Part 1

77.4K 1.3K 50
                                    

<From the rain>

By
Shinji Ginki

Hari ini Riski sedang mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan perlengkapan Mos nanti.

"Haaaa! , " Riski membuang nafas lelah setelah menyelesaikan Topi Kertasnya.

Ia lalu membuka catatan kecilnya lagi, melihat apa selanjutnya yang harus disiapkan.

" Tas karung? Mmm, kira-kira dimana aku bisa mendapatkan karung? " pikir Riski sambil melihat ke arah tumpukan sampah di depan rumah.

" Riski, kau sudah makan? " sebuah suara mengagetkannya. Lalu dia menoleh ke sumber suara, " Belum, tapi aku masih kenyang bi," Balas Riski.

"Bi, aku mau keluar sebentar ya! " Balas Riski lagi

" Iya, Hati-hati! " Ucap wanita itu yang tidak lain adalah bibi Riski.

Riski baru pertama kali kemari. Bibinya lah yang mengajaknya kemari. Dia juga akan menetap disini selama tiga tahun untuk melanjutkan Studinya di jenjang SMA. Di kompleks perumahan daerah kini menjadi lingkungan barunya.

Riski hanya mengangkat jempolnya lalu pergi keluar.

Untunglah matahari tidak terlalu bersinar terang karena ditutupi awan. Cuaca memang sedikit mendung di kota ini.

Setibanya di tempat sampah, dia lalu mengorek-ngorek tumpukan sampah itu menggunakan sebilah ranting. Jika dari kejauhan, dia terlihat seperti Pemulung sekarang.

Cukup lama namun tidak menemukan karung bekas. Riski berdecak kesal lalu kembali berjalan.

Disamping mencari karung bekas dia juga ingin jalan-jalan di sekitar sini.

Sudah beberapa blok dia lewati dan semakin jauh. Merasa langit akan menjatuhkan isinya. Riski lalu dengan cepat berbalik arah.

Namun belum terlalu jauh dia berlari, hujan deras menghampirinya. Riski segera berteduh di salah satu teras rumah disekitar sini.

Bajunya sedikit basah dan kini tubuhnya sedikit mengigil.

Suara hujan masih terdengar keras di atap rumah. Jika dia berlari menerobos hujan, maka dipastikan dia akan basah kuyup dan besoknya akan terkena Flu. Lagipula besok adalah pembukaan kegiatan Mos di sekolahnya.

'Ceklek'

Suara pintu itu mengagetkan Riski. Dia menoleh ke belakang dan menemukan seorang remaja yang sebaya dengannya.

"Eh? " Kaget Remaja itu

" Mm. B-boleh aku berteduh di-sini sampai hujannya berhenti? " tanya Riski Takut-takut.

" Tentu saja. Ibu aku pergi! " Ucapnya ke Riski lalu sedikit berteriak ke dalam rumah. Remaja itu membuka payungnya dan langsung menerobos hujan yang begitu deras, sedang Riski memperhatikan punggung remaja itu yang kian menjauh.

Sebenarnya jantungnya sekarang berdegup kencang. Bagi seorang Gay sepertinya tidak mungkin ia tidak menyukai pria yang memiliki wajah tampan seperti remaja itu.

Sudah sekitar 15 menit namun hujannya tidak menunjukkan tanda akan berhenti. Sesekali Riski menggosok kedua telapak tangannya untuk menambah suhu tubuhnya.

Remaja tadi pun datang sambil mententeng satu bungkusan yang lumayan besar di salah satu tangannya. Sedang tangan lain memegang gagang payung.

Remaja itu terkejut ketika mendapati Riski masih berdiri di tempatnya. Dengan cepat dia masuk ke rumah lalu menaruh bungkusan pesanan ibunya di meja makan.

" Ini bu pesanannya! eh ibu di depan ada Anak sebayaku sedang berteduh." ucapnya

" Oh ya? Kenapa kau tidak bilang, kasian kan dia kedinginan di luar. Cepat suruh dia masuk nanti ibu buatkan teh panas! " Remaja itu menuruti ibunya lalu melangkah keluar.

" Mmm, Hey! " Sapa remaja itu ragu.

