7

1.1K 46 3
                                    

Setelah peristiwa aku dan Rio saling bermaafan, hubungan kami kembali membaik. Walau masih sering ribut hanya di karenakan hal hal yang tidak penting dan tidak jelas, namamya juga kucing dan tikus.

Kalian tau????? Aku lolos pemgambilan nilai olaraga dan itu berkat Rio. Dia rela mengajariku mati matian menggunakan waktu istirahatnya hanya untuk melatihku.

Ah terima kasih Marioku.....

...
Kadang aku cemburu
Kadang aku gelisa
Seringnya ku tak mampu lalui hariku
Tak dapat ku pungkiri
Hatiku yang terdalam
Betapa aku jatuh cinta kepadanya.....
...

Aku menatap kesal dua insan di pojok kelasku. Apa apa.an mereka mesra mesraan di dalam kelas. Sudah hampir dua minggu aku selalu di suguhi pemandangan seperti ini dan aku tidak suka, ok fix ku akui aku CEMBURU.

Ku lemparkan coklat pasta yang sedari tadi hanya ku remas remas saja ke arah sembarang. Bodo amat jika terkena dua orang itu, aku malah sangat bersyukur.

"ADAWWW..." ku tolehkan kepalaku ke arah sumber suara.

Ku lihat aura neraka terpancar dari wajah menggemaskan milik Ray. Yah coklatku mendarat dengan amat sangat mulus di kening Ray.

"IFYYYYYY...." teriak Ray kesal padaku karna aku tidak memberi respon apapun hanya menampilakan wajah datarku.

Seisi kelas menatapku dan Ray termasuk dua orang itu. Siapa lagi kalau bukan Rio dan Dea si murid baru yang datang datang dengan seenaknya masuk ke dalam ceritaku dan mengubah alurnya yang sudah ku susun serapi mungkin dari awal.

"Sorry Ray..." jawabku lempeng malas berekspresi.

Ku lirik lewat ekor mataku dua orang itu menyebalkan bukan.... ku ambil earphoneku lalu ku pasang pada kedua telingaku. Tak mau mendengarkan percakapan menjijikan dari Rio dan Dea. Shitt.... baru saja seperempat lagu 'cry' milik 'Rihana' itu mengalun tetapi ponselku sudah mati terlebih dulu. Kehabisan batre.

###

Cukup sudah aku tidak kuat dengan semua ini. Ku tolak ajakan pulang bersama dari Ray. Aku lebih memilih naik taksi.

Aku segerah turun dari taksi setelah sampai di tujuan tapi bukan Rumah. Tidak ku pedulikan hujan yang terus mengguyur tubuhku.
Aku tetap melangkah menuju puncak bukit yang oernah ku datangi beberapa waktu lalu dengan Rio.

Aku terduduk di antara hamparan ilalang yang basa terkena hujan. Aku menangis sejadi jadinya. Meluapkan segala emosiku yang sudah tertahan beberapa minggu ini.

Aku sadar aku bukan siapa siapa jika di bandingkan dengan Dea. Dea punya wajah di atas rata rata yang tiba tiba seluruh penghuni sekolah mengenalnya.

Sedangkan aku siapa?

Aku Ify murid SMA biasa, tak di kenal siapa siapa kecuali teman sekelasku saja. Bahkan aku sangat yakin guru guru saja tidak tau siapa aku mereka hanya tau 'Alyssa' tapi tak pernah tau siapa 'Ify'. Aku hanyalah setitik debu di antara kerikil kerikil. Cish... menyedihkan bukan....

Aku tersenyum getir mengingat kata kata manisnya itu hahaha... di mana janjinya yang akan tetap mencintaiku. Di mana janjinya yang akan setia menungguku sampai aku siap untuk mengikat hubungan lagi. Di mana hah????

Harusnya kemarin aku langsung terima saja Gabriel si ketua osis yang menembakku sepulang sekolah kemarin.

Bukankah orang yang mencintaiku lebih bisa menjamin hidupku akan bahagia. Ketimbang orang yang ku cinta dan juga mencintaiku tapi juga mencintai orang lain.

Bahkan ku rasa belajar mencintai seseorang yang mencitaiku lebih baik dan ku pastikan ini bukan pelampiasan. Apa salahnya aku memberi apresiasi atas usahanya mendapatkan hatiku.

Tapi nyatanya sebagian hatiku menolaknya meminta Rio agar tetap tinggal di sana.

Tidak tersa sudah lebih dari tiga jam aku duduk di sini. Tetapi hujan juga tidak kunjung reda sampai akhirnya ku rasakan ada seseorang yang menepuk pundakku Rio... ku tatap dia dengan wajah datarku.

"Fy bunda khawatirin lo karna lo nggk pulang pulang. Nomer lo nggk aktiv. Sohib sohib lo juga sekarang ada di rumah lo. Bahkan gue sangat khawatir Fy" ucap Rio sambil mengkup pipiku yang mendingin.

Aku diam saja tapi tidak dengan air mataku yang meluncur bebas bersama hujan.

"Lo kenapa? Ada masalah? Cerita sama gue Fy"
"Mana mungkin gue cerita sama lo yo. kalo masalah gue itu elo yo elo" jeritku dalam hati.

Rio menariku ke dalam pelukkannya menenggelamkan kepalku ke dalam dada bidangnya. Dan aku menangis sejadi jadinya.

"Gue cemburu Yo. Gue marah, gue kecewa tapi gue bukan siapa siapanya" lirihku.
"Siapa yang buat lo seperti ini Fy? Bialng sama gue siapa Fy????"

Aku bungkam.

"Kamu Yo" jawabku dalam hati.

###

Beberapa hari setelah kejadian itu Rio mengajakku lagi ke atas bukit, wajahnya tampak sangat berseri seri sebenarnya ada apa dengan pria tampan satu ini.

"Kenapa?" Tanyaku to the point.
"Gue balikan sama Dea"

JDEEEERRRR.....

Lihatlah saat mengucapkan kalimat itu wajah Rio tersenyum lebar rona merah menghiasi wajah tampannya.

Kabar bahagia untuk Rio yang nyatanya menjadi kabar kematian untukku.

"Balikan?"
"Iya Dea itu mantan gue pas SMP Fy"

Aku hanya bisa menganggukan kepalaki saja menimpali cerita Rio sambil tersenyum yang ku usahakan se natural mungking. Aku tidak begitu menyimak cerita Rio tentang Dea. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri.

Lantas siapa yang akan bertanggung jawab atas perasaanku???? Sepertinya tidak ada karena ini memang salahku menolaknya dulu.

Biarlah cinta ini berjalan apa adanya tanpa ada yang tau dan biarkan cinta ini menghilang seperti apa yang seharusnya.

Ku keluarkan ponselku mengetik beberapa kata untuk orang di sebrang sana.

To : Gabriel
Gue mau Yel
Tapi bantu gue buat mencintai lo
seperti yang seharusnya.


###
FINISH
###

"Ada kalanya sang pemeran utama tak harus selalu bersama, dan akan tiba saatnya sosok figuran yang mendapatkan gilirannya bersama dengan sang pemeran utama."


Seperti yang SeharusnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang