Bule Jawa

223 8 1
                                    

Tepat di Blok A di depan gerbang hitam sebuah rumah mewah, Mai berdiri sembari menyeringai. Guratan senyum itu tak mampu menutupi akal bulusnya untuk mengeruk sop iga yang sengaja dihidangkan dalam acara syukuran hari ini di rumah Pak RT.

Bisa dibilang, komplek perumahan Mai akan kedatangan penghuni baru dari Bogor. Demi melancarkan aksinya, ia sudah menyiapkan kresek putih dan sendok di dalam saku celana trainingnya.

Tak lupa, Mai bakal menjajaki asinan bogor yang katanya dikirim langsung dari sana. Ya, mumpung gratisan!

Dan juga... Lupakan masalah Rio yang sempat membuatnya termehek-mehek sampai menghabiskan berlembar-lembar tisu. Meski dengan mata bengkak, tekadnya sudah bulat. Karena inilah saatnya...


PESTA BARENG IBU-IBU KOMPLEK!


YEAH!


***
Keesokan harinya, pukul 06.45

"Gue cuma berharap Bu Nuri nggak masuk!!" jerit Nessa memenuhi ruang kelas.
"Berisik! Kalau kamu cuma modal ngomong doang, nih kerjaan nggak bakal beres!" Omel Nining geram.

Mala hanya berdecak. Power point dadakan yang harus ditampilkan hari ini, lalu makalah setebal 20 halaman yang masih acak-acakan, membuatnya malas menimpali dua manusia yang tak membantunya dari tadi.

Matanya malah menangkap Nessa mencegat kedatangan Fahri di ambang pintu.

"Ri, syukur lo dateng pagi." Nessa menyambut dengan penuh suka cita. Tumben.

Fahri mengernyit. Ia memandang penuh curiga. "Memangnya ada apa?"

"Enggak sih ,cuma... Lo kan anak remaja mesjid nih, tau tentang agama lebih dari gue, rajin shalat, soleh, ... Ya, lo anak alim deh,"

Fahri tersenyum kecil mendengar pujian Nessa yang memang nampak punya maksud terselubung. "Nes, kalau ada perlu langsung aja bilang, nggak usah muji-muji gitu. Jangan dibiasakan menjilat."

Perkataan yang bahkan terdengar menampar tadi bikin Nessa nyengir kuda.
"Hehe... Ini nih, ... Gue, sama kelompok gue kan mau presentasi kelompok sekarang, pelajaran Bu Nuri nanti,"

Fahri tetap sabar mendengarkan.

"Emh... Lo mau nggak, doain Bu Nuri biar nggak masuk?"

Kerutan di kening Fahri makin bertambah. "Lho, doa kok kayak gitu? Kalau mau doain yang ba-"

"Kan belum beres, ri! Doain aja biar Bu Nuri dapet bebas tugas kek! Sibuk ngurusin anaknya yang wisudaan kek! Atau tiba-tiba punya cucu!! Keren nggak tuh?!"

Fahri menghela napas, kemudian tersenyum tipis. "Kamu usaha aja dulu, Nes. Urusan tampil atau enggak itu biar Allah yang ngatur,"

Gadis itu cemberut. "Kan doa juga bagian dari usaha, Ri. Kalau cuma-"

"Kalau cuma ngomong doang, nggak bakal beres-beres nih!" hardik Mala berang.
Nessa manyun. "Aku kan lagi usaha Mal. Usaha pake doa,"

Capek deh!

Memang ya, doa yang paling berbahaya itu cuma keluar dari mulut para murid buat guru mereka.

Lihat Nining contohnya. Seperti terinspirasi atas tindakan Nessa barusan, tak hentinya bibir tipis itu merapalkan kata-kata yang sudah sering diulangnya karena Tuhan belum kunjung mengabulkan permintaan yang ia panjatkan.

Apalagi menyangkut para guru kejam yang tak kenal ampun, akan menggempur mereka dari pagi ini sampai sore nanti. Seolah sengaja dikumpulkan untuk uji nyali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BASKETCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang