Sudah kubilang kan cuaca di Pekanbaru ini seperti ABG labil.Setelah panas terik beberapa jam yang lalu, sekarang kami malah diguyur hujan deras komplit dengan gemuruh petir.
Kami sudah tidak belajar di saung gelas lagi.
Sekarang kami sudah di ruang santai sambil mengerjakan beberapa soal fisika.
Aku menatap hujan deras lewat jendela. Beberapa menit yang lalu Laoshi menelepon kami dan mengatakan bahwa satu-satunya jalan menuju hotel tengah macet total karena ada pohon besar tumbang tersambar petir dan menutupi jalan.
Laoshi menyuruh kami untuk tetap di rumah mas Bejo sampai dia menelepon kembali.
Mataku melirik jam besar yang tergantung di dinding. Sudah pukul tujuh malam.
"Mas, aku numpang ke toilet ya?"
"Boleh. Toiletnya, em, dari sini nanti belok kanan, belok kiri, ada pertigaan belok kanan lagi."
Aku mengangguk. Bahkan ke kamar mandi pun aku harus melewati jalan yang berbelok-belok dulu.
SRAK SRAK SRAKKK
Aku menghentikan langkahku. Suara apa itu? Kedengarannya seperti ada sesuatu yang diacak-acak.
Namun aku tak mempedulikan hal itu dan segera ke toilet.
Saat keluar dari toilet, mas Bejo melewatiku.
"Mas mau kemana?", tanyaku.
"Mas mau bikin teh hangat, barusan Dirga sudah bersin-bersin. Sepertinya dia kedinginan."
"Desyca bantu ya mas?"
"Tidak usah Des, biar mas aja."
"Tapi Desyca daritadi ngga ngapa-ngapain nih mas. Boleh ya?"
mas Bejo tampak berpikir, "ya sudah. ayo."
Aku mengekorinya menuju dapur dan mulai membuat beberapa cangkir teh hangat.
"Des, bisa lanjutin sendiri kan? Mas mau keatas dulu ya."
Aku mengangguk. Setelah selesai membuat teh, aku membawanya ke ruang santai keluarga mas Bejo.
"Ini untukmu, kuberi tambahan madu. Mas Bejo bilang kau sudah mulai flu."
"Wah perhatian sekali kau."
Dirga mengambil secangkir teh lalu mulai meminumnya.
"Kalau kau sakit, kau tidak ikut olimpiade dan tim kita bisa-bisa kalah", ucapku sarkastik.
"Bejo mana?"
"Katanya mau keatas dulu, kak Jun."
Aku kembali duduk dan berniat untuk mengerjakan soal lagi.
Namun pensilku tiba-tiba menghilang.
"Ada yang lihat pensilku?"
Dirga, Rei, dan Kak Juna kompak menggeleng.
Aku berpikir kembali, dimana kuletakkan pensilnya. Tadi aku bawa ke kamar mandi, lalu...
Ah! Di meja dapur. Ya, aku meninggalkannya disana.
Ceroboh sekali sih.
Dengan terpaksa aku berjalan sendirian menuju dapur.
Sebenarnya aku merasa takut. Letak dapurnya cukup jauh.
Walaupun mas Bejo ini orang kaya, tapi sepertinya mereka menganut pedoman hemat listrik.
Terbukti dengan sedikitnya lampu-lampu yang dinyalakan dan cahayanya berwarna oranye.
Suasananya remang-remang, belum lagi kilat yang menyambar-nyambar membuatku semakin takut.
Aku menyesal tidak meminta Reihan atau siapa sajalah mengantarku ke dapur. Kalau tadi aku tidak terlalu merasa takut karena bersama mas Bejo.
SRETTTT
Aku menolehkan kepalaku kekanan.
Rasanya ada yang lewat deh barusan. Aku melihat dengan seksama ke arah ruangan di sebelah kananku.
Tidak ada siapa-siapa disana.
Mungkin perasaanku saja.
Aku ketakutan dan pikiran aneh sepertinya sudah merayapi otakku.
Namun aku kembali teringat dengan kejadian tadi siang, perasaan ini sama dengan perasaan tadi siang.
Perasaan jika diriku sedang diawasi.
Dengan cepat aku melangkahkan kaki menuju dapur. Kembali ke ruangan santai pun percuma karena jarak ke dapur lebih dekat sekarang.
Aku bersyukur karena di dapur suasananya terang benderang.
Mataku menelisik meja dapur, mencari keberadaan pensilku.
Ketemu.
Sekarang aku harus cepat-cepat....
Hulaa~~ aku ngepost menjelang tengah malem gini ya wkwk. Menyempatkan post disela2 belajar UAS:") doakan dapet IP bagus ya wkwk. Btw aku rada syok tau ga sihhh,pas baca update-an webtoon 340th study room minggu kemarin.
ADA SCENE RENANG DAN ROTI SOBEK BERTEBARAN!!!
ampir sama kaya chapter yang aku post sebelum ini:""")
*tiba-tiba merasa senang*
![](https://img.wattpad.com/cover/81115971-288-k511928.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Dirumah Bejo
FanfictionTim olimpiade fisika ruang 304 yang beranggotakan Bejo, Juna, Dirga, Reihan, dan Desyca mendapatkan jatah 'belajar outdoor' dari masa karantina mereka selama satu hari. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk belajar bersama di rumah leader mere...