2 tahun kemudian…
Hari ini hari kelulusan Sehun. Ia tidak menyangka ia akan meninggalkan sekolah yang sudah ia abdi selama 3 tahun. Sehun berdandan rapi, mengenakan seragam lengkap dan juga aksesoris sekolah. Ia tak lupa mengajak kedua orangtuanya untuk menghadiri acara kelulusannya.
Hari kelulusan dilaksananakan di gedung olahraga. Ruangan yang sudah didekorasi rapi dan indah. Sehun mulai memasuki ruang olahraga. Ia melihat Kai yang sudah duduk di baris nomor tiga dari depan sisi kiri. Sehun berlari ke arahnya dan langsung duduk di samping Kai.
“Aigo! Kau membuatku terkejut Tuan Oh,” kejut Kai.
“Mianhae Kai-ah…aku sangat merindukanmu,” ujar Sehun dengan mendekap sahabatnya.
“Yak yak yak! Kau tahu aku masih suka wanita!” sebal Kai menoba melepaskan dekapan Sehun. Sehun melepas dekapannya sambil mengerucutkan bibirnya.
“Yak~apa kau mulai berselingkuh dariku?” goda Sehun. Kai menatap Sehun jijik. Apa dia habis terbentur dinding atau apa? Ada apa dengan otaknya? Pikir Kai.
“Aku hanya bercanda Kai-ah. Siapa juga yang suka denganmu,” mendengar hal itu Kai langsung bergidik ngeri.
“Wae?”
“Ani,”
“Kai-ah…besok aku akan kembali ke China,”
“Jjinja? Wae? Apa kau sudah bosan di Korea?”
“Ani Kai-ah…setelah aku lulus, aku akan kembali ke China dan menetap di sana,” ujar Sehun.
“Hm…terserah kau saja. Bila kau ada waktu, datanglah ke Korea. Hubungi aku jika kau di Korea,”
“Pasti Kai-ah,”Hari kelulusan pun dimulai. Para siswa pun menyanyikan lagu kebangsaan Korea Selatan dan dilanjutkan dengan pidato dari pihak yang bersangkutan. Para siswa pun mendengar dengan seksama.
Pembagian ijazah kelulusan. Semua siswa dipanggil satu persatu untuk mengambil hasil belajarnya selama 3 tahun di sekolah ini. Para siswa mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kepada seluruh guru-guru yang telah mendidik mereka sampai sekarang ini.Airport Seoul, Korea Selatan
Seorang namja berdarah China melepas kacamatanya setelah sampai di Negeri Gingseng ini. Namja bernama Xiao Lu Han kini mencari seseorang untuk menjemputnya. Ia melihat dua orang namja yang sedang menunggu seseorang. Ia tersenyum dan langsung menghampiri mereka.
“Luo Chen!!” teriak Lu Han. Salah satu dari mereka menoleh dan melambaikan tangannya senang.
“Gē ge!!” jawab orang itu, Sehun yang sedang bersama Kai menunggu Lu Han.
“Apa kau sudah lama di sini?” tanya Lu Han.
“Hm…ani hyung. Kami baru saja sampai di sini, benar ‘kan, Kai?” Kai hanya menganggukkan kepalanya. Kai terlalu senang untuk bertemu Lu Han.
“Jeongmal? Mianhae kalau kau dan Kai menunggu lama di sini. Ayah tadi pagi dibebaskan dari penjara, jadi hyung harus menjemputnya,”
“Jjinjaya? Syukurlah,”
“Tidakkah kau ingin bertemu dengannya?”
“Aku masih belum siap bertemu dengannya hyung. Jika aku bertemu dengannya, itu sama saja dengan mengingatkanku pada kejadian 13 tahun yang lalu dan itu akan membuatku menderita,”
“Sehun-ah…”
“Aku trauma setelah kejadian itu hyung…aku tidak bisa melupakan kejadian itu hyung,”
“Semua butuh proses Sehun-ah…kau butuh proses untuk bisa bersama dengan ayah,” ujar Lu Han. Sehun hanya mengangguk pasrah.“Annyeonghasimnika, Ajhussi,” sapa Lu Han pada Tuan Oh seketika sudah berada di ruang tamu milik Tuan Oh.
“Ah ne, nado. Bagaimana kabarmu, nak?”
“Baik, Ajhussi,”
“Ah ne, apa kau sudah menemukan pelakunya?” Lu Han menganggukkan kepalanya.
“Dia ayah kami sendiri,”
“Ne? Bagaimana bisa…ayah kalian?” Lu Han tersenyum.
“Dulu, keluarga kami mengalami bangkrut dan ayah kami menyalahkan Sehun. Beberapa tahun lalu, saya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan saya tak bisa berjalan. Ayah menyalahkan Sehun karena kejadian itu. Karena tak terima, ayah membabi buta Sehun hingga ia kehilangan ingatannya,”
“Kenapa ayah kalian keras kepala?” Lu Han kembali tersenyum.
“Itu semua salahku, Ajhussi. Sehun seperti ini karenaku,” ujar Lu Han dengan rasa bersalahnya.
“Ah ani ani…jangan seperti itu. Kudengar kau datang ke mari untuk menjemput Sehun kembali ke China, bukan begitu?” tanya Tuan Oh.
“Ne…Sehun sendiri pernah bilang padaku bahwa setelah ia lulus ia akan kembali ke China,”
“Sebelum kalian kembali ke China, tinggallah di sini semalam. Kami harus menjamu kalian sebelum kembali ke China,”
“Gamsahamnida, Ajhussi. Tak perlu serepot itu kepada kami,” ujar Lu Han canggung.
“Ania…tak perlu sungkan,” sambung Nyonya Oh yang baru saja dari dapur untuk membuatkan minuman untuk Lu Han.
“Tinggallah di sini semalam, ne? Ajhumma ingin bersama Sehun untuk terakhir kalinya,” ujar Nyonya Oh.
“N-ne…Ajhumma,”
“Haish…jangan memanggil ‘ajhumma’, panggil eomma. Seperti tidak kenal saja,” gurau Nyonya Oh.
“N-ne…e-e-eomma…joesonghaeyo,” ujar Lu Han canggung. Sehun turun dari lantai dua dengan membawa snack kesukaannya. Ia langsung duduk di antara kedua orangtuanya.
“Eomma. Eomma membelikan banyak snack untukku. Gomawo eomma,” Sehun langsung memeluk Nyonya Oh.
“Ne? Eomma merasa tidak membelikan banyak snack di kamarmu,”
“Ne?! Lalu siapa?” heran Sehun. Sehun melirik ke Tuan Oh.
“Apa abeoji yang membelikan snack di kamar?” tanya Sehun.
“Appa sangat malas untuk membelikanmu snack,” goda Tuan Oh membuat Sehun mengerucutkan bibirnya.
Lu Han yang melihat itu langsung mengembangkan sudut bibirnya ke atas. Ia melihat adiknya yang bahagia dengan keluarga angkatnya. Mereka sangat baik kepada adikku. Semoga kalian diberkati oleh Tuhan, batin Lu Han.Malam harinya, Sehun membereskan semua pakaiannya untuk dimasukkan ke koper. Sena memantau kegiatan Sehun dari ambang pintu. Sena mendekat ke arah Sehun dan memeluknya dari belakang. Yang dipeluk menghentikan aktivitasnya.
“Waeyo Sena-ah?” tanya Sehun.
“Jangan pergi, oppa…hiks…” Sehun membalikkan badan dan menangkup wajah Sena.
“Mianhae, Sena-ah…sudah saatnya oppa berkumpul dengan keluarga kandung oppa,” tolak Sehun dengan lembut.
“Jaga dirimu baik-baik ne,” hendak melanjutkan aktivitasnya kembali, Sena angkat bicara.
“Ada yang ingin kukatakan pada oppa,”
“Mwoga?”
“Aku…menyukaimu oppa…” lirih Sena, namun dapat didengar oleh Sehun. Sehun terkejut. Ia benar-benar tak menyangka bahwa Sena menyukainya.
“Aku sudah lama menyimpan perasaanku oppa…bahwa aku benar-benar menyukaimu,” Sehun bingung…ia tak tahu apa yang harus ia katakan pada adiknya.
Sena-ah…aku juga menyukaimu…tapi aku tak boleh egois. Aku tidak mau mengusikmu dulu, batin Sehun.
“Oppa…” panggil Sena.
“Hm?”
“Apa…oppa juga…menyukaiku?” tanya Sena.
“Aku menyukaimu sebagai adik, Sena-ah,” ujar Sehun.
“Oppa…aku serius kepadamu. Jawab oppa,” pinta Sena. Sehun mengacak rambut Sena.
“Jangan berpikiran aneh-aneh. Fokus ke sekolahmu dan belajarlah dengan sungguh-sungguh,” ujar Sehun. Hati Sena terasa sesak. Ia merasa Sehun tak menyukainya. Ia merasa kecewa karena pernyataannya hanya dianggap main-main.PLAKK
Sena dengan refleks menampar Sehun.
“Oppa…aku tak pernah main-main dengan perasaanku. Aku benar-benar menyukaimu. Kenapa kau anggap ini hal sepele? Jika kau tidak suka…bilang saja tidak!!” Sena langsung berlari ke kamarnya dengan menangis. Sehun memegangi pipinya yang memanas.
Satu tamparan dari orang yang aku sayangi, batin Sehun menyesal. Ia berbuat seperti ini untuk Sena sendiri. Dalam hatinya…ia ingin sekali menjadikannya sebagai yeojachingunya, tapi ia ingin Sena fokus belajar.
Suatu saat nanti aku akan memilikimu seutuhnya, Sena…batin Sehun.Esok harinya, Lu Han dan Sehun berpamitan untuk kembali ke China. Lu Han tak lupa memberi oleh-oleh dari China untuk keluarga angkat adiknya.
Sehun sama sekali tak melihat Sena. Sehun mendesah pelan dan mulai membawa kopernya.
“Eomma…appa…aku pergi,” ujar Sehun dengan berpamitan kepada kedua orangtuanya.
“Hati-hati ne nak, eomma akan selalu merindukanmu,” ujar Nyonya Oh. Sehun tersenyum. Ia menatap jendela kamar Sena. Ia tersenyum dan pergi.
Sementara Sena, Sena mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ia melihat Sehun yang berpamitan kepada kedua orangtuanya. Ia menangis…menangis…dan menangis. Ia tak ingin Sehun pergi. Ia ingin bersama Sehun, namun ia sesak…Sehun tak menyukainya. Ia melihat Sehun yang melihat ke arah jendelanya. Ia melambaikan tangannya ke arah Sehun.
Selamat tinggal…oppa
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different With My Family (FINISH)
FanfictionSebuah kisah di mana seorang namja bernama Luo Chen yang hidup dengan penuh cobaan, yaitu ia harus kehilangan ingatannya karena sebuah musibah yang menimpanya.