Pesawat yang membawa mereka tiba di Bandar Udara Adisutjipto pada kamis sore. Demi menyenangkan Ve, Nabil sengaja memilih hotel yang terletak tidak jauh dari Malioboro. Dia tau selama di Jogja akan meninggalkan Ve sendirian. Ve butuh hiburan dan Malioboro adalah hiburan terbaik baginya. Selain sepatu, Ve sangat menyukai berbagai aksesoris dan benda-benda berbau etnik. Jadi, selama Nabil menghabiskan waktu dengan meeting, Ve bisa berjalan-jalan.
"Besok Aa pergi jam berapa?" Tanya Ve, seraya membuka koper untuk memindahkan pakaian yang akan dipakai Nabil dua hari ini ke dalam lemari.
"Mobil kantor jemput jam delapan" Nabil menarik lepas kausnya. "Aa mandi duluan, ya?"
Ve mengangguk. Setelah menggantung dua stel jas beserta kemeja dan dasi untuk Nabil, serta baju ganti untuk dirinya sendiri di lemari, Ve menutup kembali koper mereka yang masih berisi pakaian yang akan dipakai di Bali nanti
Nabil mengajak Ve makan malam di lesehan Malioboro begitu Ve juga sudah membersihkan dirinya. Ve memilih menikmati nasi ayam dengan lalapan, sementara Ve lebih ingin mencicipi kerang goreng sambal tanpa lalapan.
Selesai makan, Ve menarik Nabil untuk menikmati hiburan seniman jalanan di sana. Tau tidak akan ada waktu untuk menghabiskan waktu di Jogja selain malam ini, Nabil menuruti saja saat Ve mengajaknya keluar masuk toko yang berjejer di sana.
"Aa mau bakpia, gak?" Ve mengangkat kotak bakpia di tangannya. "Masih anget nih"
"Boleh. Satu aja, Ve. Terserah yang isinya apa"
Sama sekali tidak mendengarkan peringatan Nabil, Ve mengambil satu kotak bakpia, sekotak wingko, dan juga sekotak yangko beraneka rasa. Nabil berdecak, membiarkan Ve memilih camilan, sementara dia melihat-lihat penjual gelang yang ada di dekat penjual oleh-oleh. Dia mengambil sebuah gelang yang terbuat dari anyaman bambu mini. Di bagian tengah gelang itu terdapat lempengan kayu bertuliskan 'I Love You'
"Berapa, Pak?" Tanya Nabil.
"Lima ribu, Mas"
Ve sudah menyelesaikan pembayaran dengan penjual oleh-oleh, bergabung dengan Nabil. "Beli apa?"
"Nih, buat kamu" Nabil memasangkan gelang itu di tangan Ve. "Cuma lima ribu" ucapnya geli, seraya mengambil dompet dari saku celananya.
Mereka kembali berhenti di depan penjual kaus. "A, kaus couple"
Nabil mengerang. "Gak ada ukuran Aa" ucapnya, setengah berharap.
"Mas, ada ukuran M gak kaus cowoknya?" Tanya Ve, kepada penjual.
"Kaus kayak gini M sempit buat Aa, Ve. Harus L"
Ve mengambil kaus bergambar laki-laki yang berada di dalam becak dari tangan penjual. "Boleh dilihat, kan?"
Begitu penjual mengangguk, Ve membuka plastik kaus dan mengeluarkannya. Dia menyuruh Nabil berbalik dan mengukur kaus itu di punggung Nabil. "Pas gini, kok"
"Ve, kita udah gak cocok buat pakai kaus couple" Nabil mengingatkan.
"Nyenengin aku gak apa-apa, kan? Kita gak punya kaus couple loh" Ve mengambil kaus warna hitam itu untuk Nabil, dan warna pink dengan gambar perempuan yang naik becak, untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love
FanfictionKetika belum memiliki anak tidak menjadi masalah terbesar, rumah tangga Ve dan Nabil dihadapkan badai sebenarnya. Badai besar yang membuat keduanya memikirkan ulang makna dari pernikahan. Mengingatkan mereka pada janji suci yang terucap diawal.