Paradise
Pelajaran terakhir hari ini adalah biologi dan ditutup dengan tugas kelompok. Satu kelompok terdiri dari lima orang. Dan sialnya aku dan Alan satu kelompok.
Kelompok kami mendapatkan tugas meneliti daun jambu air. Kebetulan teman satu kelompokku Dinda mempunyai kebun di rumahnya. Kelompok kami janjian akan berkumpul di rumah Dinda ba'da ashar.
Setelah shalat, aku segera mengganti baju kokoku dengan kemeja berwarna silver dan dipadukan celana Luis yang warnanya sudah pudar.
"Bi, aku mau kerja kelompok di rumah teman!" pamitku ke bibiku yang sedang menggoreng pisang.
"Eh, tapi motor ada dipakai sama Om. Kamu tidak apa-apa naik taksi hari ini?"
"Oh begitu. Hmm baiklah. Aku pergi bi. Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Jam sudah menunjukkan pukul 15.43. Dengan resah aku berdiri di depan gerbang rumah Dinda. Sebenarnya aku bisa saja masuk cuman aku masih ragu ini rumah Dinda atau bukan. Apalagi aku tidak meminta nomor hp-nya tadi.
Greeek
Suara pintu gerbang itu mengagetkanku. Seorang wanita paruh baya tengah keluar membuang sampah.
"Eh, Kamu temannya Dinda ya?"
Tanya Ibu itu ramah."I-iya bu!" syukurlah ini rumah Dinda.
"Ayo masuk!", aku pun mengikuti ibu ini masuk ke dalam.
Kata orang, Dinda itu orang kaya. Ayahnya mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Dan itu benar. Rumahnya memang tidak terlalu besar namun halamannya yang sungguh besar. Banyak sekali pohon, bunga dan berbagai tanaman-tanaman yang lain.
"Oh hai Riski, Sini masuk! Sudah ada Alan loh!" Oh tuhan. Aku berharap dia tidak datang hari ini tapi malahan dia yang lebih dulu datang. Ya, hanya Alan dan Dinda dan sekarang aku. Kami duduk di sebuah meja bundar yang cukup besar. Aku rasa meja ini bisa muat sepuluh orang. Kami di suguhkan secangkir es jeruk segar. Aku merasa seperti di surga sekarang. Udara yang sejuk di tambah kicauan burung dimana-mana.
"Mm, Riski, sepertinya yang lain tidak akan datang deh," Ucap Dinda sedih. Aku yang sedang meminum es jeruk segar itu langsung tersedak.
"Uhuk, Ekkmm kenapa?" ini buruk. Aku dan Alan sedang dalam kondisi tidak baik. Di tambah lagi kami hanya bertiga. Oh coba lihat dia (Alan) . Dia hanya memainkan hp-nya daritadi. Seolah tidak menganggapku ada.
"Aku juga tidak tahu,"
"Cepat habiskan minumanmu, waktuku tidak banyak. Kita harus selesaikan hari ini juga!" perintah Alan. Suaranya terdengar seperti ketua yang sedang memerintah anak buahnya.
Sial, di sini tidak ada yang namanya ketua, jadi jangan bertingkah seperti itu.
Alan hanya dengan satu tegukan dapat menghabiskan minumannya. Sedang aku tertegun melihat kehebatannya.
"Apa?" Tanya Alan yang menyadari aku melihatnya.
Aku segera memalingkan wajahku, "Ti-tidak kok!". Kau sangat memalukan Riski.
Setelah selesai dengan es jeruk. Kami pun pindah haluan ke halaman belakang. Sepertinya inilah yang disebut kebun. Semua tanaman disini tersusun rapi. Di sini juga terdapat kebun tomat. Tobat-tomat yang siap dipanen.
"Nah itu dia pohonnya!" tunjuk Dinda ke salah satu pohon yang terletak paling sudut.
Pohonnya tidak terlalu tinggi. Tingginya hanya sebatas bahuku saja.
