WUSSSSSHHHH...... motor Rio melaju dengan kencangnya membela jalanan ibu kota. Dalam perjalanan aku tak bertanya apapun pada Rio, bodo amat aku mau di bawa kemana sama Rio. Aku terlalu fokus menjaga tubuhku agar tidak jatuh maupun terdorong ke depan yang pada akhirnya akan memeluk Rio.
17.00 WIB aku dan Rio sampai di lokasi yang di tuju Rio. Masih berada di jakarta tapi aku tidak pernah tau tempat ini. Setelah itu aku turun dan membenarkan rambutku yang cukup berantakan.
"Ayo ke atas" ajak Rio sambil berjalan terlebih dulu ke atas bukit.
"Rioooo.... tungguin gueeee...." teriakkubkarna Rio sudah cukup jauh meninggalkanku.Aku sedikit kesusahan menaiki bukit menggunakan flat shoes ini. Kalau tau lokasinya di atas bukit aku pasti kemakai sneakers atau kets saja.
"Harusnya tadi tu lo bilang kalo mau ke atas bukit. Jadinya gue nggknpake flat shoes gini. Susah tau jalannya" kesalku pada Rio saat aku sudah berhasil mensejajarkan langkahku dengannya.
"Lonya juga nggka nanya" balas Rio.
"Ish rese lo"Rio tidak membalas ucapanku dia malah dengan seenaknya menggandeng tangan kananku dan kembali berjalan. Ok sepertinya sepulang dari sini aku harus segerah pergi memeriksakan jantungku. Ku biarkan saja tangan Rio menggandeng tanganku sampai akhirnya kami tiba di atas bukit. Aku takjub ini benar benar luar biasa.
"Gimana?" Tanya Ri setelah ia melepaskan genggamannya.
"Keren yo, sumpah ini keren banget. Kok lo tau si ada tempat sekeren ini di jakarta?"Aku benar benar kagum akan keindahan yang di sajikan bukit ini. Dari atas sini aku bisq melihat hiruk pikuk kota jakarta. Aku juga bisa melihat matahari yang sudah mulai tenggelam. Aku tidak memperdulikan Rio yang sibuk menyetel kamera berlensa panjang itu. Akunlebih memilih berlari lari kecil di antara ilalang menikmati tiupan angin yang membelai tubuhku. Ku dengar beberapa kali bunyi blizt kamera. Ah mungkin Rio sudah menemukan objek fotonya.
"Rio mataharinyaaaa... cepetan sini"
Ku panggil Rio bersamaan dengan detik detik matahari akan kembali ke paraduannya.Tak lama kemudian Rio telah duduk manis di sampingku di atas hamparan ilalang.
"Lo suka ya Fy?" Tanya Rio padaku dan aku mengangguk antusias.
"Kalo sama gue?"
"Heh??"
"Gue bercanda hehehe...." gurau Rio sambil merangkul bahuku membuatku terdorong ke arahnya.
"Jangan di lepas gue mohon. Kali ini aja" pinta Rio ketika aku ingin melepaskan rangkulannya.Rio mengarahkan kepalaku menyandar ke bahu kekarnya. Nyaman. Diam diam senyumku mengembang. Aku dan Rio tetap seperti ini sambil menikmari gradasi langit yang mulai menghitam.
Sayup sayup ku dengar suara seruan azan magrib. lampu lampu Rumah penduduk di bawah sana mulai menyala bahkan bintang bintang di atas sana sudah terlihat lebih jelas, indah sekali.
"Jangan menjauh atau menghindar dari gue Fy. Kalo kita di takdirkan tidak menjadi sepasang kekasih, setidaknya kita bisa bertemankan??" Ungkap Rio sambil menatapku dalam.
Aku balas menatapnya lalu tersenyum dan mengangguk. Membuat Rio langsung memeluku erat.
"Bisa yo. Bisa. Kita bisa jadi sepasang kekasih seperti yang lo mau" teriakku dalam hati.
"Sekarang kita pulang besok kesini lagi. Gue ajarin teknik foto mau.??"
Aku mengangguk antusias.Sebelum sampai di Rumah kami menyempatkan diri sholat terlebih duku di musholah terdekat. Rio juga mengajakku makan terlebih dulu. Tak perlu restoran mewah cukup warung tenda pinggir jalan pun jadi. Katanya ini tempat makan favoritnya bersama Alvin. Setelah mi ayam di mangkok kami ludes masuk ke perut. Kami melanjutkan perjalanan pulang. Kalian tau sepanjang perjalanan senyumku tak pernah memudar. Yah aku sangat bahagiaaaaaa.... hmmm ONE DAY WITH RIO orang yang ku cintai.
...
###
....
Coba coba dengarkan apa yang ingin aku katakan
Yang selama ini sungguh telah lama terpendam
Aku tak percaya membuatku tak berdaya
Tuk ungkapkan apa yang ku rasa....Aku jatuh cinta kepada dirinya
Sungguh sungguh cinta oh apa adanya
Tak pernah ku ragu
Namun tetap slalu menunggu
Sungguh aku... jatuh cinta kepadanya.....
....
Aku terperangah mendapati foto di layar LCD kelasku. Foto seorang gadis bukan bukan lebih tepatnya siluet seorang gadis berdiri di antara ilalang membelakangi kamera dengan rambut yang di terbangkan angin menatap langit senja dengan setangakai bunga di tangan kirinya. Ku tatap Rio yang kini duduk di sampingku. Aku harus meminta penjelasan kenapa fotoku yang menjadi bahan tugasnya."kenapa?"
Aku tidak menjawab pertanyaan Rio. Aku hanya mengerucutkan bibirku kesal.
"Nggk ada yang tau itu elo. Cuma siluet nggk kelihatan" ucap Rio.
"Iya yo cuma siluet. Kayak perasaan gue ke elo cuma siluet yang nggak lo tau" batinku###

KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti yang Seharusnya
Fiksi RemajaGadis cantik dengan segalah kemunafikannya.