School Performing Arts Seoul
South Korean“Tulis surat permintaan maaf sepuluh kali dan serahkan ke saya nanti siang,” ujar Lee Seonsengnim.
“N-ne? Bagaimana saya bisa menyelesaikan hukuman Saem jika harus selesai siang ini?” protes Sehun di ruang guru. Semua guru menoleh ke arahnya membuat Sehun tersenyum kikuk.
“Itu salahmu sendiri kenapa kau membohongi gurumu,” dengan terpaksa Sehun menerima hukuman dari Lee Seonsengnim. Sehun membungkukkan badannya dan pergi dari ruang guru.“Yak~kau bilang tidak masuk karena kau sakit, tapi kenapa sekarang kau masuk ke sekolah?” tanya Kai dengan menenggerkan lengannya pada bahu Sehun.
“Tidak bisakah kau tidak menggangguku? Aku harus menyelesaikan hukumanku siang ini. Kalau kau tidak membantuku enyahlah dari hadapanku,” sebal Sehun. Kai mengambil beberapa kertas dari lengan Sehun dan mengambil penanya dari saku blezernya.
“Kau punya contoh suratnya?” tanya Kai.
“Gomawo Kai-ah,” ujar Sehun dengan menyerahkan satu surat yang baru saja selesai ia tulis. Kai meletakkannya di tengah dan mulai menulis.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Mereka telah menyelesaikan hukuman Sehun untuk menulis 10 surat permintaan maaf Sehun. Sehun merenggangkan otot lengannya.
“Kai-ah, tunggu di sini, aku akan meletakkan surat ini pada Lee Seonsengnim dan aku akan mentraktirmu makan di luar,” ujar Sehun dengan menepuk bahu sahabatnya dan pergi.Benar. Sehun mengajak Kai ke sebuah restoran yang berada di luar sekolah untuk makan siang. Sehun memesan kepada waiters beberapa makanan kesukaannya dan juga kesukaan Kai. Mereka menunggu pesanan datang dengan bercanda tawa. Entah apa yang mereka bicarakan, mereka menemukan titik kelucuan dari cerita yang mereka ceritakan.
Pesanan pun datang. Mereka pun mulai menyantap pesanan mereka. Dari kejauhan, ekor mata Kai menangkap Lu Han yang memasuki restoran yang sama. Kai melambaikan tangannya membuat Sehun bingung. Kai menunjukkan hal itu dengan kepalanya kepada Sehun. Sehun menoleh dan melihat Lu Han yang berjalan ke arah mereka.
“Apa aku boleh duduk di sini?” tanya Lu Han. Kai mengangguk senang, sementara Sehun hanya diam.
“Annyeong Sehun-ssi,” sapa Lu Han dan Sehun tak meresponnya.
“Tadi pagi aku ke rumahmu dan ibumu bilang kau sedang sakit. Apa kau sudah baikan?” tanya Lu Han.
“Wah…apa hyung ke rumah Sehun? Daebak…” puji Kai.
“Aku ke kamar mandi dulu,” pamit Sehun yang langsung pergi begitu saja.
“Ada apa dengannya?” gumam Kai dengan sendok yang berada di dalam mulutnya.
“Kai-ssi…aku ke kamar mandi dulu ne,” pamit Lu Han. Kai hanya diam dan melanjutkan makannya.
Di kamar mandi, Sehun membasuh mukanya dan sesekali melihat cermin di depannya. Ia heran kenapa Lu Han selalu ada di depannya. Sehun menggelengkan kepalanya dan kembali membasuh mukanya.CKLEK
“Apa yang kau lakukan di sini Sehun-ssi?’ suara itu membuat Sehun berhenti membasuh mukanya dan mengerutkan kedua alisnya.
“Kenapa kau selalu mengikutiku? Wae?” kesal Sehun. Lu Han menyandarkan badannya pada dinding pembatas dan menatap Sehun dari cermin.
“Aku sedang mencari adikku,” ujar Lu Han.
“Lalu…apa hubungannya denganku?”
“Karena kau sangat mirip dengan adikku,” ujar Lu Han.
“Apa aku harus menjadi adikmu agar kau tidak mengikutiku? Yang benar saja,” Sehun menarik tissue di tempat tissue dan mengusap wajahnya. Sehun merapikan rambutnya dan meniup poninya yang hampir turun ke dahinya.
“Berhentilah mengikutiku. Aku muak denganmu…Luhan-ssi,” Sehun pergi meninggalkan Lu Han yang masih berdiri di dinding pembatas kamar mandi. Mata Lu Han tertuju pada sehelai rambut Sehun. Lu Han mendekati wastafel dan mengambil helai rambut Sehun.
Wǒ xīwàng zhè shì nǐ de, wǒ de dìdì (Aku berharap itu kau, adikku), batin Lu Han.Lu Han memanggil seorang dokter dari China, dokter yang selama ini telah menjadi teman dekatnya. Lu Han menggerakkan jari telunjuknya mencari nomor kontak temannya dan menekan tombol hijau. Nada tersambung.
[Nĭ hăo! (Halo)]
“Nĭ hăo, nĭ kěyĭ qù hánguó ne (Halo, bisakah kau ke Korea Selatan sekarang)?” tanya Lu Han di dalam panggilannya.
[Fāshēngle shénme shì? Nĭ huì fāxiàn nĭ de qīn dìdì (Apa yang terjadi? Kau menemukan adik kandungmu?]
“Shì. Wŏ fāxiàn tā hěn kuài zài zhèlĭ, Kris [Iya, aku menemukannya. Cepat ke mari, Kris],” ujar Lu Han lalu mematikan ponselnya.
Di ruang laboratorium di apartemen Lu Han, Lu Han dengan fokus melihat Dr. Wu Yi Fan yang sedang bereksperimen dengan sehelai rambut yang Lu Han temukan di kamar mandi wastafel.
“Wŏ néng wènle yīkuài nĭ de tóufă (Bisakah aku meminta sehelai rambutmu)?” pinta Dr. Yi Fan.
“Děng yīxià (Tunggu sebentar),” Lu Han mencabut sehelai rambutnya di kepalanya dan memberikannya kepada Dr. Yi Fan. Dokter yang akrab dipanggil Kris ini menerima sehelai rambut Lu Han dan kembali bereksperimen.
Akhirnya selesai juga. Kris pun duduk di sofa milik Lu Han dan menyeruput secangkir kopi buatan Lu Han.
“Kopimu tidak terlalu buruk, bung,” ujar Kris setelah mencicipi kopi buatan Lu Han.
“Jangan berbasa-basi. Sekarang katakan padaku hasil akhirnya. Apa dia benar-benar adikku?” Lu Han berantusias mendengar hasil eksperiman Kris.
“Dari hasil tesnya, dia memilki DNA yang sama denganmu,” ujar Kris. Lu Han memejamkan matanya dan bernafas lega.
Wŏ fāxiàn, Luo Chen, batin Lu Han lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different With My Family (FINISH)
FanfictionSebuah kisah di mana seorang namja bernama Luo Chen yang hidup dengan penuh cobaan, yaitu ia harus kehilangan ingatannya karena sebuah musibah yang menimpanya.