7

1.5K 170 28
                                    

"Gimana second honeymoon kalian?" Tanya Jeje, ketika dia dan Ve duduk di Cafetaria, begitu Ve selesai mengecek butik selama ditinggal.

Ve tidak berhasil menyembunyikan wajah berbinarnya. Dia dan Nabil baru tiba di Jakarta semalam. Dia masih bisa merasakan 'siaran ulang' dari apa yang mereka lakukan hari sebelumnya, di pagi hari ini sebelum Nabil berangkat ke kantor. Begitu mereka bangun, Nabil mengeluarkan tatapan merayunya yang luar biasa seksi, membuat Ve tidak bisa menolak permintaan tak terucap di sana. Nabil nyaris terlambat menghadiri meeting paginya gara-gara itu. Tetapi, dia tampak tidak menyesalinya sedikit pun.

"Hello!" Jeje mengibaskan tangannya di depan wajah Ve

"Awesome" bisik Ve. "He's the sexiest man alive. I love him"

Jeje terbahak. "Akhirnya! Udah lama banget gue nggak denger lo muji Nabil seksi. Walaupun gue akui sih, Ve. Laki lo itu auranya emang seksi banget"

Ve menyeringai bangga. "Siapa yang butuh Adam Levine, Johnny Deep, Chris Hemsworth, siapalah itu? People seharusnya ketemu Nabil Raditya Adhiguna. Gue yakin laki Aa itu pantas masuk daftar mereka"

Jeje mencibir. "Daya tarik Nabil udah balik, ya?"

"Aa nggak pernah kehilangan daya tarik. Dia cuma baru aja naik level"

Jeje bertepuk tangan. "Luar biasa!" Pujinya kagum. "Gue beneran ikut seneng lo berdua balik normal".

Ve tersenyum kecil. "Gue udah nyaris ngelupain kenyataan kalau gue cinta banget sama Aa" jawabnya. "Liburan singkat kemarin kayak balikin gue ke masa pas kami masih jadi pengantin baru". Saat menatap Jeje, Ve merasakan matanya berkaca-kaca. "Gue beneran sayang sama dia, Je".

"Gue tahu. Di saat paling marah pun, lo masih bisa manggil dia 'Aa'. Kalian berdua udah diciptain buat satu sama lain".

"Siapa yang yang tercipta buat siapa?"

Kedua wanita itu terlonjak kaget. Keenan duduk di sebelah Ve tanpa permisi, membuat Ve refleks bergeser menjauh.

Keenan menatap Ve beberapa saat. Dahinya berkerut. "You look so..." Dia mencari kalimat yang tepat. "Shiny?" Tanyanya tidak yakin. "As bright as the sun".

"Silau dong" komentar Jeje. "Siapa juga sih yang nggak bersinar cerah kalau ngabisin long weekend..."

Ve menendang kaki Jeje sebelum sahabatnya itu membuka percakapan mereka di depan Keenan. Jeje meringis, menutup mulutnya. Keenan menatap mereka berdua bingung. Ve kembali menyesap minumannya dengan wajah tenang.

"Long weekend ke mana, Ve?" Tanya Keenan.

"Nemenin suami gue dinas" jawab Ve, sengaja memberi penekanan pada kata 'suami'. Dia merasa sangat jengah dengan cara Keenan menatapnya. Belum lagi cara duduk lelaki itu yang nyaris menempel, seakan sofa yang mereka duduki benar-benar sempit. Padahal masih banyak ruang lain yang bisa membuat Keenan tidak harus bersentuhan dengannya.

"Oh. Suami lo kerja di bidang apa?"

"Perusahaan garmen. Tukang mondar-mandir" Ve menjawab seadaanya.

"Kurir?"

"Wakil direktur" jawab Jeje, sementara Ve memilih diam. Dia tidak keberatan berkenalan dengan orang baru. Asal bukan yang suka usil dengan hidup orang lain seperti Keenan.

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang