Tanggal Dua puluh tahun rembulan
Pertama kali semesta mempertemukan
Engkau mendelik diantara rimbunnya hutan aksara
Berpangku dengan sayap-sayap sajak tak ber-rima
Tapi Sayang! Kali itu Kau masih tampak sabitTanggal Dua puluh satu tahun rembulan
Kujumpai engkau berkutat dengan celoteh
Bak perangai beo yg siap ber-orasi
Kalimatmu melesat dengan hebatnya
Memecah rasionalisme yang entah arah, sungguh!
Masih sama! Kau masih tampak sabitTanggal Dua puluh dua tahun rembulan
Bagiku angka yg sempurna
Bertepatan dengan sirius yang menghambur di lautan kidung sang Maha-raya
Penguasa Malam
Pemilik cahaya Gelap terang
Yang kemarin tampak gusar untuk meleburRoman menggelayuti labirin-labirin kalbu
Dian berkerlap menyungging riang
sajak Rendra terbuka dari dalam pamflet hitam
Seakan ikut merayu sang purnama dari keheninganLupakanlah dawai garing itu
bak beserta dedak dengan segala bom atomnya
Cerita tentang pendambaan sejati
Juga tentang dada yang diributi dengan sesakDekaplah semilir angin
Selagi kau mampu...
Untuk
Kagumi tuturku
Anggap aku mesiu yang selalu memanggil nadi mu
Telusuri langkahku
Anggap aku kata yang terjebak dalam imagi mu
Dan ingat aku
Anggap aku balada yang mencerahkan jiwamuKarena seutuhnya
kita telah terajut dari sang sastra
Lahir dalam pelukan yang sama
Walaupun akhirnya berjodoh dengan rintihan elegi
-Ap
KAMU SEDANG MEMBACA
Dentingan lara
PoetryHanya goresan kecil tak berguna dari segudang rasa yg tak pernah diungkap . . . Masih amatiran #poemsaddict