Sampai dirumah Mas Bejo

2.2K 188 10
                                    

Aku kembali teringat ide jahilku yang muncul satu jam yang lalu. Dengan senyum geli aku membuat multiple chat di line untuk bisa mengirim pesan kepada Irene dan Rievalisha.

"Jangan lupa makan siang. Jangan iri guys."

Aku mengetik lalu mengirimkan foto-foto bersama para cogan yang tadi diambil dengan ponselku.

Tak sampai semenit, ponselku bergetar secara terus menerus. Tanda ada banyak notifikasi yang masuk.

Benar dugaanku, notifikasi itu berasal dari Rievalisha dan Irene yang mengirimiku pesan line berkali-kali.

Aku terkekeh membaca ketikan mereka yang menyatakan rasa iri padaku bisa makan siang dengan para cogan.

Saking serunya berkirim pesan, aku tidak sadar kalau sekarang kami sudah sampai.

"Ayo turun."

Suara Mas Bejo membuatku mengalihkan fokus dari ponsel.

Aku membulatkan mata.

Rahangku serasa jatuh.

Aku melihat kearah depan dengan rasa tak percaya.

Pemandangan yang disuguhkan tepat didepan mataku ini tidak bisa dipercaya!

Serius ini rumah Mas Bejo?

Bukan nyasar ke istana presiden kan????

Di depanku kini menjulang bangunan megah nan mewah dengan pilar-pilar yang kokoh. Taman yang asri ikut menambah keindahan bangunan ini.

Kami berlima berjalan menuju pintu masuk rumah mas Bejo dengan berjalan beriringan. Semua orang kecuali mas Bejo dan kak Juna mendadak jadi orang norak.

Aku, Rei, dan Dirga sibuk menatap sekeliling rumah mas Bejo.

Seorang lelaki kira-kira berumur setengah abad berdiri di depan kami berlima. Jika saja rambutnya tidak berwarna putih, aku akan mengira lelaki itu masih muda.

Habisnya, wajahnya tidak sesuai dengan rambutnya tuh. Dia berdiri tegap dengan memakai setelan jas.

"Selamat datang Tuan."

Sapanya sambil sedikit membungkukkan badan.

"Sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu pak Andi, Bapak bisa memanggilku Benedict atau Bejo."

Mas Bejo menjabat tangan lelaki itu yang kuketahui namanya pak Andi.

"Oh ya pak, ini teman-temanku. Ada mas Juna, Reihan, Desyca, dan Dirga. Kami akan belajar disini kira-kira sampai jam tujuh malam. Ibu sudah memberitahu bapak?"

"Tentu saja Tu... Ah, Benedict. Silahkan masuk."

Setelah dipersilahkan masuk oleh pak Andi, kami memasuki rumah mas Bejo. Lagi-lagi bagian dalamnya sukses membuatku takjub. Bahkan dalamnya lebih mewah dari bagian luarnya.

Ada banyak barang antik di dalam sini.

Aku harus menjaga sikapku yang ceroboh dan mengingatkan diri sendiri untuk tidak menyentuh benda apapun.

Mas Bejo menggiring kami entah kemana. Sedari tadi kami terus melewati lorong-lorong dan ruangan yang ada di rumah ini.

Banyaknya lorong yang kami lewati membuatku semakin yakin kalau rumah mas Bejo sangat luas.

"Jo, di rumah ini tidak ada siapa-siapa? Sepi sekali. Ayah Ibumu kemana?"

Kak Juna membuka suara untuk mengisi kesunyian. Kelihatannya sih dirumah ini hanya ada kami berlima dan pak Andi.

Semenjak kami memasuki rumah, kami tidak bertemu dengan orang lain.

"Oh, Ibuku dan Zach sedang mengunjungi nenek di San Ramon, sedangkan Ayahku ke Singapura untuk mengurusi perusahaan."

"Disini tidak ada pelayan mas?"
Reihan yang kali ini bertanya.

"Ada. Tapi hari ini kan hari minggu, jadi mereka semua hanya bekerja setengah hari."

Kami mengangguk mendengar jawaban mas Bejo.

"Oh iya, aku lupa memberitahu kalian kalau...."


"WUAH!!!"

Reihan menjerit membuat kami berempat terlonjak kaget.




"TEMPAT INI KEREN MAS!"

Kupelototi Reihan, "KAU BIKIN KAGET SAJA!"

Tapi sosok jangkung itu sama sekali tidak menghiraukan ucapanku dan malah berlari. Apa dia kesambet jin iprit?

Aku mengikuti pandanganku pada Reihan yang tampak senang sekali berada di sini. Tanpa kusadari, diriku sendiri ikut-ikutan melongo melihat dimana kami berada.

Sepertinya kami berada di halaman belakang rumah mas Bejo.

Disini asri sekali, banyak pohon-pohon rindang dan dibawahnya terdapat beberapa kursi malas.

Oh, bahkan ada kolam renang yang cukup besar. Ditengah kolam renang kulihat ada sebuah bangunan mirip saung hanya saja desainnya unik.

Saung itu berbentuk bak segelas es jeruk  yang disimpan di dalam air dengan hiasan payung dan potongan jeruk di pinggirnya. Hanya saja, payung kecil yang biasa diletakkan dipinggir menjadi atap di saung ini.


"Kita belajar disana ya."

ALOHAAA~~~~ long time no update ya! Maafkan dakuu>< aku sibuk sama kegiatan kampus jadi cerita ini terbengkalai:") sebagai permintaan maaf , aku post 2 chapter ya! Hope you like it!!;)

Misteri Dirumah BejoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang