###
Ough menyebalkan aku selalu saja NOL BESAR dalam urusan olaraga. Lari saja tidak becus, bagaimana dengan basket???.
Aku tinggal menunggu Pak Tama memanghil namaku untuk melakukan three point.
"Arinna calista..."
"Alvin Jonathan.."
"Alyssa Saufika...."Pak Tama terus memanggil satu persatu anak didiknya sesuai urutan absen. Semuanya berhasil memasukan bola ke dalam ring. Paling tidak 1 kali dalam 3 kesempatan.
Sekarang giliranku.
kesempatan pertama gagal kedua dan ketiga pun begitu. Bola yang ku lemparkan tak ada yang masuk bahkan menyentuh ring saja tidak. Kalau saja aku jadi mentri pendidikan ku pastikan tak akan ada lagi mata pelajaran yang bernama O LA RA GA ini."Ok semuanya sudah dapat giliran. Sekarang kalian free asal masih di lapangan. Kecuali Mario dan Alyssa ikut saya."
Aku dan Rio berpandangan sebentar lalu mengikuti Pak Tama yang sudah berjalan terlabih dulu. Ternyata Pak Tama membawa kami ke lapangan basket indoor.
"Mario.."
"Iya Pak"
"Bapak minta kamu ajari Alyssa bermain basket sampai bisa. Bapak harap pengambilan nilai ujian Alyssa sudah bisa"Aku kaget mendengar permintaan Pak Tama. Ku lirik Rio lewat ekor mataku ekspresinya biasa biasa saja.
"Baik Pak"
"Alyssa turuti perintah Mario dan Bapak yakin kamu pasti bisa" pesan Pak Tama.
"Iya pak" jawabku lesu sambil menundukkan kepalaku.
"Ok. Bapak harap kalian bisa bekerja sama. Permisi"Pak Tama keluar meninggalkan aku dan Rio. Aku sendiri tak berani menatap Rio, perasaan bersalah dan tak enak menyelimuti diriku. Sampai akhirnya Rio membuka suara.
"Lo beneran nggk bisa sama sekali??" Tanya Rio padaku.
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Rio.
"sekarang lihat gue ngedribel ntar lo coba"
Lagi lagi aku hanya mengangguk.Sudah hampir satu jam Rio terus mengajariku untuk melakukan dribel dengan benar. Dan lagi lagi bola yang ku dribel meleset dan terlempar hampir saja mengenai wajah Rio.
"Fy lo merhatiin gue nggk sih, gini aja nggk bisa. Udah sejam hue ngajarin lo. Tapi apa?? Ngedribel aja nggk becus. Sampai kapan gue musti ngajarin lo hah!!"
DUUGHH...
Rio marah padaku? Nada bicaranya naik beberapa oktav membuat sisi kewanitaanku hancur berantakan. Bahkan dia melempar bola basket yang tadi hampir mengenainya tepat ke sampingku, membuatku memejamkan mata dan hati kuat kuat. Dan kalian tau Rio meninggalkanku begitu saja.
Aku masih tak percaya ini untuk pertama kalinya Rio marah padaku dan membentakku. Aku tau kesalahanku memang besar. Gara gara kebodohanku dia tidak bisa bersantai bersama teman temannya. Dan harus merelakan waktu istirahatnya untuk mengajariku yang bodoh ini.
Tapi mengertilah aku ini hanya wanita seperti umumnya yang sisi lemahnya lebih dominan dari pada sisi tegarnya.
Tak terasa air mataku sudah meluncur bebas tanpa penghalang menganak sungai di pipiku. Ku ambil bola basket yang di lempar Rio tadi. Aku mencoba untuk berlatih sendiri. Berkali kali kuu coba memasukan bola ke dalam ring namun tak ada satupun yang masuk.
Aku tidak boleh menyerah.
Empat kali pergantian jam tidak ku perdulikan. Aku terus mencoba memasukan bola ke dalam ring sementara air mataku semakin deras mengalir. Sekujur tubuhku basa karena keringat, nafasku tersenggal senggal bahkan lututku bergetar tak mampu lagi menopang tubuh ini.
DUUGHHH....
Ku lempar asal bola basket itu menghantap keras papan ring.
Aku terduduk di lantai masih dengan sesenggukan. Dadaku semakin sesak karena terlalu banyak menangis. Sampai aku merasakan sepasang tangan kekar menggangkat wajahku yang sedari tadi tertunduk.Ku palingkan wajahku begitu saja ketika ku tau siapa yang menangkup wajahku.
"Fy gue minta maaf"
Aku sama sekali tidak bergeming mendengar permintaan maaf dari Rio air mataku semakin tak karuan meluncur deras.
"Fy setidaknya berhenti menangis"
Pinta Rio sambil mengarahkan wajahku agar menatapnya.
"Fy..."
"Lo tau Yo..."
Aku mengambil nafas sejenak sebelum melanjutkan kalimatku.
"Se galak galaknya gue sebagai cewek. Gue tetep sama kek cewek pada umumnya yo. Lo ngerti kan? Gue tau gue salah, gue bodoh gue minta maaf. Makasih buat waktunya dan sorry udah bikin waktu lo terbuang sia sia buat ngajarin gue yang bego ini hahaha.... mulai saat ini lo nggk usah ngajarin gue. Biar nanti gue bialng ke Pak Tama biar Ray atau Cakka aja yang ngajarin gue" setelah puas mengeluarkan segalah unek unekku aku berbalik badan meninggalkan Rio yang masih mematung atas penjelasanku macam kereta expres.Sejujurnya hati ku sudah memaafkan Rio hanya saja aku kecewa. Kecewa kenapa Rio dengan mudahnya berbuat seperti itu.
Aku terus berjalan sampai aku merasakan sepasang tangan kokoh memelukku dari belakang. Aku tidak menolak juga tidak membalas.
"Fy gue minta maaf. Gue nggak ada maksut buat marah marah sama elo Fy. Gue cuma lagi banyak pikiran Fy..."
"Lo nggk salah Fy gue yang salah"
"Fy..."
"Fy..."
Aku masih tetap diam. Aku tidak suka dalam situasi seperti ini.
"Fy..."
Ku balikan badanku menghadapnya. Ku tangkup wajah dengan rahang tegasnya itu.
"Lain kali kalo ada masalah itu cerita jangan marah marah" ucapku.
"Jadi lo maafin gue?" Tanya Rio.
"Ntahlah"Rio menariku ke dalam pelukannya menenggelamkan kepalaku ke dalam dada bidangnya. Sepertinya Rio tau maksutku tanpa perlu ku jelaskan.
"Gue juga minta maaf" ucapku pelan.
"Lo nggk salah" balas Rio sambil mengelus rambutku.
"Maafin gue"
"Iya iya gue maafin"###

KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti yang Seharusnya
Fiksyen RemajaGadis cantik dengan segalah kemunafikannya.