3

2.5K 191 60
                                    

Ve melangkah turun, membiarkan Pak Joko memarkirkan mobilnya ke garasi. Mobil hitam milik Nabil sudah terparkir di sana. Ve melepas sepatunya, meneruskan langkah keruang tengah.

"Hai.." sapa Nabil, yang sedang duduk di sofa panjang depan TV.

"Hai.. " balas Ve, melempar blazer dan tasnya di tempat kosong sebelah Nabil, lalu melangkah ke dapur.

"Udah makan? Bi Ijah tadi bikin ayam bakar"

"Udah sama Jeje. Aku mau mandi dulu" Ve membuka kulkas untuk mengambil minum. Setelah menghabiskan satu gelas air mineral, dia kembali memungut blazer dan tas, seraya berjalan ke kamar.

Selesai mandi, Ve selalu mengenakan lotion dan krim malam untuk tubuh serta wajahnya. Nabil bergabung di kamar tepat setelah Ve mematikan hair dryer. Nabil berdiri diam, bersandar di pintu, sambil mengamati Ve. Menikmati pemandangan lekuk tubuh berbalut gaun tidur ungu gelap transparan yang dikenakannya.

Ve membiarkan Nabil memperhatikannya, sementara dia menyisir rambut supaya tidak kusut. Dia merasakan tatapan intens Nabil dan menyukainya. Ve tidak akan mengelak kalau dia masih menikmati kebersamaan mereka yang satu ini. Navul benar-benar seksi.

Memangnya apalagi alasannya menerima lamaran Nabil, selain karena sosok menawannya?

Nabil melamar tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25. Mereka menghabiskan malam itu di sebuah restoran Jepang favorit Ve. Nabil membawakannya kue tart berbentuk sepasang high heels, dengan cincin tergantung di salah satu fondan yang dibentuk menjadi tali sepatu. Kalimat yang diucapkan Nabil saat itu masih sangat diingat Ve.

"Selamat seperempat abad, Veranda. Kalau aku ajak kamu habisin tiga perempat abad sisanya bareng-bareng, kamu mau gak?"

Butuh waktu beberapa menit sampai makna kalimat itu masuk ke kepala Ve. Dia tidak menyangka Nabil akan melamarnya saat itu. Mereka baru saling kenal tiga bulan sebelum Nabil mengajaknya pacaran. Ketika itu usia pacaran mereka bahkan belum genap setengah tahun. Setelah Ve menerima lamarannya, enam bulan kemudian mereka resmi menikah.

Punggung Nabil akhirnya meninggalkan pintu. Ve melihatnya mendekat dengan langkah santai. Kedua lengan Nabil memeluknya dari belakang. Wajah Nabil terbenam di rambut Ve, menghirup aroma samponya, membuat pelukannya makin erat.

"Kamu wangi banget" bisik Nabil.

Ve meletakkan sisirnya. "Aa juga"

Ve merasakan bibir Nabil menyunggingkan senyum di puncak kepalanya. Saat dia akan berdiri, Nabil menahannya. Lelaki itu memutar tubuh Ve hingga mereka berhadapan, kemudian berlutut. Kedua tangan Nabil berada di samping kursi rias yang diduduki Ve, sementara matanya tidak lepas mengamati wajah cantik Ve.

"Aa bener-bener minta maaf buat makan siang tadi" ucap Nabil. "Kalau Aa gak iyain meeting itu, jam pulangnya bakal mundur dan Aa nggak mungkin udah di sini sekarang"

"Udah biasa" balas Ve. "Aku gak terlalu kaget, sejujurnya"

Nabil menyelipkan rambut Ve ke belakang telinga, lalu mulai menciumnya. Ve membalas ciuman itu. Gerak pelan dari bibir Nabil terkesan malas-malasan namun tegas, sudah sangat dikenal Ve. Nabil tidak pernah langsung menciumnya dengan menggebu. Lelaki itu melakukannya dengan perlahan, seakan mereka memiliki waktu tak terbatas hanya untuk berciuman.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang