Beijing, China
Membutuhkan waktu setengah jam, akhirnya mereka sampai di Beijing. Lu Han sudah memanggil pengawalnya untuk menunggunya di bandara. Lu Han melihat pengawalnya yang sudah berdiri di tempat tunggu.
“Zăo shàng hăo, Xiānshēng (Selamat pagi, Tuan),” sapa pengawalnya.
“Zăo ān. Nĭ dōu haŏ ma (Pagi. Bagaimana kabar semuanya)?” tanya Lu Han.
“Wŏ men hěn hăo. Wúlùn nĭ de fùmŭ dōu hěn hăo, Xiānshēng (Kami baik-baik saja. Kedua orang tua Anda baik-baik saja, Tuan),” ujar pengawalnya. Lu Han menoleh ke belakang dan melihat Sehun yang sama sekali tak melihatnya.
“Sehun-ah…dia pengawalku,” ujar Lu Han dengan memperkenalkan pengawalnya. Sehun tak merespon Lu Han dan menoleh ke arah lain.
“Bă tā de dōngxī (Bawa barang-barangnya)!” perintah Lu Han.
“Zhŭnbèi hăole, Xiānshēng (Siap, Tuan),” pengawal Lu Han langsung membawakan barang-barang Sehun. Sehun pun terkejut. Sehun mengambil barangnya kembali karena takut digeledah. Pengawal Lu Han tetap memaksakan barang-barang Sehun untuk dibawanya dan Sehun menarik barang-barangnya. Terjadi perebutan antara Sehun dengan pengawal Lu Han.
“Lepaskan…” Sehun berusaha untuk mengambil kopernya kembali dari tangan pengawal itu.
Oh shit!! Pengawal sialan!!, batin Sehun kesal. Sehun terus menarik kopernya dan…BRUKK
Ia terjatuh karena pengawal itu melepas kopernya. Sehun mendengus kesal dengan mengacak rambutnya gusar.
“YAK!!” teriak Sehun membuat seluruh pengunjung menoleh ke arahnya. Lu Han menghentikan langkahnya dan melihat Sehun yang terduduk.
“Waeyo Sehun-ah?” tanya Lu Han.
“Bukan urusanmu,” dingin Sehun. Lu Han hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Sehun untuk berdiri. Sehun tak menghiraukan Lu Han dan ia berdiri sendiri. Sehun melihat Lu Han tak suka. Lu Han pasrah terhadap sifat adiknya dan pergi ke mobil untuk perjalanan ke rumahnya.
Akhirnya mereka sampai di rumah besar milik keluarga Xiao. Sehun tak tertarik dengan megahnya rumah itu.
“Di mana aku bisa mengembalikan memoriku?” tanya Sehun kepada Lu Han yang tersenyum padanya.
“Kau akan menemukan ingatanmu kembali di sini, di tempat tinggalmu, Luo Chen,” ujar Lu Han.
“Ne? Nugu?” tanya Sehun.
“Xiao Luo Chen, itu adalah nama aslimu, Sehun-ah,” ujar Lu Han.
Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, batin Sehun. Sehun menggaruk tengkuknya.
“Akan kuantarkan ke kamarmu,” Lu Han mengajak Sehun menuju kamar lama mereka. Saat membuka pintu, Lu Han melihat desain kamar yang masih sama seperti dulu. Semenjak Luo Chen hilang, keluarga Lu Han memilih untuk pindah ke rumah lamanya di Changsa. Mereka akan kembali setelah Luo Chen kembali.
Sehun melihat setiap dekorasi kamar milik Lu Han. Sehun tak sengaja melihat sebuah foto yang terdapat 2 orang, yang satu berumur kisaran 8 tahun dan satunya lagi kisaran umur 4 tahunan. Sehun melihat wajah anak 8 tahunan itu.
Sepertinya aku pernah melihat anak ini, batin Sehun. Sehun semakin melihat wajah anak itu.
“Gē ge!!”
Teriakan itu terngiang di kepala Sehun dan membuat kepalanya sakit. Teriakan itu seperti yang pernah ia dengar.
“Wae Sehun-ah?” tanya Lu Han.
“Ani…gwenchana…” ujar Sehun dengan mengayunkan tangannya untuk mencari tempat bertumpu. Sehun memegangi kepalanya dan hidungnya mengalirkan darah. Lu Han mengambilkan tissue dan membersihkan mimisan Sehun. Sehun mendongakkan kepalanya dan melihat wajah Lu Han yang kalem.
Kenapa wajah Lu Han mirip dengan wajah anak kecil itu? Batin Sehun.
“Neo gwenchana? Jeongmal gwenchana?” tanya Lu Han. Sehun menganggukkan kepalanya.
“Mungkin memorimu mulai kembali,” ujar Lu Han. Lu Han menatap mata Sehun. Mata yang sama seperti mata Luo Chen.
“Sehun-ah…kau tahu…kami merindukanmu. Kami tidak tahu kalau ingatanmu hilang. Disini, kami akan berusaha mendapatkan ingatanmu kembali dan kembali bersama kami lagi,” ujar Lu Han tulus.
“Jangan terlalu dipaksakan untuk mengembalikan ingatanmu. Perlahan tapi pasti,” lanjut Lu Han.Malam harinya, Sehun terbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar yang dihiasi dengan bintang dan bulan. Dalam hatinya, ia pernah melihat ini sebelumnya, tapi kapan ia tak tahu.
Ia melihat sebuah rubik di nakas dan mengambilnya. Ia memutar-mutar rubik itu dan melihat sebuah tulisan mandarin yang tak ia ketahui artinya.
“Ini apa artinya?” tanya Sehun. Sehun mendengar suara perutnya bernyanyi.
“Ouh…bageoppa,” ujar Sehun dengan mengusap perutnya. Ia pergi dari kamarnya dan berjalan menuju dapur. Sehun melihat sebuah dekorasi yang ada di pintu lemari es. Dekorasi itu seperti pernah ia lihat dan pernah ia buat. Tapi entah kapan ia membuatnya. Pikirannya terngiang dua anak yang senang membuat dekorasi itu. Sehun bertumpu pada pintu lemari es dan memegangi kepalanya. Lagi-lagi ia mimisan. Ia gunakan lengan bajunya untuk membersihkan darah yang keluar dari hidungnya. Ia menyandarkan punggungnya pada lemari es dan duduk di lantai. Ia merasa ia tidak kuat untuk mengembalikan memorinya.
Lu Han yang ingin ke dapur melihat Sehun yang bersandar di lemari es dengan menutupi hidungnya. Lu Han mendekat ke arah Sehun dan berjongkok di depan Sehun.
“Kau mimisan lagi?” tanya Lu Han khawatir. Lu Han mengeluarkan sapu tangan di saku celana triningnya dan mengusap hidung Sehun. Sehun menganggukkan kepalanya.
“Aku sudah tidak kuat lagi untuk mengingat memoriku kembali,” ujar Sehun.
“Jebal…kumohon…secepatnya kami akan mengembalikan, ne?” pinta Lu Han. Sehun dengan pasrah menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different With My Family (FINISH)
FanfictionSebuah kisah di mana seorang namja bernama Luo Chen yang hidup dengan penuh cobaan, yaitu ia harus kehilangan ingatannya karena sebuah musibah yang menimpanya.