyena paling sedikit dibanding dengan pegawai yang lain.
"Hyena-ya, tolong antarkan minuman ini ke ruang VVIP 5." Hyena mengangguk lalu menerima uluran botol anggur dan sebuah gelas mewah.
Hyena mengambil napas dalam. Ini adalah kali pertama baginya memasuki ruang VVIP. Dalam dunia bar, tentu saja pegawai perempuan harus mempersiapkan mental saat memasuki ruang VVIP. Apa yang tersaji di dalam sana selalu pemandangan mengerikan.
Ugh, jangan memikirkan yang macam-macam, Kang Hyena!
"Tidak biasanya kau ke sini, gadis kecil." Hyena tertawa canggung menanggapi perkataan Jackson -rekan kerjanya. Meski ini bar, namun kenyamanan juga keselamatan pegawai diutamakan. "Entahlah, aku baru pertama kali ini masuk ruang VVIP." Lagi-lagi suara semanis sakarin itu tertawa hambar.
"Hati-hati." Jackson menepuk pelan kepala Hyena.
"Hm, pasti."
Dan kemudian pintu ruang VVIP itu terbuka. Dengan keringat mengucur melewati pelipis, Hyena berusaha menyunggingkan senyuman ramah.
"Pesanan Anda, Tuan." Hyena menunduk sopan.
"Aku tidak menyangka kau benar-benar gadis bar, Kang Hyena."
Suara itu....sepertinya tidak asing.
Hyena mengabaikan pemikiran yang terlintas di kepalanya lantas menegakkan kembali badannya sambil memasang seulas senyum. Namun selang beberapa detik setelah tatapan mereka bertemu, Hyena dapat merasakan bola matanya hampir keluar saat itu juga.
Apa yang dilakukan Chittaphon sinting itu di sini?
--
Jika bukan karena harga diri, mungkin Hyena sudah meraung kemudian melempari wajah Ten dengan sepatu hak tingginya. Alih-alih kesal, Hyena malah menahan airmata di pelupuk. Maniknya tak teralih dari Ten yang tengah meminum anggurnya dengan nikmat.
"Kau mau?"
Hyena menggeleng.
"Kau marah padaku?" Ten menurunkan gelasnya. Ketimbang marah, kesal justru lebih menguasainya sampai-sampai Hyena ingin menangis. Sejak Ten memergokinya bekerja di Bar beberapa hari yang lalu, hidup Hyena saat ini benar-benar terancam.
"Aku kesal padamu," tanpa sadar air matanya jatuh. "Tidak bisakah kau berpura-pura tidak tahu saja? Lagipula, kita juga tak saling mengenal."
Ten mengangguk. "Awalnya aku juga ingin begitu." Ia meletakkan gelas panjangnya ke meja. "Tapi kau tahu, ibuku mengatakan jika aku tak memiliki kekasih yang mengurusku, aku akan dikirim kembali ke Thailand."
"Kenapa malah curhat? Kau sungguh tak laku ternyata," sarkas Hyena tajam. Entah ke mana airmata beberapa menit lalu.
"Sialan!"
"Yak, kau mengumpati perempuan?"
"Kau pikir kau perempuan?" Pemuda bersurai hitam itu menyilangkan kedua tangan di dada. "Yang jelas sampai akhir bulan nanti, kau akan menjadi kekasihku. Aku malas mencari gadis lain, karena mereka nanti pasti akan jatuh cinta sungguhan padaku."
Hyena menggeleng. "Mati saja kau!" Ia sudah bersiap untuk pergi jika ancaman Ten tak terdengar kembali.
"Terserah. Yang jelas, siapkan mentalmu besok kalau begitu, nona peringkat satu."
"Baiklah, baik." jawab Hyena dan Ten tersenyum lebar-bukan senyuman setan seperti tempo hari.
"Jadi, hanya tiga minggu, kan?"
Ten mengangguk, "Tiga minggu mulai besok. Kita akan buat surat perjanjian." Ia mengeluarkan selembar kertas dari kantung celana.
"Satu: ini adalah simbiosis mutualisme yang diharuskan saling membantu."
Hyena mengangguk.
Sosok asal Thailand itu kembali menulis. Dan kini Hyena bisa melihat dengan saksama. Ternyata benar jika Ten itu tampan.
Eh?
"Dua: diperbolehkan kontak fisik."
"Hei!" Airmuka Hyena bersungut, "Tidak ada kontak fisik."
"Sebatas berpegangan tangan dan memeluk pinggang."
Hyena menggeleng keras.
"Oke," Ten mendesah keras. "Kalau begitu ciuman pipi, ciuman bibir, ciuman pan-"
"YAK!"
"Maka dari itu menurut saja." Ten menatap sebal gadis cantik di hadapannya. "Aku juga tidak berminat dengan muka plastik sepertimu."
Sabar Kang Hyena.
Sebelum Hyena sempat memotong, pemuda itu lebih dahulu meneruskan ucapannya. "Tiga: Kang Hyena tidak akan bekerja di bar setelah surat perjanjian ini ditulis."
"Aku tidak mau." Hyena nyaris berteriak. "Kau pikir kau siapa menyuruhku berhenti bekerja?" wajahnya memerah. Mulai dari menjadi kekasih, melakukan kontak fisik hingga berhenti bekerja. Chittaphon pikir dia siapa?
Ten mengambil napas dalam. "Aku berkata begini karena aku memiliki saudara perempuan." Matanya menatap langsung ke bola mata Hyena. "Kau tidak tahu kapan sesuatu yang buruk akan menimpamu jika kau terus bekerja di sini."
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, tap-"
"Aku tidak khawatir padamu," potong Ten cepat. "Kau hanya harus ke luar dari sini."
Hyena menggeleng. Airmatanya kembali menggenang, "Aku tidak mau."
Mendadak, atmosfir berubah.
"Aku akan membantumu mencari pekerjaan yang lebih baik." Untuk pertama kalinya, Hyena bisa merasakan debaran aneh di dadanya. Dan untuk pertama kali semenjak pertemuan mereka, si Chittaphon mengulas senyum manis yang begitu menenangkan.
Juga, kenapa tangan yang mengelus pucuk kepalanya itu terasa begitu hangat?
----to be continue.
Vote dan komen jangan lupa ya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Contract - TEN
Fanfiction[END] Kang Hyena tidak tahu siapa itu Chittaphon, Chitta, atau Ten-entah siapa namanya. Ia hanya sering mendengar dari sahabatnya jika ada tetangga kelas yang begitu mahir menari, menyanyi, juga memiliki wajah tampan. Ya semua itu memang benar, tapi...