Riski menolehkan kepalanya lalu tersenyum.

" Masuklah! Kau akan kedinginan di luar. "

" T-tidak perlu, A-aku baik-baik saja disini. " Balas Riski gugup

Sejenak mereka diam namun tidak lama Ibu remaja itu datang sambil membawa secangkir teh panas.

" Eh? Kenapa tidak menyuruhnya masuk? " Ucap ibu itu ke anaknya

" Tidak perlu tante, aku tidak apa-apa kok! " sergah Riski tidak enak.

" Mmm, kalau begitu minum ini, kau pasti kedinginan, " Seraya memberikan Secangkir teh panas ke arah Riski. Riski menyambutnya dengan sungkan.

Setelah meminum teh panas, suhu tubuhnya kian membaik. Perasaannya juga sudah lebih baik sekarang.

" kamu tinggal dimana? Sepertinya tante baru melihatmu? "

" Eh! Hehehe memang aku orang baru disini. Aku tinggal bersama bibiku disini. Rumahnya di kawasan blok B No 11," jawab Riski sambil menyodorkan cangkir yang telah kosong.

"Ooh, Kau tinggal bersama Ibu Siti ya? "

Riski hanya mengangguk.

" Ram, cepat kau antar ke rumahnya! " Perintah ibu itu ke anaknya

Anaknya mengangguk sambil mengeluarkan kembali payungnya.

" Terimah kasih Tante! " Kata Riski sambil sedikit membungkukkan badannya.

Dalam perjalanan pulang, Suasananya sangat awkward antara mereka. Riski berusaha mencari topik namun tidak berani membuka percakapan. Sementara Remaja di sampingnya hanya diam. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

"Kamu-"

"Kamu-"

Ucap mereka serentak dan seketika menjadi hening. Mata mereka berdua saling pandang. Hanya tiga detik saja lalu mereka melanjutkan jalannya.

"Mmm..... Apa kau Siswa Baru? "

" I-iya, " Ucap Riski gagap.

" Berarti kita sama, " Kata remaja di sampingnya itu. Riski menolehkan kepalanya.

" Benarkah? "

Remaja itu hanya mengangguk.

Riski ber'o'riah lalu menatap ke depan.

" Awaas! " Teriak Riski ketika melihat genangan air di depan mereka.

Namun terlambat sudah. Sekarang celana mereka basah akibat pijakan remaja itu ke genangan air.

Riski sedikit menjauh yang membuatnya keluar dari payung.

" Maafkan aku, tadi aku tidak li-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, matanya melihat Riski menjauh dari bawah payung. Dengan cepat dan begitu tiba-tiba dia menarik lengan Riski ke pelukannya (baca: bawah payung). Namun sangat disayangkan posisi tubuhnya tidak begitu baik untuk menangkap tubuh Riski. Alhasil mereka berdua terjatuh ke tanah yang becek. Cipratan air bercampur tanah itu tercecer di wajah Riski sedangkan Remaja itu harus rela mengorbankan punggung bajunya. Posisi mereka begitu intim. Riski berada di atas remaja itu. Kedua tangannya terletak di dada bidang remaja itu. Sedangkan kedua tangan Remaja itu terletak pasrah di kanan kirinya. Payungnya kini terlempar entah kemana. Namun mereka tidak perduli. Kedua mata mereka sekali lagi bertemu. Dan waktu yang diperlukan kali ini lewat dari tiga menit. Jarak wajah di antara keduanya tinggal beberapa senti lagi.

5 detik....

6 detik....

8 detik....

'Biip Biip'

Akhirnya suara klakson mobil menyadarkan mereka

===Tbc.........

Hay, kenalkan aku Shinji, seorang penulis abal-abal yang sedang berusaha belajar.

Cerita pertamaku "Who are you" Bisa kalian lihat di Fp "Teater Pelangi" ,,,, Dan ini adalah salah satu cerita yang ada di Teater Pelangi. Aku mau coba Post disini. Dan mencoba berkarya di Wattpad. Bukan lagi sebagai seorang reader tapi seorang Writter,...... Ikuti ceritaku selanjutnya ya. Bye

Everytime Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang