Chapter 2

356 31 0
                                    

13 tahun kemudian...
Th 2011
Seoul, Korea Selatan

Bulan memasuki Bulan Maret bertanda musim semi telah tiba. Bunga-bunga mulai bermekaran di musim ini. Banyak para turis yang ingin menyaksikan bunga bermekaran di Negeri Gingseng ini.
Seorang namja dengan sepeda kayuhnya sedang dalam perjalanan menuju sekolahnya. Namja ini mengkayuh sepedanya dengan penuh semangat. Ia sangat menyukai musim ini. Namja bernama Oh Sehun ini juga sedang membonceng adiknya. Adiknya juga senang menikmati datangnya musim semi.
Sampai di sekolah adiknya, Sehun melambaikan tangannya kepada adiknya dan mulai mengkayuh sepedanya lagi menuju sekolahnya.
Sampai di sekolahnya, Sehun memarkirkan sepedanya dan berjalan menuju kelasnya. Sepanjang koridor, namanya diteriaki oleh para siswa yeoja di sekolahnya karena wajah tampannya. Sehun hanya bisa membalas senyuman kepada mereka. Seseorang menepuk bahunya sehingga membuatnya tersentak.
"Yak~Kai-ah...tidak bisakah kau tidak mengejutkanku setiap pagi?" sebal Sehun karena setiap hari ia selalu dikejutkan oleh namja kulit tan ini, Kim Kai.
"Hehe...mianhae..." cengir Kai.
"Hehe...mianhae..." tiru Sehun dengan wajah yang dibuat jelek.
"Yak~kajja kita masuk kelas," Kai mengalungkan lengannya pada leher Sehun dan mengajaknya masuk ke kelas mereka yang kebetulan satu kelas.

Sore harinya, Sehun pergi ke perpustakaan umum setelah ia pulang sekolah. Ia mengambil buku di tasnya dan mengembalikan kepada pustakawan.
"Wah...sering-sering ke sini ne. Kau memang pintar Sehun-ah," ujar sang Pustakawan.
"Haha, masih ada yang lebih pintar dariku Lee Ajhumma. Aku pinjam lagi ne," ujar Sehun dengan menandatangani buku pinjam-kembali perpustakaan.
"Hm...tentu saja, ini terbuka untuk semua orang...termasuk dirimu Sehun-ah," ujar Bibi Lee.
Sehun berjalan di lorong rak buku. Sehun melihat satu-persatu buku untuk ia bawa pulang nanti. Sehun dengan lihai menggerakkan pupil matanya dan membaca setiap kata.
"Ah~akhirnya aku menemukan apa yang aku pinjam sekarang," Sehun beranjak dari lorong rak buku dan berjalan menuju meja pustakawan.
"Apa yang kau pinjam Sehun-ah?" tanya Bibi Lee.
"Entahlah ajhumma, tapi buku ini sepertinya enak di baca," ujar Sehun dengan melihat sampul buku.
"Karya milik Xiao Lu Han," ujar Sehun setelah membaca buku yang ia pegang. Sehun mengerutkan keningnya.
"Apa kau mengenalnya?" tanya Bibi Lee. Sehun menggelengkan kepalanya.
"Ani, aku tidak mengenalnya. Tapi sepertinya dia penulis terkenal hingga buku ini berada di sini," ujar Sehun.
"Kau benar sekali. Dia penulis terkenal," ujar Bibi Lee dengan memuji-muji orang yang bernama Lu Han itu. Sehun menyerahkan buku yang akan ia pinjam ke Bibi Lee untuk dimasukkan ke daftar buku pinjam-kembali perpustakaan.
"Kau tahu, dia sangat tampan dan...tunggu..." Bibi Lee menyentuh wajah Sehun dan melihat secara teliti.
"Waeyo?" tanya Sehun.
"Wajahmu...sangat mirip dengannya. Apa kalian kembar?"
"Ye?! Aku bahkan tidak tahu orangnya dan ajhumma mengatakan kami kembar," pekik Sehun.
"Kau tidak percaya? Sebentar, aku perlihatkan padamu," Bibi Lee menghidupkan komputernya dan menunggu layar desktop muncul. Bibi Lee mengarahkan mousenya pada sebuah web server dan menuju search engine. Ia menuliskan nama Xiao Lu Han di pencarian dan muncul beberapa laman dan juga gambar. Bibi Lee mengklik salah satu gambar Lu Han dan memperlihatkannya pada Sehun.
"Lihatlah...dia sama seperti dirimu," tunjuk Bibi Lee kepada Sehun.
"Apa ajhumma bilang kami mirip? Sepertinya aku lebih tampan darinya,"

TAKK

"Aku sedang tidak ingin bercanda, nak. Kalian benar-benar sama. Apa itu kembaranmu?" tanya Bibi Lee mengintrogasi.
"Kenapa ajhumma semakin mengintrogasiku? Sudah kubilang aku tidak tahu dia ajhumma. Percayalah padaku," ujar Sehun dengan mengendipkan matanya.

=0=

Malam harinya, keluarga Oh tengah makan malam bersama. Dilihat Sehun yang makan dengan lahapnya.
"Sehun-ah...apa kau lapar?" tanya Nyonya Oh.
"Ne eomma, dan merasakan masakan eomma yang enak membuatku semakin lapar eomma," ujar Sehun.
"Hm...kau ini bisa saja. Lihatlah appa, putramu semakin banyak makan," ujar Nyonya Oh melihat Sehun yang semakin lahap makannya.
"Dia sama sepertiku eomma, makan banyak," ujar Tuan Oh.
"Yak, kenapa kau selalu merebutnya dariku eoh?"
"Bukankah dirimu yang pertama?"
"Kau ini namja, seharusnya kau mengalah dari yeoja,"
"Aku tidak akan mengalah jika yeojanya itu dirimu,"
"Yak!!"
"Yak~kalian berebut apa lagi eoh?" tanya Sehun untuk menghentikan pertengkarang adik-adiknya itu.
"Dia mengambil sosis yang seharusnya untukku oppa," rengek Oh Sena, adik perempuannya.
"Ini sudah bagianku Sena-ah," ujar Oh Sehan, adik laki-lakinya. Sehun yang melihat itu langsung mengambil sosisnya sendiri dan memberikannya pada Sena.
"Ini untukmu. Kalian tak pernah akur meskipun kalian kembar," ujar Sehun dengan menyerahkan sosisnya pada Sena.
"Gomawo oppa. Aku tidak akan pernah menganggapnya saudara kembarku. Tidak akan," kecam Sena. Sehan kesal dan langsung melahap makannya dengan menatap Sena jengkel.
"Ckckckck...kalian ini...sampai kapan kalian akur eoh?" tegur Nyonya Oh. Mereka terdiam dan melanjutkan makan.

Sehun tengah membaca buku yang ia baca di meja belajarnya. Seseorang membuka pintu kamarnya membuatnya menoleh siapa yang datang ke kamarnya.
"Oppa," lirih Sena. Sehun tersenyum dan beranjak dari kursinya.
"Wae? Kau tak bisa tidur lagi?" tebak Sehun. Sena menganggukkan kepalanya. Sehun menekuk jari-jemarinya beberapa kali bertanda meminta Sena untuk menghampirinya. Sehun mengajak Sena duduk di tempat tidurnya.
"Apa yang kau pikirkan sehingga membuatmu tidak bisa tidur?" tanya Sehun.
"Aku...takut oppa..." lirih Sena.
"Apa yang kau takutkan hm? Ceritakan pada oppamu ini,"
"Aku memimpikan bahwa oppa akan meninggalkan kami semua," lirih Sena. Sehun mengerutkan keningnya.
"Hm...maksudmu?"
"Ada orang yang mirip denganmu membawamu pergi. Aku takut itu terjadi oppa, aku sangat menyayangimu," Sehun memberikan pelukan kepada Sena.
"Itu tidak akan terjadi Sena-ah, sekarang kau tidur ne. Tidurlah di sini jika kau benar-benar takut. Aku akan menemanimu," Sehun menidurkan Sena dan menutupi tubuh Sena dengan selimutnya. Sehun mematikan lampu belajarnya dan tidur di sebelah Sena. Sehun tak bisa tidur. Ia masih memikirkan perkataan adiknya. Apa itu akan menjadi kenyataan? Aku takut jika itu terjadi, pikir Sehun.

Lotte's Apartment Seoul

Malam yang sangat indah. Banyak lampu warna-warni menghiasi Kota Seoul. Seseorang tengah memandang indahnya Kota Seoul dari apartemennya.
"Xiānshēng (Tuan),"
"Shì (Iya)?"
"Gāi wénjiàn nĭ yāoqiú de, Xiānshēng (Ini berkas yang anda minta, Tuan),"
"Xìe xie (Terima kasih),"
"Bù kè qi, Xiānshēng (Sama-sama, Tuan),"
Namja berdarah China ini membuka berkasnya dan membacanya. Berkas itu berisi mengenai keberadaan adiknya, Xiao Luo Chen. Adiknya sudah dinyatakan tidak ada di Negeri Tirai Bambu, negara asalnya. Para pengawalnya berpencar mencari keberadaan adiknya ke penjuru dunia.
"Luo Chen, wŏ xiăngniàn nĭ (Aku merindukanmu)," gumam namja ini, Xiao Lu Han.

I'm Different With My Family (FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang