Bab 2

3.5K 241 6
                                    

"Darimana saja kau?"

"Aku habis menemani Naruto"

"Oh? Dia sudah kembali?"

"Hm" 

"Begini Gaara, kau harus meyakinkan Hinata. Agar kita bisa mengambil warisan yang diberikan kakeknya"

"Itu hal mudah"

***

Gaara? Kau sudah pulang?" Tanya Hinata kemudian melepas jas putihnya

"Ya, Aku lapar"


"Ah baiklah, apa kau ingin menunggu? Aku akan mandi sebentar"

"Tentu"

Hinata mengerutkan dahinya. Apa kepala Gaara baru saja terbentur? Ataukah jiwanya sudah tertukar oleh jiwa lain?

Tak berselang lama, Hinata turun dengan piyama panjang bermotif beruang 'lagi'. Gaara tertawa pelan.

"Kenapa?" Tanya Hinata sembari memotong wortel

"Kau sangat imut"

Hinata semakin tak mengerti. Hari ini Gaara sangat aneh. Dia baru saja ke kliniknya dan kali ini dia bilang apa? Imut? Oh ya tentu saja rona merah di pipi Hinata tak terelakkan.

"Ah sialan, karena perusahaan aku harus berlagak menyukainya" Ucap Gaara dalam hati

"Gaara"

"Hm?"

"Kau baik-baik saja? Kau nampak... Aneh" Ujar Hinata hati-hati

"Aku baik-baik saja Hinata"

Hinata masih memikirkan Gaara yang berubah drastis. Sedikit khawatir bahwa Gaara mengalami gangguan kejiwaan.

"Sup wortel dan biskuit keju sudah siap" Ujar Hinata

Gaara langsung berjalan menuju meja makan dan menyuruh Hinata untuk duduk bersamanya. Hinata diam sejenak kemudian menurutinya.

"Kau tadi nampak keren"

Hinata baru saja akan memasukkan makanan kedalam mulutnya. Menurutnya ini hanyalah rekayasa Gaara. Gaara tidak akan sebaik ini padanya.

"Gaara, hentikan" Ucap Hinata

"Hm?"

"Kubilang hentikan, apa yang kau inginkan? Katakan saja. Tak usah bersandiwara seperti ini" Ujar Hinata lembut

Gaara tersenyum miring. Dia meletakkan sumpit dan sendoknya. Kemudian menangkupkan jemarinya didepan dagu.

"Aku ingin warisan kakekmu"

Hinata tersentak. Hatinya nyeri. Hinata bukanlah wanita bodoh yang bisa ditipu begitu saja. Gaara berbaik hati hanya karena.... Warisan?

"Aku sudah kenyang" Ujar Hinata

"Jika kau tidak memberikannya pada perusahaan, maka jangan pernah berharap agar kau bisa merasakan kebahagiaan selagi kau terikat padaku"

Jantung Hinata serasa ingin berhenti. Itu merupakan ancaman yang besar. Dan Hinata tahu, Gaara tidak pernah main-main dengan ancamannya meskipun akan merugikan salah satu pihak.

"Akan kupikirkan"

Hinata membawa bekas makan Gaara dan dia yang masih bersisa lebih untuk dicuci. Hatinya nyeri, namun masih ditahannya. 4 tahun lalu ibu  dan ayahnya juga berkata seperti itu padanya. Apakah didunia ini tidak ada yang mencintainya setulus hati?

When love.... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang