Dua puluh lima hari yang lalu ...
.
.
.
.“Hei, Doyoung-a.” Doyoung yang tengah menyalin pekerjaan Sorn -hasil dari ajaran Hyena- itu berdehem. Matanya masih tak beralih dari kata demi kata di hadapannya. “Kau kenal Kang Hyena, tidak?”
“Kang Hyena si peringkat satu itu maksudmu?” Doyoung melirik Ten sebentar sebelum membalik halaman catatan. “Dia satu-satunya murid beasiswa setahuku.”
“Beasiswa?”
Doyoung mengangguk. “Kau bisa bertanya pada Sorn, Park Soyeon, atau siapa saja yang dekat dengannya.”
Ten menopang wajah menggunakan satu tangannya. “Dia terkenal ternyata.”
“Dia cukup cantik dan dia pintar. Apalagi yang kurang darinya?” Doyoung meregangkan otot tangannya. “Tapi kudengar dia miskin—dan seorang yatim piatu.”
Ten mengangguk-anggukan kepalanya paham.
“Ngomong-ngomong...” Doyoung menatap Ten penuh selidik. “Tidak biasanya kau menanyakan seorang gadis. Jangan-jangan...” Doyoung menggantungkan ucapannya.
“Jangan-jangan apa? Aku hanya bertanya.” Ten kembali merebahkan kepalanya di atas meja. Mengabaikan Doyoung yang terus-menerus mengoceh.
--
Ten membungkukkan badannya saat pintu coklat besar itu terbuka. Ia membungkuk sekilas. “Tidak biasanya Anda memanggil saya, Saem.”
Park Sunwoo menghela napas menatap selembar kertas dalam genggamannya. “Absensi dan nilaimu mengerikan, Ten.”
Ten meringis. Memang ia lebih suka menari dari pada belajar. Dan Ten lebih suka mencoba gerakan baru dibanding mendengarkan pelajaran. Salahkan saja kenapa ia harus pindah ke sekolah umum dan bukan sekolah seni.
“Saya akan memperbaikinya di semester depan.”
“Kudengar kau suka menari. Apa kau ingin jadi penyanyi?”
Ten mengernyit, ia merasa curiga. “Ya.”
Park Sunwoo tersenyum. “Apa kau tidak tertarik dengan SM?”
Manik Ten mengerjap. SM?
“SM mengadakan audisi bulan depan. Kau tidak ingin masuk ke sana?”
Pemuda itu terlihat menimbang. “Anda tidak biasanya seperti ini.”
Park Sunwoo menghela napas kasar sebelum memandang Ten penuh harap. “Kau tahu jika Kang Hyena bekerja di bar, bukan?”
Kenapa mendadak membicarakan Kang Hyena?
“Tolong, Ten. Aku akan memasukkanmu menjadi trainee di SM jika kau mau. Tapi tolong buat Hyena berhenti dari pekerjaannya.”
Sosok berhidung mancung itu menatap Sunwoo tak mengerti. “Saya tak mengenal Kang Hyena dan saya tidak ingin ikut campur urusannya. Saya permisi—”
“Kumohon, Ten.”
Chittaphon Leechaiyapornkul menghela napas kasar. “Berikan alasan mengapa saya harus membantu Kang Hyena, Park Sunwoo-saem?” Obsidiannya menatap Park Sunwoo tabu.
Park Sunwoo memijit pelipisnya, “Kurasa kau sudah mendengar jika Kang Hyena adalah gadis panti asuhan. Aku menjadi donatur tetap di panti asuhan Hyena.”
Ten mengangguk. “Itu masih bukan urusan saya.”
Sunwoo nyaris menjitak Ten. “Tetapi aku menyuruhnya hidup sendiri saat lulus Sekolah Menengah Pertama. Kang Hyena hidup sendiri dan bersekolah di Saemun—dengan biaya hidup yang sepenuhnya dia cari sendiri. Dia menolak keras semua uang kirimanku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Contract - TEN
Fanfiction[END] Kang Hyena tidak tahu siapa itu Chittaphon, Chitta, atau Ten-entah siapa namanya. Ia hanya sering mendengar dari sahabatnya jika ada tetangga kelas yang begitu mahir menari, menyanyi, juga memiliki wajah tampan. Ya semua itu memang benar, tapi...