Di perjalanan, suasana terasa tenang. Tak ada percakapan, tak ada keributan. Hanya lantunan lagu dari pemutar musik mobil yang terdengar.
Aku yang duduk di sebelah Mas Bejo sibuk menatap pemandangan yang tersuguh di depan mata. Suasana siang ini cukup ramai. Jalanan dipenuhi berbagai macam kendaraan yang berlalu lalang. Sudah lama aku tidak melihat keadaan kota, karena terkurung dalam hotel selama masa karantina."Bisa mampir ke McDonalds dulu tidak?"
Aku melirik Dirga dari kaca spion yang terletak didepan kepalaku.
"Mau apa?" tanya Mas Bejo.
"Mau ketemu om-om. Ya makanlah, Daddy."
Dirga menjawab pertanyaan Mas Bejo sambil memutar bola matanya.
Kurang ajar sekali sih anak satu ini.
"Apa kau tidak mendengar apa yang Laoshi katakan? Kita bisa kena pengurangan poin jika ketahuan."
Aku yang sedari tadi diam mulai angkat bicara.
"Ck. Ini kan cuma makan siang. Kau berlebihan sekali. Ayolah, boleh ya? ya?"
Dirga memohon dengan suara yang diimut-imutkan membuatku yang mendengarnya ingin muntah.
Di luar dugaan, Mas Bejo malah menuruti permintaan Dirga. Katanya sih dia ingin menjadi seorang leader yang baik. Membuat Dirga bersorak gembira dan aku yang jengkel.
"Tidak usah keras kepala begitu. Kau juga pasti lapar kan."
Dirga membuka pintu mobil dan bergegas keluar. Mau tak mau aku ikut turun juga. Masa iya mereka enak-enakan makan sedangkan aku diam di dalam mobil?
Aku teringat sesuatu dan membuka ransel. Mengambil sebuah topi berwarna hitam.
Sudah kuduga, aku pasti membutuhkan benda ini. Saat turun dari mobil, mataku sibuk mengawasi sekeliling, kalau-kalau ada pihak panitia atau seseorang yang mengawasi kami. Pokoknya, kalau kami tertangkap basah dan dianggap bolos dari belajar aku akan menyalahkan Dirga sepenuhnya.
Tiba-tiba Reihan menyenggol bahuku, "Kau seperti maling saja. Bersikap biasa saja, Desyca. Tidak apa-apa kok."
Lalu ia menarik tanganku dengan tujuan agar aku berjalan lebih cepat.
Menurutnya aku ini sedari tadi berjalan mengendap-endap seperti maling yang ingin mencuri sesuatu.
Saat kami berlima baru saja membuka pintu masuk, semua orang melihat kearah kami. Terutama para kaum hawa. Dengan cepat, aku langsung mengetahui arti tatapan mereka.
Tatapan yang mereka perlihatkan adalah tatapan memuja. Yang tentu saja ditujukan pada keempat lelaki disampingku, bukan padaku. Pasti mereka terkagum-kagum dan berpikir sejak kapan pangeran memakan junk food.
Mas Bejo dan Kak Juna memutuskan untuk memesan, sedangkan aku, Dirga, dan Reihan menunggu di tempat duduk.
"Awas saja kalau nanti tidak bayar." Ucap Kak Juna yang tidak dihiraukan oleh Dirga dan Reihan. Aku? Tentu saja aku mengiyakan.
Tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Baik Reihan maupun Dirga sama-sama memainkan ponselnya.
Aku diam-diam menatap ke sekelilingku. Masih banyak gadis-gadis yang menatap Reihan dan Dirga.
Oh, bahkan ibu-ibu yang sudah punya anak juga menatap mereka dengan kagum!Karena jengah, aku memutuskan untuk bermain ponsel. Ada dua puluh lima notifikasi line dari Rievalisha dan Irene. Mereka masih saja merengek-rengek, meskipun saat ini melalui jejaring sosial. Aku memilih untuk membacanya saja. Pasti sakit cuma di 'R'. Hahaha.
![](https://img.wattpad.com/cover/81115971-288-k511928.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Dirumah Bejo
FanfictionTim olimpiade fisika ruang 304 yang beranggotakan Bejo, Juna, Dirga, Reihan, dan Desyca mendapatkan jatah 'belajar outdoor' dari masa karantina mereka selama satu hari. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk belajar bersama di rumah leader mere...