Gemuruh di lengan senja
Diiringi isakan langit
Kehilangan arah
Ku Lirik jendela kamar
Sudah Diguyur rinduAbu-abu lekat mengekor kepalaku
Dari dapur hingga halaman
Ku tengok,
Cemara meringis perih
Memohon kepada ku
Katanya ia ditimpa keran harap
Tak bisa bergerak--- sesak pengapSegera ku ambil payung
Untuk melindungi senyum itu
dari gulungan guruhLalu ku ulurkan handuk putih
Ke nadi nya yang dingin
Menyarankan untuk membuang sisa harap yang ada
Tetapi ia menolak--- Jangan khawatir katanyaKu antar sampai masuk ke rumah
Duduk diruang tamu
Terima kasih--- Katanya
Lalu mematungKu jamu dirinya dengan segelas sapaan hangat
Untuk mencairkan bongkahan aksara yang tersimpan jauh didasar jiwaIa bergidik
Perlahan bahunya mencium kulit sofa
Sesekali ia menghela arwah
Meregangkan ikatan kaku
Janji-janji semuSenyumnya mulai mengembang
Luka nya sudah redah
Katanya berbahagia
Jika nadinya turut kedalam darahkuHendak ku kembali kedapur, menyajikan segala yang aku punya
Tetapi langkahnya membuatku lunturKatanya
Terima kasih ---
Telah meminjamkan raga mu
Untuk dijadikan atap
disaat dingin menyergapSeiring genting diam
Tembok dingin
Dan genangan rindu itu muncul
Ia menghilang dibalik gelayut perih
di ujung daunSeperti itu..
Hanya sebatas berteduh,
tidak berniat untuk berlabuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Dentingan lara
PoetryHanya goresan kecil tak berguna dari segudang rasa yg tak pernah diungkap . . . Masih amatiran #poemsaddict