"Lama juga nggak lihat bandara ini" Nabil bergumam begitu dia dan Ve turun di Bandara Changi, Singapura.
"Kayak pulang kampung ya, A?" Ledek Ve.
Nabil merangkulkan lengannya di bahu Ve, sementara tangannya yang lain menyeret koper besar mereka. "Ke mana pun, asal sama kamu, rasanya kayak pulang ke rumah"
Ve mencubit perut Nabil. Bukan hal mudah, mengingat kencangnya otot di sana. Dia mendapatkan sedikit daging, yang sukses membuat Nabil menjerit kecil. "Salah Aa nggak nyediain daging buat dicubit"
Nabil mengelus perutnya. "Kamu mau Aa buncit?"
"Dikit aja. Biar ada yang bisa dicubit" Ve tersenyum manis.
Nabil mendengus. Dia memesan taksi bandara, supaya membawa mereka ke Orchad Road. Nabil sudah menyewa apartemen di sana, karena kali ini akan ada serangkaian tes yang harus mereka jalani. Nabil berharap tidak ada yang berubah pada hasil kesehatan Ve, dan sedikit sentuhan keajaiban hingga ada perubahan pada hasil tesnya sendiri. Ve selalu dinyatakan sehat, sangat mampu untuk mengandung.
"Ve" panggil Nabil
"Hm?"
"Pas mau ambil sel telurnya sama pas mau dimasukin lagi, kamu dibedah, kan? Sakitnya gimana?"
"Nggak sakit" Ve tersenyum kecil.
Nabil menghela napas. "Semoga besok lancar ya.."
"Amin"
Sejenak, mereka saling diam.
"Ve.." panggil Nabil lagi.
"Apa, A?"
"Aa sayang sama kamu."
Ve menatap Nabil, mengecup lembut bibirnya. "Aku juga sayang banget sama Aa" balasnya. "Sekarang tidur, ya"
Nabil tertawa kecil. "Iya.." ucapnya.
Ve berbalik memunggungi Nabil, bersiap tidur, membiarkan Nabil memeluknya dari belakang. Hangat napas Nabil terasa berembus di tengkuknya, membuat Ve makin bersandar nyaman padanya.
Tepat saat akan terlelap, Ve mendengar satu kalimat diucapkan Nabil. Entah mengigau, entah tidak. Namun, cukup ampuh membuatnya tercenung.
"Please, don't leave me, Veranda.."
***
Doker kandungan rekomendasi Farish, sahabat Nabil bernama Hanna Tan, dengan subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi. Dokter Tan berusia sekitar pertengahan 50 tahun, jika dilihat dari penampilannya. Wajahnya terlihat ramah saat menyambut Ve dan Nabil ke ruangannya.
"Selamat pagi" sapa dokter itu. Dia menyalami Ve dan Nabil bergantian, lalu membaca formulir di depannya. "Mr... Nabil Raditya Adhiguna?"
"Yes, doc" ucap Nabil.
Dokter Tan tersenyum cerah, seraya berpaling pada Ve. "Mrs. Jessica... Veranda Adhiguna?"
Ve mengangguk, mengiyakan.
Dokter Tan menutup map itu. "Boleh saya tahu terakhir kali anda ejakulasi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love
FanfictionKetika belum memiliki anak tidak menjadi masalah terbesar, rumah tangga Ve dan Nabil dihadapkan badai sebenarnya. Badai besar yang membuat keduanya memikirkan ulang makna dari pernikahan. Mengingatkan mereka pada janji suci yang terucap diawal.