Prolog

13.4K 414 28
                                    

Seorang gadis duduk sendirian disebuah kedai kopi dengan satu gelas kopi diatas mejanya yang sudah hampir habis. Kedua matanya beberapa kali melihat kearah pintu masuk bergantian dengan layar ponsel digenggamannya.

"Huft,"

Gadis itu menghebuskan napasnya gusar. Kesal sudah hampir 30 menit ia duduk menunggu disini sendirian dan orang yang ditunggunya tidak kunjung datang. Entah terserat atau bahkan belum jalan juga dari rumahnya. Yah, jaman sekarang sering kali orang mengatakan sudah dalam perjalanan nyatanya orang itu belum keluar dari rumah. Sepertinya sih, itu yang sedang dilakukan oleh orang yang gadis itu tunggu. Mengulur waktu.

Ponsel digenggamannya hampir saja gadis itu banting karna terlalu kesal dengan seseorang yang ditunggunya ini tidak juga datang. Sampai-sampai semua pesan dan telfonnya diabaikan.

Satu tenggukan terakhir cappucinonya menjadi akhir dari waktunya berdiam diri disana. Menunggu orang yang menjadi hal paling dibencinya, hari ini menjadi hal yang akan sangat sangat dihindari. Tidak lagi. Ia akan rela menunggu seseorang.

Mini bagnya ia kembali sampirkan disalah satu bahunya. Ponsel yang setiap detik ia cek, kini dimode nonaktifkan sebelum kedua kakinya melangkah keluar darisana.

Suara riuh dari banyaknya kendaraan dijalan raya menyambutnya ketika keluar dari kedai kopi. Klakson mobil yang disusul dengan berisiknya suara motor. Angkutan umum yang banyak berhenti dipinggir jalan mencari penumpang. Dan.. antrian panjang? Tunggu.

Kedua mata gadis itu menyipit kala melihat antrian panjang yang sebelum ia masuk tidak ada. Diujung sana, ada sebuah tenda berwarna merah yang menjadi penyebab antrian banyak orang. Tidak mengerti kenapa tenda yang seharusnya tidak ada itu tiba-tiba ada. Dengan rasa penasaran ia mendekati antrian tersebut dan melihat apa yang membuat orang-orang ini ingin mengantri.

"Halo, mau diramal?" seorang wanita berpakaian aneh menghampirinya.

"Hah?"

"Ini edisi spesial, lho. Kita ada diskon—"

"Maaf, saya enggak tertarik buat diramal. Saya cuma penasaran aja sama antriannya." sela gadis itu dengan tersenyum sopan.

Tidak menjawab. Wanita dengan pakaian aneh menurut gadis ini justru malah tersenyum sambil memandanginya. Seketika membuatnya takut. Kedua kakinya pun beranjak pergi darisana, namun pergelangan tangannya ditahan. "Hati-hati ya, hari lahirmu besok sepertinya akan menjadi hari sial." ujar wanita tersebut sebelum melepas cengkraman pada pergelangan gadis itu.

Gadis itu, mendadak terdiam mendengar ucapan wanita asing tersebut. Besok hari senin memang hari lahirnya.

Seumur hidup ia tidak pernah mempercayai ramalan. Menurutnya itu sama sekali tak logis dan tak patut untuk dipercayai. Tapi, jujur saja ia terkejut. Padahal, bisa saja peramal itu menebak asal hari lahirnya yang kebetulan benar kan?

Ya, ucapan peramal tidak seharusnya ia pikirkan. Orang seperti itu paling juga hanya seorang penipu yang mencoba mencari uang dengan mudah.

"Yaampun. Apa katanya tadi?" monolog gadis itu dengan menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya kedua kakinya melangkah pergi.

-- Me with Gamers boy --

Me With Gamers Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang