Bab 6

3.7K 220 14
                                    

Ini sudah lebih 3 minggu tuan putri, apa kau tak berniat kembali ke dunia dan memamerkan mata indahmu kepadaku?

Baiklah tuan putri, aku menyerah. Kau menang. Kau menang karena hatiku sudah bertekuk lutut padamu. Kau menang karena sudah mendapatkan hatiku. Jadi, bisakah kau terbangun dari alam mimpimu?

Bisakah kau terbangun demiku?

Aku merindukanmu.

Sungguh, merindukanmu disetiap helaan nafasku.

Merindukanmu disetiap sudut rumah kita. Merindukanmu disetiap waktu saat tak ada lagi yang menyayangiku setulus hati seperti dulu.

Merindukan biskuit keju dan masakan yang selalu kau buat hanya untukku meskipun terkadang kau bahkan lupa untuk mengisi perutmu.

Merindukan aromamu yang selalu ada disetiap oksigen dirumah. Merindukan gadisku yang selalu siap setiap pagi dengan jas putih dibadannya.

Merindukan gadisku yang selalu kuat dihadapan semua orang. Semua sudah berakhir tuan putri, kau boleh menangis. Aku akan mendekapku di pelukanku, membiarkan kau menangis di pelukanku dan akan segera mengganti air mata itu dengan senyuman.

Tuan putri, kenapa kau dengan tega membiarkanku menangis hampir setiap saat aku melihatmu? Kenapa kau dengan tega membiarkanku terpuruk dalam penyesalanku?

Tuan putri, angin malam lebih dingin saat kau tak ada disini. Pagi lebih sepi saat tak ada suara lembutmu membangunkanku. Siang terasa hampa saat tak menemukan masakanmu dimeja makan.

Tuan putri, senja seperti merindukanmu setiap harinya. Malam seperti sedih saat kau tak lagi mengaguminya. Kenapa kau dengan tega membiarkan semuanya bersedih karena ketidakhadiranmu disini?

Hinata.

Hinata, kuharap bisa melihat bayanganmu kembali dirumah kita. Kuharap bayanganmu akan kembali menyayangiku seperti tubuh aslinya.

Hinata, apa kini kau melihatku? Dari sana? Kalau iya, bisakah kau kembali? Entah sudah berapa kali aku memohon kepadamu untuk kembali kesisiku.

Entah sudah berapa kali air mata ini menetes ketika mendoakanmu. Entah sudah berapa kali aku memelukmu dalam tidur. Entah sudah berapa kali aku mencoba memasak sepertimu. Entah sudah berapa kali aku mencium aroma dari jas doktermu.

Hinata, tak apa. Aku akan disini, selamanya, bersamamu. Mendekapmu, menjagamu bahkan memberikan seluruh cinta hanya untukmu. Tak apa jika keluargamu atau siapapun membencimu, mereka hanya tak tahu jika kau adalah sebuah permata berharga.

Aku berjanji akan terus berada disisimu, untuk itu kau harus terbangun dari mimpimu, membiarkanku membuktikan semua kata-kata yang baru saja kuucapkan padamu.

*****

Hikaru termenung. Pikirannya kini terfokus pada anak tengahnya. Anak gadisnya yang ceria dan pintar. Anak gadisnya yang memilih membahagiakan seluruh orang daripada membahagiakan dirinya.

"Apa kau sudah sadar, nak?"

Hikaru sedang merajut syal. Dia ingat, saat umur Hinata 5 tahun dia pernah meminta Hikaru membuatkannya syal seperti Hikaru membuatkan untuk Neji. Tapi Hikaru menolak mentah-mentah.

When love.... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang